webnovel

5

***

Hikaru jadi teringat tentang kenangan masa lalunya. dimana Hikaru bangun pertama kali di rumah sakit, dengan keadaan yang jauh lebih parah dan semua ingatan bahkan perilaku Hikaru sama sekali tidak diketahuinya. Hikaru hanya seperti seseorang tanpa jiwa. tidak mengetahui dirinya sendiri, semua nya terasa gelap. Hikaru tidak mengerti.

Ada apa dengan dirinya-?

Lagipula itu bukanlah Hikaru. Bukanlah Hikaru. bukanlah siapapun. hanya orang asing yang kehilangan ingatannya.

Hikaru memandangi makanan yang terletak begitu jauh, tentu saja karena Hikaru tidak dapat bergerak bahkan sama sekali tidak berselera makan, Hikaru memandangi dengan kedua mata kosong. sama seperti waktu itu, tidak setidaknya sekarang Hikaru sudah mengerti tentang dirinya sedikit dan pada awalnya Hikaru sama sekali tidak mengetahui tentang dirinya sendiri, dan Hikaru seperti orang asing bagi dirinya.

Hikaru menutup matanya sejenak, merasakan oksigen tipis yang ada di masker nya. merasa terkurung, namun Hikaru harus tetap memakainya.

Hikaru sepertinya sudah terlalu keterlaluan pada Kazuya, melihat Kazuya yang terlihat kesakitan seperti itu membuat Hikaru merasa bersalah.

Lagipula hanya Kazuya yang ada di sampingnya saat hilang ingatan, dan Hikaru membebaninya lagi membuat Kazuya menjadi kerepotan karenanya. Hikaru rasa ia harus minta maaf pada Kazuya, tentu saja setelah masker dan benda benda berat ini di lepaskan darinya. Hikaru diam, dengan bunyi barang yang menopang Kehidupannya.

Bip...Bip...

bunyi yang berisik. Hikaru tidak bisa tidur kalau seperti ini, Bunyi yang seperti menandakan detak kehidupannya.

Bruk!

ada bunyi yang terdengar keras tepat di depan kamarnya. Siapa-?

biasanya kamar Hikaru selalu sepi.

suaranya semakin keras dan berisik. seolah penuh dengan kemarahan. mengundang rasa penasaran Hikaru, Hikaru terdiam. merasakan bunyi benda yang menempel di seluruh tubuhnya semakin kencang seusai dengan irama detakan jantungnya yang berdegup.

"Kenapa kau melakukan ini?!" teriak tertahan suara lelaki yang biasanya selalu ramah dan tidak pernah marah.

"Kazuya.." bisik Hikaru. Hikaru harus mengetahuinya, Hikaru sudah terlalu lelah untuk mengabaikannya. Hikaru dengan susah payah bergerak, menarik badannya yang terasa begitu kaku dan sakit ketika di gerakkan. menarik benda infusnya. dan bergerak perlahan menuju ke arah pintu kamarnya yang tertutup.

rasanya sakit. rasanya berat. nafasnya terasa begitu sesak saat bergerak. matanya terasa berkunang-kunang, dan kulitnya seakan dirobek secara perlahan saat Hikaru mengerakkan badannya.

Brak!

dia mendorong dinding. Hikaru dapat mendengarkannya dengan jelas.

apa yang kau sembunyikan dariku-?

mungkin Hikaru yang harus mencari tau semuanya sendirian. karena tidak ada yang memberitahukannya. Hikaru sudah terlalu lelah, hanya berdiam diri dan menganggap semuanya baik baik saja.

Hikaru ingin mengetahui tentang dirinya. tentang Hikaru yang sebenarnya.

Kazuya dari balik dinding, mengigit bibirnya merasakan kemarahan yang meluap-luap dari tubuhnya, Kazuya memukul dinding dengan satu tangannya mengurung seseorang yang jauh lebih pendek dengan wajahnya yang memucat di sana. Kazuya, balik menatapnya dengan kedua mata hijau emerald yang menyiratkan kemarahan.

Kebencian yang teramat besar.

"Kau tau kalau kau terlalu tidak pantas untuk terlihat kepadanya, Namun, aku membiarkan mu.. Karena Hikaru...dan sekarang, Apa kau mau membuat Hikaru sekali lagi menderita karenamu?"

Hikaru terhenti di depan kamarnya, detak jantungnya yang begitu lambat. tidak terdengar. Hikaru terdiam, Siapa-?

Siapa yang dimaksudkan-?

"A--aku tidak bermaksud.." suara itu, Suara yang membuat Hikaru merasakan rasa sakit di kepalanya. Suster itu.

Brak!

dia memukul dinding lagi, kemarahan yang terasa begitu familiar. kata kata yang rasanya sering di ucapkan nya, bahkan Hikaru sering mendengarnya setiap harinya. sampai sudah terbiasa.

"Apa maksudmu? kau yang membuat Hikaru sampai mengingatnya bukan?!" seru Kazuya dengan penuh kemarahan.

Dia ketakutan disana, memegangi kedua sisi badannya menutupi dirinya yang gemetaran hebat oleh rasa bersalah dan oleh rasa ketakutan yang membunuhnya seketika. Kazuya, mengusap rambutnya dengan kasar. rambut yang biasanya selalu rapi, kini terlihat berantakan seperti Kazuya yang biasanya, Memang Wanita didepannya selalu membuat Kazuya kembali pada dirinya sendiri.

"Bu.. bukan salahku...aku mengira kalau dia tidur seperti biasanya..."

Bruk!

Dia menutup matanya saat merasakan pukulan keras di sisi tubuhnya. tanpa sedikitpun belas kasihan. Kazuya, yang menatapnya dengan wajah datarnya.

"Lalu kau mengatakannya, apa kau tau perkataan maaf mu itu tidak akan pernah bisa menyelamatkannya, kau sudah sangat tidak pantas untuk itu..!" katanya berteriak di depan wajahnya.

wanita itu hampir saja menangis.

"ma..maafkan aku...hi..Hikaru akan bangun.." seru Wanita itu gemetaran.

Kazuya menghela nafas, dan menjauh darinya. "Benar, kau yang membuat masalah dan aku yang harus menyelesaikannya. dasar merepotkan" serunya menatapnya dengan tajam. wanita itu hanya menghapus air mata yang membasahi wajahnya yang pucat.

"ma-"

Brak!

Suara pintu terbuka. Hikaru melihatnya, di balik pintu. wajah kazuya yang terlihat datar, dan rambutnya berantakan. sosok Kazuya yang biasanya rapi dan dewasa kini terlihat sangat berbeda, namun entah kenapa terasa begitu familiar. Hikaru menatap sosok wanita yang sedang mengusap wajahnya disana, Hikaru membulatkan matanya tidak menyangka kalau Kazuya akan membuat seorang wanita menangis, padahal Kazuya terlihat seramah itu.

"Kazuya..apa yang kau .." mendadak nafasnya terasa sesak. Sama seperti waktu itu. ingatan penuh bayangan hitam yang perlahan menyelimutinya.

Hikaru mengenggam erat benda infus nya dengan gemetaran, bunyi benda benda yang menopang Kehidupannya mulai berbunyi dengan berisik. ribut, kepalanya terasa pening. Hikaru membuka mulutnya mengambil nafas sebanyak-banyaknya, namun semuanya terasa tidak cukup. Hikaru memegangi puncak kepalanya dengan tangan kanannya. mencabut kasar rambutnya berusaha untuk menghentikan rasa sakit dan tangan kirinya yang memegangi erat tiang infus agar Hikaru bisa menahan dirinya tidak jatuh.

seseorang yang memiliki rambut yang sama. berantakan dan pemarah, seperti preman saja. tipikal bad boy. dia terlihat kesal di depan Hikaru. wajahnya yang selalu terlihat sama, Dia mengalihkan tatapannya dengan acuh pada Hikaru.

"kau akan ku hancurkan. jangan salah sangka, Hikaru..hanya karena kau yang terbaik. aku akan menjadi terbaik, meksipun aku harus menghancurkan mu!" serunya dengan suara yang sama.

suara Kazuya.

Hikaru hanya tertawa disana, eh kenapa dirinya tertawa disana-? Kenangan yang didalamnya ada Hikaru, Hikaru ada disana. namun Hikaru tidak dapat merasakannya saat ini, perasaannya. hanya sebuah kenangan yang terlintas.

dirinya tidak ada disana. bukan Hikaru.

"benar Kazuya, kau memang selalu seperti itu." seru Hikaru tersenyum lebar. dirinya terlihat bersinar disana, sama seperti namanya Hikaru. dan Hikaru yang sekarang, bukanlah Hikaru yang sebenarnya. hanyalah Hikaru palsu yang menyerupai dirinya. Siapakah dirinya-?

Ingatan yang berganti dengan rasa sakit yang menyerangnya. Hikaru melihat Kazuya yang perlahan mendekat,.. Perasaan marah menguasainya dan mendorong kasar Kazuya dengan wajah penuh kebencian Hikaru menatapnya.

"Kenapa kau berbohong Kazuya?!" seru Hikaru. padahal kata Kazuya, mereka berdua adalah sahabat dan nyatanya Kazuya tidak seperti itu. Kazuya selalu membencinya, dan Kazuya selalu berharap untuk kehancurannya. Kazuya hanya menatap Hikaru dengan wajah yang penuh kesedihan, Hikaru tidak mengerti. apa sebenarnya Kazuya, Siapakah sosok 'Kazuya' bagi dirinya..-?

Hikaru merasakan badannya terlalu lelah menampung semuanya dan terjatuh, merasakan rasa sakit yang seolah mati rasa. dan benda infus yang perlahan hancur, merasakan cairan yang perlahan membasahinya dan bau anyir yang perlahan menyeruak di hidungnya, suara benda-benda yang berisik itu perlahan mulai mereda bahkan tidak terdengar lagi, seiring Hikaru yang merasakan kegelapan menyelimutinya dan Hikaru tenggelam ke dalamnya.

"Kazuya...kenapa...kau-?"

***

Próximo capítulo