Theria memperhatikan wajah Elia yang memulai memutih. Dia yang keempat bukan berarti yang terkuat, tapi dialah yang mengingatkan Elia tentang tekad. Dia menghubungkan benang merah antara kebengisan Bibi dengan darah yang mengalir di tubuhnya. Kalau begitu yang keempat ....
"Dia membawa busur dan anak panah," ucap Elia sama persis dengan dugaan Theria. "Dia memakai topeng warna hitam, sedangkan yang lainnya memakai topeng warna putih. Ku pikir mereka anak buah kepercayaan Dalang."
Tidak, kau salah Elia, sergah Theria dalam hati.
"Siapa mereka? kenapa mereka begitu bengis padaku? Jangan bilang kalau aku akan bertemu lagi dengan mereka."
"Apakah mereka mengatakan sesuatu?"
"Tidak ada. Mereka hanya menontonku yang sekarat tertancap di sebuah batu. Saat aku membuka mata lagi, aku sudah berada di Ruang Putih dengan Dalang duduk santai membaca buku," Elia menyebutkannya seperti menyebutkan pandemi.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com