webnovel

Makhluk Ke Mana Saja

Max bergegas dan segera sampai ke mobilnya yang diparkir di Sunshine Boutique. Setelah itu, dia mengarahkan mobilnya memasuki halaman Sunshine Hotel. Dia masuk ke lobi parkir VVIP. Di sana dia menunjukkan tanda berupa lencana khusus kepada petugas parkir. Lencana itu dibuat oleh Melianor sejak beberapa dekade lalu untuknya, khusus untuk menuju dimensi lain.

Petugas parkir itu makhluk penjaga pintu yang sigap membuka lorong tembus ke dimensi lain di antara dinding-dinding kasat mata dengan satu gerakan ke lima jarinya yang dipenuhi magi .

"Terima kasih Sare," kata Max pada manusia bertubuh seperti lemari yang membukakan pintu untuknya. Sare benar-benar memiliki tubuh manusia yang mirip seperti lemari satu pintu setinggi dua meter.

Sare dan pintu dua dimensi itu bisa mengarahkan siapa saja ke mana saja sesuai kebutuhan. Karena fungsinya itu, Max menyebut Sare dan kemampuannya membuat pintu dua dimensi sebagai Makhluk Ke Mana Saja. Jika ada Sare di suatu tempat, itu artinya ada pintu ghaib yang dapat dimanfaatkannya untuk berpindah tempat sesuai keinginannya.

Lencana buatan Melianor hanyalah penegas agar kebutuhannya dipermudah oleh Makhluk ke Mana Saja itu. Jika Max tidak membawa lencana itu, dia akan kesulitan membuat permintaan pada manusia bertubuh lemari itu. Sekalipun keinginannya dikabulkan, ada kemungkinan dia harus melalui serangkaian tindakan jahil Sare yang akan menyita banyak waktu lebih dulu.

Aku beruntung, Melianor sangat dihormati, pikir Max. Dia mencium lencana itu lalu menyimpannya kembali ke jaket kulitnya. Apa mereka hanya bisa melakukan hubungan dua dimensi? Dari dulu sampai sekarang, tak ada informasi yang jelas tentang Makhluk ke Mana Saja. Mereka misterius, tapi mereka sangat membantu. Dari cerita Melianor, mereka makhluk yang membuat klannya selamat dari banjir besar. Makhluk ke Mana Saja juga mentransfer penduduk Lemuria yang mengikuti nasehat kakek Melianor untuk menyelamatkan diri karena banjir besar itu. Kira-kira ditransfer ke mana para penduduk Lemuria waktu itu ya? Sambil berpikir, Max terus mengemudi, dia sampai tak sadar telah memasuki jalan tanah dengan langit dipenuhi dahan-dahan pepohonan. Di antara pepohonan raksasa itu, laju mobilnya hanya seperti serangga kecil.

Max senang bisa melihat mereka lagi. Dia lalu dengan sengaja membuka jendela kedua sisi mobil agar bisa merasakan hawa nyaman yang dihadirkan oleh pepohonan. Dalam perjalanan wisata itu, Max tidak bisa menikmati keindahan dan kenyamanan hutan terlalu lama. Pikirannya kembali dikerumuni bahaya apa yang dirasanya telah diam-diam sedang mencari cara untuk mengusik dunia keseimbangan. Harus berapa kali para penjaga bertarung dan bertaruh nyawa untuk semua itu?

Kejadian di masa lalu tidak pernah ada yang menang atau kalah. Anehnya kejadian itu memberikan perasaan tersiksa pada para survivornya. Ada perbuatan yang kebablasan membuat semua makhluk hidup yang tinggal di Bumi kelabakan. Mereka yang tak bersalah dan tersiksa meminta pertolongan pada kekuatan semesta dan Gelombang yang merespon suara mereka akhirnya tidak menyelamatkan semua orang. Gelombang justru muak dengan teriakan minta tolong di satu sisi dan di sisi lain, ketamakan membabi buta. DIA akhirnya menghancurkan semuanya.

Jika itu terjadi lagi, seberapa tersiksa Melianor nantinya? Max menghela nafas.

Kendaraan Max dapat bergerak sejauh jalur yang bisa dilalui saja. Ketika sudah tak bisa lagi memasuki hutan, Max keluar dengan tenang. Dia menghirup udara segar sebentar, kemudian bergegas mengeluarkan dua tas carrier berisi benda-benda pusaka yang dicurigainya memicu hal-hal buruk. Sebelumnya, Max menemukan bulu kucing yang dibicarakannya dengan Melianor tepat di garis pintu ruang rahasianya. Pada saat melihat jejak itu, Max menduga, kucing itu juga berusaha masuk ke ruang rahasianya, tapi kekuatan magi di pintu itu cukup untuk menghalangi kucing itu sampai bulunya rontok. Meskipun begitu, barang bukti itu memberitahunya kalau ada benda yang diinginkan oleh makhluk itu. Karena tak tahu yang mana dari puluhan benda pusaka mungil di ruangannya yang diinginkan makhluk itu, maka dia putuskan untuk memindahkan semuanya ke ruang penyimpanan Melianor.

Max mengamati perbukitan, gunung dan lembah di depannya. Pohon-pohon raksasa membuatnya tersenyum. Sejujurnya dia sangat merindukan lingkungan alam yang dipenuhi magi alami seperti itu. Tidak seperti di B'tavia yang kekuatan maginya sangat tipis. Ada lebih banyak magi negatif di sana daripada magi positif yang dibutuhkannya untuk menjaga kemampuannya. Untuk mendapatkan kekuatan magi yang besar di B'tavia, dia harus menjangkau tempat-tempat khusus lebih dulu dan itu seringkali sangat jauh dari rumahnya. Karena itulah, dia hemat energi dengan menggunakan magi seperlunya.

Max melepaskan sepatunya lalu mengikatnya pada tas carriernya. Dia pikir, nanti akan membutuhkan sepatunya. Untuk saat ini, dia ingin meraskan permukaan kulitnya bersentuhan dengan tanah yang sehat, bisa menginjak daun-daun dan ranting gugur yang mulai membusuk di tanah. Dia juga ingin merasakan lumut-lumut di bebatuan yang akan diinjaknya nanti dengan sengaja.

Max menghirup udara sekuat-kuatnya sampai paru-parunya penuh dan dadanya mengembang. Dia merasakan kekuatan magi meremajakan kembali otot-ototnya, DNA darahnya, sampai sel-sel terkecil dalam tubuhnya. Kekuatan magi alami yang berlimpah ruah itu memenuhi dirinya sampai dia menjadi sangat gembira.

Seketika dia bisa mendengar pohon-pohon yang bernyanyi. Kegembirannya semakin meluap karena bisa merasakan kehidupan di hutan itu. Max tersenyum, dan kini dia ingin pamer pada seluruh penghuni hutan. Dia menunjukkan jati dirinya.

Api biru menari-nari di pergelangan kaki Max. Julukan Anjing Neraka diberikan oleh lawannya di masa silam. Ada sebuah pertarungan yang menjadikan ayahnya dijuluki Anjing Neraka. Dirinya yang sebenarnya bukanlah Anjing Neraka. Dia bahkan tak pernah tahu seperti apa wujud Anjing Neraka yang sebenarnya. Dia memang berdarah anjing, tapi yang diketahuinya adalah orang tuanya itu merupakan anjing penjaga Gunung Sakral. Walaupun begitu, dia sudah terbiasa dan menikmati julukan setengah siluman Anjing Neraka.

Saat Max kembali menarik nafas, ada segerombolan angin berwarna-warni yang menghampirinya.

"Halo, teman-teman, Rang Rang, kalian bisa mengenaliku? bimbing aku ke tempat penyimpanan Melianor," bisiknya pada angin berwarna-warni itu.

Telinga Max sudah meruncing. Dengan itu, dia bisa mendengar dengan lebih jelas suara mereka.

"Kamu sudah mulai pikun rupanya," cemooh angin berwarna warni yang mulai terlihat jelas sebagai Rang Rang. Mereka disebut Rang Rang karena mereka peri-peri kecil yang sangat mirip dengan semut rang-rang di hutan manusia. Pada saat cemoohan itu keluar dari mulut Rang Rang, pupil mata Max sudah berubah menjadi berbentuk segitiga.

Max tertawa.

"Tidak ada yang berubah di sini ya? Kalian selalu berkelompok."

"Kami kuat saat kami bersama," para Rang Rang menjawab bersamaan.

"Baiklah, aku hanya tidak ingin perjalananku jadi sepi, kalian harus mengantarku."

Rang Rang saling berpandangan. Beberapa beterbangan secara tak beraturan di sekitar wajah Max.

"Kamu tidak merindukan kami?" salah satu Rang Rang yang cantik menggoda Max. Sebagian jadi sengaja menempel di dada Max.

Max geli, "Apa keinginanku ditemani kalian ke tempat penyimpanan tak bisa jadi bukti kalau aku sungguh-sungguh rindu?"

Rang Rang menggerutu dengan sikap Max yang tak berterus terang. Meskipun begitu, entah bagaimana, sikap Max itu tak bisa mereka benci, malahan mereka jadi semakin suka pada Max dan ingin menjailinya.

Terima kasih karena masih terus membaca

Saya senang bisa menghibur teman-teman dan mengajak berimajinasi. Oh ya, Rang Rang itu makhluk manis, tapi kalau salah satu dari mereka diserang, yang lainnya akan balas dendam.

Semoga kalian menikmati cerita saya ini ya. Sampai jumpa lagi di chapter selanjutnya.

Mutayacreators' thoughts
Próximo capítulo