Menatap mereka, aku meringis meminta maaf karena tak sempat menyapa bahkan membuat keributan. Bunda sendiri malah balas tertawa, sedang ayah yang memang sengaja meliburkan diri menepuk-nepuk bahuku.
"Ini rumah kamu juga, bukankah bunda sudah bilang begitu? Disana Riki pasti nyusahin kamu setiap hari, jadi kalaupun kamu buat kehebohan yang lebih besar lagi sekalipun bunda juga nggak masalah, Sayang," jelas bunda sambil membawakan segelas susu hangat padaku.
"Karena kamu lagi datang bulan jadi nggak boleh minum teh anget, itu nggak baik buat kelancaran sel darah merah dan bisa buat perut makin keram. Kamu suka susu vanilla bukan?" Bunda menyodorkan segelas susu padaku.
Aku mengangguk, berterimakasih pada bunda. Walaupun jujur saja aku sendiri baru tahu kalau minum teh saat datang bulan itu tak baik. Namun informasi mengenai diriku yang suka vanilla itu tak salah juga.
"Masih hujan, kayaknya bakalan lama. Mana sekarang bulan Desember, jadi mau nginep aja?" tawar ayah.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com