Eyang Wijaya Kusuma sudah kembali lagi ke tempatnya. Pedang pusaka juga telah di sarungkan ke dalam warangkanya.
Hanya dalam waktu yang sangat singkat, sebelas orang itu telah berubah menjadi mayat tak berguna.
Selama pertarungan berlangsung, Raka Kamandaka sama sekali tidak turun tangan. Pendekar Pedang Pencabut Nyawa masih diam di posisinya. Dia tidak bergerak sama sekali. Jangankan ikut bertarung, ikut membantu dengan tenaga dalam pun rasanya tidak.
Pemuda itu tetap tampil tenang dan santai.
"Kalian yang bersembunyi, tolong segera muncul. Jangan berlagak seperti serigala ketakutan. Jika tidak punya nyali, lebih baik jangan menjadi orang persilatan," kata Raka Kamandaka dengan suara yang tegas dan lantang.
Semilir angin berhembus lirih. Menerbangkan dedaunan yang berserakan di atas tanah. Menerbangkan pula bau anyir dari darah sebelah anggota Perguruan Macan Hitam.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com