Maurasika-ku sakit! Pantas saja wajahnya bertambah pucat. Lagi, mengapa dia diperlakukan tidak baik oleh suaminya? Akan kucari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada rumah tangga mereka. Aku memang tak berhak mencampuri, tapi aku juga tak bisa membiarkan Maura tersakiti. Kuyakin Pak Mahendra dan Bang Farhan juga tidak rela.
Pintu kamar Maura terbuka. Tuan Yosi berdiri angkuh menatapku. Tak lama ia menyeringai. Ia berteriak memanggil Maura.
"Maura, lihat! Siapa yang datang!" katanya sambil tertawa-tawa. Aku yakin dia mabuk.
Kertas yang tadi, kusimpan di saku celana hitam yang kukenakan. Mungkin itu harus kusembunyikan dahulu dari Tuan Yosi. Aku akan menanyakan tentang kertas itu pada Maura saja nanti.
"Mas Yosi, masuklah! Jangan buat ulah, aku lelah." Maura berkata dari dalam.
"Kemari, atau kuseret kau dan kutampar lebih keras lagi!!" teriak lelaki bajing*n itu. Berani sekali dia!
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com