webnovel

KISAH PENDEKAR BERTOPENG

"Terima seranganku ini."

YAAAAA …..!!!!

Berteriak, lalu kedua kaki dihentakkan cepat ke tanah, dan berlari cepat menuju sasarannya itu, yang lain dan tidak bukan adalah Chen Min.

Cling...Cling…

Mengayun kedua pedangnya dengan begitu cepat.

Suaranya begitu keras ditambah dengan amarah yang memuncak. Ayunan kedua pedang itu tepat mengenai tubuh Chen Min. Pemuda sombong yang mengaku sebagai ahlinya racun tidak dapat menghindar dari serangan pendekar bertopeng.

Hingga setelah kedua pedang itu mengayun dan mengenai tubuh Chen Min. 

JLEB ….

Pendekar bertopeng pun berdiri beberapa langkah membelakangi Chen Min.

Tubuhnya membungkuk, dengan kaki kiri menekuk ke belakang lalu kaki kanan menekuk ke depan, dan kedua mata pedangnya yang menancap ke tanah.

Dan setelah itu terdengar.

Dwaaaa Rrrrrrr!!!!

Dentuman keras terdengar kencang dan berdengung di telinga, dengan cahaya merah menyala terang dan kumpulan asap tebal menyertai suara ledakan ini.

"Aaaaa!!!" Liu berteriak dari ujung sana. Dia menutupi seluruh wajahnya dengan kedua tangan yang menekuk.

Nampaknya dia sedikit dibuat terkejut dengan kejadian ini. Tubuhnya merunduk di saat ledakan itu terjadi, dan ketika beberapa puing bebatuan berhamburan di udara lalu disertai gumpalan-gumpalan asap mengepung dirinya.

Namun berbanding terbalik dengan Si pendekar bertopeng ini. Dari sorot mata yang terlihat dari sela-sela lubang topeng Dia memandang lega tanpa ada salah, setelah dia menghabisi satu nyawa tanpa ampun. Baginya membunuh satu laki-laki yang bernama Chen Min itu tidaklah masalah. 

Sebab pria sepertinya adalah sampah masyarakat yang seharusnya tidak ada di negeri ini.

Tanpa memberi kata-kata. Tidak perlu basa basi setelah menghancurkan sampah masyarakat yang bernama Chen Min, Sang pendekar bertopeng segera meloncat terbang meninggalkan tempat kejadian tersebut.

"Pendekar bertopeng!" Liu memanggilnya. Namun, dia terlambat, karena Pendekar bertopeng tersebut telah pergi dari sana.

Dia berdiri cepat untuk bisa memanggil Sang pendekar yang telah jauh, tetapi apa boleh dibuat.

 Sang pendekar telah pergi jauh tidak sempat dia berkenalan dengannya, atau pun mengucapkan terima kasih padanya. 

Harapannya. Semoga dilain kesempatan dirinya bisa berjumpa kembali dengan Pendekar misterius tersebut.

Seseorang yang bisa membunuh Chen Min tanpa belas kasih.

****

Cerita pun telah selesai. Liu banyak memuji nama pendekar bertopeng itu, tanpa dia memikirkan perasaan Feng Li Xian yang ada di sana.

"Jadi begitulah cerita singkatnya," kata Liu mengakhiri cerita.

 "Akhirnya Chen Min yang sombong itu tiada di tangan pendekar bertopeng tersebut. Belum sempat aku berkenalan dengannya," ucap Liu lebih lanjut dengan rasa lega dan penyesalan.

Sebab apa? Karena dia tidak sempat berkenalan dengan pendekar hebat yang kekuatannya menyamai Feng Li Qian.

Adik keempat dan kakak kedua yang sejak tadi menyimak, sembari duduk dan meneguk secangkir teh, dibuat diam tercengang.

Bukan tanpa sebab. Karena mereka tahu bagaimana hebatnya Chen Min dalam hal racun.

Untuk saat ini sulit dikatakan untuk mengalahkan Chen Min, terutama menghindar dari jarum-jarum beracunnya tersebut.

 Sekarang muncul pendekar hebat dengan memakai topeng di wajah. Kekuatannya bisa mengalahkan Chen Min, menandakan pendekar itu memiliki kemampuan bela diri di atas Feng Li Qian? Setidaknya mungkin seimbang. Entah?

Liu, Adik keempat dan kakak kedua, masih dibuat tak menyangka. Apa benar ada pendekar yang bisa melebihi kekuatan Feng Li Qian?

Jangankan orang awam yang tidak tahu apa-apa, para murid dari Dao Bao Hu pun ikut dibuat penasaran siapa pendekar yang baru saja menyambangi negeri mereka?

Tidak ada satu orang pun yang mengetahui siapa pendekar bertopeng itu? Entah apa rupanya? Dia pria atau wanita tidak ada yang tahu? Lalu dari mana asalnya dan siapa namanya tidak ada orang yang mengetahuinya.

Dia hadir di tengah-tengah masyarakat dengan misterius. Masyarakat mengetahui bahwa, dia mengenakan topeng berwarna putih yang bergambarkan hewan beruang. Lalu, pakaiannya pun berwarna serupa dengan topengnya dan rambutnya panjang terikat ke atas, terlihat sedikit dia memakai perhiasan di rambutnya.

Ada juga yang melihat. Di pinggulnya terselip sebuah ikat pinggang berwarna emas mencolok, dengan kedua pedang yang terjuntai di kiri dan kanannya.

Melihat dari luarnya saja sudah sangat ketakutan, apalagi sifat aslinya? Adakah dia memiliki garis keturunan berdarah dingin?

Sosoknya masih menjadi misteri, dan bahan pembicaraan orang banyak.

*****

Malam harinya. Feng Li Qian sulit untuk tertidur. Bukannya dia tak mau, tetapi otaknya selalu memaksa dirinya untuk tidak tidur.

Bukan hal rahasia lagi, jika Feng Li Qian sering kali berlatih di tengah malam.

Ya. Saat-saat inilah seringkali Feng Li Qian mengasah kemampuannya. 

Tenaga dalamnya selalu siap kapan pun. Aliran Chi yang terus terpancar keluar dari tubuhnya, seolah mengisyaratkan bahwa dirinya sedang marah.

Feng Li Qian bermain pedang. Dia mengeluarkan beberapa teknik dasar dalam hal ilmu bela diri.

Dia meloncat kesana-kemari layaknya tupai di atas pohon. Ada beberapa sandra yang dipergunakan untuk latihan.

"Saudaraku!" Liu datang disaat yang terbilang mengacau.

Dirinya seharusnya malam ini berjaga di perguruan. Demi menciptakan rasa damai. Liu berpatroli rutin di perguruan.

Dari mana datangnya Liu? Feng Li Qian dapat membaca isi hati Liu hanya dari penglihatan matanya. Atau tidak dia akan melihat Liu dari sorot matanya saja.

Feng Li Qian menghentikan sejenak latihan yang sedari tadi sudah menguras tenaga itu.

"Kau sedang berpatroli?" tanya Feng Li Qian pasrah.

Liu, segera menjawab, "Ya. Malam ini giliran aku yang bertugas."

"Jadi benar tidak ada yang membantumu," imbuh Feng Ki Qian.

"Ya. Bantulah aku," mohon Liu, sambil menggosok-gosokan kedua tangan, seakan daerah sekitar sudah bertumpuk senjata.

"Kau sendiri, mengapa masih berada di tempat ini?" tegur Feng Li Qian bernada santai.

"Tentu aku sedang berlatih," beber Feng Li Qian.

Liu tak semudah itu untuk dibohongi. Jelas alibi yang Feng Li Qian buat tidak akan membuat Liu percaya.

"Sungguh, tetapi aku merasa kau sedang tidak berlatih," tebak Liu.

Menanggapi hal tersebut, Feng Li Qian angkat suara.

CLIK …..

"Kau masih meragukanku, atau pedang ini menebas kepala satu-satunya tua!"

Feng Li Qian bukan murid baru. Siapa yang menduga jika pendekar bertopeng memiliki kemampuan yang sama seperti Feng Li Qian. 

"Apa kau kesal?"

Murid senior Dao Bao Hu merasa direndahkan. Dipandang sebelah mata.

"Aku baca pikiranmu. Kau memang sedang memikirkan sesuatu, apa aku harus yang membicarakan ini juga?" cerocos Liu, yang terus mencecar Feng Li Qian. Seakan-akan Feng Li Qian maling yang keluar dari jendela.

"Enak saja. Aku tidak akan membunuh siapapun, kecuali dia memang bersalah," tutup Liu.

Feng Li Qian tidak mau mengumbar perasaannya. Kerap Feng Li Qian, bungkam dari teman-teman yang lain.

Próximo capítulo