"Kau jangan panik. Harapan untuk hidup masih ada," tegas Pendekar Pedang Pencabut Nyawa.
Memang benar. Purba Asih sendiri tahu akan hal tersebut. Akan tetapi berapa lamakah harapan hidup itu sendiri? Apakah masih lama? Ataukah sebentar lagi?
Dengan situasi yang sedang terjadi sekarang, siapa yang tidak panik?
Sebenarnya Raka Kamandaka sendiri merasa panik. Hanya saja dia bisa menyembunyikan perasaan tersebut. Sehingga tiada seorang pun yang dapat mengetahuinya.
"Aku tidak takut mati. Yang aku takutkan hanyalah keselamatan Ayahku ini," ujar Purba Asih sambil melirik ke belakang. Di mana saat itu ayahnya sedang berada dalam gendongan dengan kondisi tidak sadarkan diri.
Pendekar Pedang Pencabut Nyawa mengerti bagaimana perasaan gadis itu sekarang. Kalau dia berada di posisinya, mungkin Raka juga akan merasakan hal yang sama.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com