webnovel

5. Everytime With Ghost

Alarm hapeku berbunyi. Aku memang terbiasa mengatur jadwal Alarm setiap hari, termasuk weekend seperti ini. Karena selain fitness. Aku biasanya lari pagi setiap weekend. Aku membuka mata dengan tubuh yang masih bugil, meregangkan tangan dan tubuhku. Tubuhku pegal semua, betisku rasanya kopong. Tak terhitung berounde-rounde pertempuranku yang liar dengan hantu sexyku. Rama luar biasa. Aku sempat kalah di rounde pertama, makanya Aku tidak terima dan membalasnya di rounde ke dua, ketiga, keempat, kelima, entahlah sudah tidak terhitung. Yang pasti oli sampingku dengan merk peju terkuras habis, sepertinya Aku butuh makan toge alias kecambah untuk mengisi ulang agar bertambah banyak.

Aku bangkit dari kasur, my ghostku sudah tidak ada, sama seperti kemarin. Tapi biarkan saja. Ghostku itu bukan tukang Ghosting. Aku menciumi aroma kasur, tapi jangankan bercak, bau sperma juga tidak ada. Padahal Aku ingat betul, tadi malam Aku memandikan tubuh Rama memakai cairan kelelakianku berkali kali. Lagipula kenapa Aku harus aneh, kan pacarku bukan manusia sepertiku.

Dengan tubuh yang masih bugil, Aku memutuskan untuk keluar kamar, menuruni tangga menuju ke dapur. Aku haus, Aku ingin minum. Walaupun sudah menyusu di dada Rama yang bulat menggoda, tapi tidak keluar susunya.

"My Ghost" panggilku saat menuruni tangga, "Kamu dimana?" suaraku menggema memantul di seisi rumah.

Aku tidak perlu khawatir lagi ada hantu lain di rumah ini. Rama sudah mengklaim dirinya penunggu rumahku dan tidak boleh ada makhluk lain yang mendekat ke rumahku. The one and only, hanya Rama saja.

"sayang, Kamu disini?" Aku terkejut melihat Rama sudah ada di meja makan.

Lebih terkejut lagi karena ada sarapan yang terhidang diatas meja makan. Mataku terbelalak tak percaya. Ada roti tawar dan susu yang sudah tersedia.

"Kamu yang bikin?" tanyaku memastikan.

Rama mengangguk. Ia tersenyum manis, aduuh... kok ada hantu dengan wajah bebelac dan bertubuh Lmen seperti Rama. Tentu, Aku tidak akan menyia-nyiakan satu kecupan di rambutnya sebagai ucapan selamat pagi.

"ini beneran makanan kan?" tanyaku lagi.

Rama mendengus, Ia menyentil bijiku, membuatku mengaduh nyeri, "Kamu pikir Aku mau ngeracunin, kalo nggak percaya ya udah"

Rama memonyongkan bibirnya, tangannya ia lipat diatas meja.

"aa teh becanda atuh, dedek jangan ambekan" Aku menggoda Rama dengan mencolek dagunya.

"Lesty Billar kali ah, pake aa dedek" sungut Rama.

"ya udah kalo nggak mau aa ama dedek, pake mamah dan aa aja" celetukku membuat Rama tertawa.

"buu....ibuu..." Rama mempraktekan nada bicara mamah dedeh yang suka ceramah di tivi setiap pagi, ternyata pacarku ini gaul juga. Hantu gaul yang semalam kugauli.

"maunya Big aja, selain namanya Big, itunya Big" Rama menunjuk anuku yang semalam menghajarnya berkali-kali.

Aku menarik kursi lebih dekat disamping Rama, "My Ghost dipangku aja ya, mau ya!"

Aku menarik lengan Rama, memutar kursi menyampingi meja dan Rama menurut saja untuk duduk diatas pangkuanku.

"kamu bisa masak?" tanyaku menempelkan hidungku di hidung Rama.

"oh iya, lupa" Rama menepuk dahinya, "Aku mau kasih liat sesuatu sama Kamu" Rama beralih dari pangkuanku, Aku jadi terasa hampa, tapi Aku membiarkannya, Aku ingin melihat apa yang ingin dilakukan Rama.

"taraaaaa" ucap Rama mengambil celemek dan memakainya. Ia berputar dengan bangga.

Mataku membulat. Pacar dunia lainku bisa menutupi tubuhnya, itu artinya, Rama bisa memakai baju. Tapi kenapa Aku kurang menyukainya. Lagipula Aku bisa mengontrol nafsuku dengan baik, Aku rasa Rama tidak membutuhkan itu.

"kok bisa?"

Rama mengangkat bahunya, "kayaknya Aku masih harus belajar banyak jadi hantu, Aku dari subuh belajar ngendaliin semua yang kupegang, termasuk berpakaian, Aku memusatkan pikiran, udah kayak Rommy Rafael tadi, dan hasilnya, Aku bisa masak, Aku bisa pake baju, Aku bisa pegang air, semuanya Aku bisa" Rama terlihat sangat bahagia.

"tapi, kalo orang lain lihat, itu melayang atau enggak?" Aku bertanya lagi.

Rama menggeleng dengan yakin, "enggak kok, Aku udah cobain tadi didepan, Aku gangguin tukang bubur lewat, nggak ada respon, kayaknya yang Aku pake ikut ngilang, nempel mungkin"

"tapi Aku nggak ikut ngilang" timpalku tersenyum tipis.

"kan Aku yang dipake" sungut Rama.

Aku berdiri mendekat dan menggenggam jari tangan Rama, "Kamu nggak perlu pake pakaian, Aku lebih suka Kamu bugil, biar ada identitasnya, kan ada tuh, hantu tanpa kepala, hantu tanpa tangan, tanpa kaki, nah....Kamu hantu tanpa pakaian, keren kan!" Aku tertawa lagi dan mengusap rambut Rama.

"Ayolah Big!!, Aku mau pake baju, Aku juga mau keliatan keren di depan Kamu" Rama memainkan mata, seperti bintang berkelip di langit sana.

Aku menghela nafas tak rela, tapi mau gimana lagi, permintaan pacar mana bisa kutolak. Aku sudah pantas dipanggil si Big atau Agung Bucin. Ngebucinin hantu pula.

"ya udah deh" ujarku sedikit terpaksa.

Rama memelukku. Mendaratkan satu ciuman di pipiku, "makasih My Big Great"

"udah Big, Great lagi, kan artinya sama aja Besar" Aku membalas pelukan Rama.

"kan kamu emang double besar" ujar Rama, "eh nggak deng, besarnya banyak" ralat Rama.

"besar namanya, besar badannya, besar anunya, besar NAFSUNYA, besar..."

"ya nggak usah ditekenin juga kata nafsunya" potongku mencubit hidung Rama.

Rama tertawa puas. Aku jatuh semakin dalam. Aku mencintai makhluk yang tidak seharusnya kucintai.

"Aku berharap bisa kayak gini terus sama Kamu" Aku merengkuh pipi Rama, "Serius, Aku belum pernah ngerasain cinta sedalam ini Ram, only You"

"Aku takut ngecewain Kamu, Big" ujar Rama memelukku erat.

Aku mengambil pisau diatas meja makan, kusodorkan ke Rama, "bunuh Aku, Aku mau terus sama Kamu"

"Kamu gila!!" Rama membentakku, "Aku udah bilang apa sama Kamu, Aku nggak suka kalo Kamu ngelakuin hal buruk buat diri Kamu sendiri, Kamu masih nggak ngerti!!" Rama memarahiku dan merebut paksa pisau kecil dari tanganku lalu meletakkannya lagi diatas meja makan.

"Aku cuma pengen sama Kamu, selamanya, nggak ada cara lain, kita lupain aja jasad kamu, dan kita bisa mati penasaran bareng atau...."

"udah Aku nggak mau bahas" Rama memotong ucapanku, "kalo Kamu masih berpikiran kayak anak kecil gini, Aku nggak akan nongol lagi" Ancam Rama.

Aku memegang tangan Rama lagi. Kupandangi matanya yang sayu, "Aku minta maaf, jangan pergi, Aku mohon!"

Rama memelukku lagi, lebih erat dari sebelumnya, hawa dinginnya menusuk ke tulangku.

"Aku nggak suka Kamu berpikiran kayak gitu. Tolong, kita jalanin aja dulu yang ada, nikmatin selagi kita bisa berdua. Kita memang nggak tau kapan kita bakal dipisahin, tapi selagi Aku masih di samping Kamu, dan Kamu masih di samping Aku. Kita bisa buat moment bahagia bersama. Aku cinta sama Kamu, sekalipun Aku tahu ini nggak bener, bahkan walau Aku hidup pun, ini sesuatu yang salah, tapi Aku nggak mau dibenerin, Aku mau salah aja terus, asal sama Kamu"

Perkataan Rama membuatku sadar. Apa yang dikatakan Rama memang benar. Aku ini bodoh, pikiranku sempit. Bisa-bisanya Aku tidak berpikiran dewasa seperti Rama.

"maafin Aku ya" Aku mengelus rambut Rama, "Aku janji, Aku nggak akan ngelakuin hal bodoh lagi"

"jangan janji-janji doang, dari semalem juga gitu, janji-janji, kayak caleg kebanyakan janji" ujar Rama memicingkan mata memandangku.

"iya maaf" Aku mengulang permintaan maafku lagi. "kali ini beneran, Aku rela disamber gledek kalo ampe boong"

Bertepatan dengan selesainya ucapanku. Suara gledek betulan muncul di luar sana, membuat Rama memelukku semakin erat. Dan seketika turun hujan.

"hantu kok takut gledek" ledekku tertawa.

"daripada manusia takut hantu" balas Rama.

"kalo hantunya kayak kamu semua, mana ada manusia takut" Aku tak mau kalah.

"ya kalo manusianya gay semua kayak kamu, nggak bakal takut, justru kasian hantunya, dipake terus" Rama juga tak mau kalah.

Aku memeluk Rama semakin erat. Aku tak ingin lepas. Cintaku semakin besar dan dalam untuk Rama. Aku tak menyesali kelahiranku sebagai Indigo, I mean Indigay. Aku tidak menyangka, takdir mempertemukan Aku dengan arwah yang akhirnya menjadi pacarku.

"makan yuk!" ajakku duduk dan kembali memangku Rama, "Aku tadi rencana mau lari pagi, tapi malah ujan, kita ke kossan Kamu nunggu reda ya"

Rama mengangguk, Ia mengambil garpu dan pisau, kemudian memotong roti tawar dan menyuapkannya dimulutku.

"Kamu bisa makan?" tanyaku penasaran sambil menelan kunyahanku.

Rama menggeleng, "Aku nggak pernah ada rasa laper"

"rasa sange ada ya" timpalku membuat Rama mengoleskan selai di roti ke pipiku.

"lumrah kali, kan setan yang ngajarin zinah" timpal Rama tertawa.

"tapi kan bukan tugas Kamu, emang pernah ketemu ama setan yang ngegodain manusia?" tanyaku ikut tertawa.

"pernah" jawab Rama cepat, "ini yang lagi mangku Aku"

Rama semakin terbahak-bahak melihatku yang memanyunkan bibir.

"buka mulutnya lagi" Aku membuka mulut dan disuapi lagi oleh Rama, "pinter banget, pacarnya siapa ini" Rama terkekeh geli memperlakukanku seperti anak kecil.

"pacarnya hantu bugil" Aku meremas bokong Rama dengan nakal.

"udah nggak, udah bisa pake baju" timpal Rama.

Jawaban Rama seketika membuatku murung.

"Big...kan Aku masih bisa bugil pas tidur sama Kamu" ujar Rama menyunggingkan senyum.

Aku ikut tersenyum, benar juga. Aku kan bisa kapan saja membuat Rama bugil.

Suapan demi suapan Aku terima dari Rama. Aku sudah tidak perduli jika Roti berubah jadi genteng, Susu berubah jadi darah. Asal Rama yang menyuapi, Aku rela makan apapun juga. Sudah kukatakan, panggil Aku si Big Bucin. Aku ngebucin ke hantu.

"kamu masih nggak yakin ini makanan asli atau bukan?" selidik Rama. "tuh wadahnya masih diujung noh, Kamu pikir Aku kayak di film film jadul yang ngerubah sesuatu jadi makanan"

Aku melirik ujung meja yang ditunjuk Rama, disana ada kaleng susu low fat yang sering kuseduh, dan roti tawar yang sering ku buat.

"kamu, nyodorin apapun, Aku bakal makan" ujarku menghabiskan sisa susu yang dipegang Rama.

"ya udah, Kamu mandi gih sana!" ujar Rama beralih dari pangkuanku.

Dengan semangat Aku segera kembali ke kamar dan mandi secepat kilat. Rasanya sedetik saja pisah dari Rama, Aku sudah memikul rindu yang berat.

Seusai mandi, Aku mengenakan pakaian casual. Aku jadi ganjen ingin tampil tampan didepan Rama. Diluar masih hujan deras. Setelah mengenakan pakaian, Aku melihat Rama yang berdiri bersandar membelakangiku di balkon kamarku, memandangi jalanan yang masih dibasahi gemericik air hujan. Syukurlah tidak ada angin dan petir. Tapi hujan seperti ini biasanya akan awet.

"hujannya dikasih formalin nih" celetukku menghampiri Rama yang memakai pakaianku.

"emangnya baso dikasih formalin" Rama tersenyum. Hantuku sangat tampan, lagi-lagi Aku berharap Rama belum mati.

"ujannya nggak reda-reda, awet kayak cintaku ke kamu, gimana dong?" tanyaku merangkul tubuh Rama, hawa Rama masih saja dingin, dan ini bukan karena hujan.

Rama merebahkan kepalanya bersandar di pundakku, "nggak apa-apa, lagian ada Daffa yang udah ngebantuin, terus ada si Ojan yang udah nyelidikan kasus ini, Kamu istirahat dulu aja, masih bisa besok, kan minggu"

"tapi kan Aku mau malam mingguan sama Kamu" timpalku merubah posisi.

Aku berpindah ke belakang tubuh Rama, menahan tanganku ke pembatas balkon, hingga Rama terkunci tak bisa kemana-mana.

"sayangku bau melati" Aku mencium tekuk leher belakang Rama.

"emangnya Aku kuburan, dikubur aja belum" timpal Rama menempelkan kepala bagian belakangnya di pundakku.

"ngejawab mulu" sungutku menempelkan pipiku ke pipi Rama.

"Kamu mau kita diem-dieman?" sahut Rama melepas tanganku yang memegang pembatas balkon lalu melingkarkan tanganku di perutnya.

Aku meraba perut Rama, ada juga hantu sixpack ternyata.

"ya jangan dong, Papa mana kuat didiemin mama" Aku terkekeh geli atas ucapanku sendiri.

Rama ikut tertawa manis, "udah kayak gelas papa mama"

"tapi beneran deh, kok bau melati" ujarku mengendus-endus tubuh Rama. Rama memang wangi tapi bukan aroma melati, wangi Rama tidak bisa kujelaskan.

"pantes bau melati, tuuh liat" Rama menunjuk ke gazebo yang ada di pekarangan depan rumahku, ada sosok putih berambut panjang yang sedang duduk membelakangi Kami, "udah dibilangin, ini daerah kekuasaan Aku, masih aja pada ngeyel, Aku usir dulu, Kamu tunggu disini"

Dalam kerlipan mata, Rama hilang dari pelukanku. Ia berpindah ke Gazebo. Entah apa yang dibicarakan Rama. Ia tampak seperti Ibu-ibu yang memarahi anaknya. Tak lama Rama menghilang lagi dari Gazebo dan tiba-tiba muncul disebelahku.

"hebat, kamu bisa sulap" candaku kembali membentuk posisi memeluk Rama seperti semula. "dia kenapa?" tanyaku penasaran.

"itu si mba Kunkun, katanya numpang berteduh doang, pohonnya lagi kebasahan soalnya ujan" jawab Rama serius.

Aku tertawa mendengar jawaban Rama. Aneh, ada gitu kunti numpang berteduh dan takut kebasahan.

"emang dia di pohon mana?" tanyaku lagi.

"itu, rumah di sebrang jalan rumah Kamu" jawab Rama mempererat tanganku yang melingkar di perutnya.

Aku menempelkan dagu ke pundak Rama, makin cinta saja Aku dibuat hantu ini, "itu kan rumah pejabat yang korupsi ratusan milyar yang di TV kemaren"

"seriusan?, tau gitu Aku suruh mba kunkun nongolin diri di rumah itu, biar penghuninya pada takut" timpal Rama tertawa.

"Kamu udah bisa nongolin diri didepan orang?" Aku bertanya lagi.

Rasanya Aku terus mengalirkan percakapan. Aku tidak ingin berhenti mengobrol dengan Rama, seperti hujan yang tak mau berhenti di hari ini.

"Aku belum nyoba sih, nanti aku..."

"nggak usah dicobain, Aku mau cuma Aku aja yang bisa liat kamu" potongku membuat Rama membalikkan tubuhnya dan menghadap ke arahku.

Rama mengalungkan tangan di leherku, Ia memandangku dengan senyum manisnya yang membuat hatiku tenang saat melihat senyum Rama, "Kamu pikir indigo di indonesia ini cuma Kamu doang"

"Indigo banyak, tapi Indigay kayaknya cuman Aku" timpalku menggesek hidungku bertemu hidung Rama. Aku suka sekali melakukan itu.

"oh iya..Aku lupa, Kamu indigay, dan Aku Ghostmo" ujar Rama menyengirkan giginya yang tetap saja putih walau sudah bukan manusia.

Aku memicingkan alis, dahiku pasti sedang berkerut, "Ghostmo apaan?"

"Ghost Homo" Rama memeletkan lidahnya yang spontan kujilat. Rasa dingin lidahnya bisa kukecap.

"asal jangan Ghosting" timpalku mencubit pipi Rama.

"Aku kan bukan anak presiden" Rama tertawa lagi.

"update juga kamu info terbaru" ujarku melumat bibir Rama.

Kami kembali berpagutan ditemani rintikan hujan yang tak kunjung reda, Aku membawa Rama masuk ke kamar, berjalan sambil berpagutan. Indah sekali hari-hariku semenjak Rama hadir didalam hidupku. Tapi, sedang ingin mencumbu Rama kembali. Hape didalam saku celanaku bergetar. Sebuah Video Call dari Daffa masuk, Aku dengan malas menggeser tombol untuk menerima panggilan Video Call Daffa.

"ngapain sih pake video call segala, kan bisa chat aja" sungutku merasa terganggu.

"jangan gitu sama temen Aku!" Rama memberi tinjuan pelan di lenganku.

"ketus amat lu gung, kayak gua ganggu lu lagi ena-ena aja" timpal Daffa.

"emang, gua baru mau ena-ena ama temen lu"

"gila lu PK (Penjahat Kelamin)!!" Daffa meneriakiku, "temen gua arwah, masih lu embat juga"

"beda alam urusan belakangan, yang penting urusan hati nih boss, susah kalo udah ngomongin cinta" timpalku memberi alasan.

"au ah, pusing ngurusin anak Indihome, emang agak nyeleneh" ledek Daffa tertawa, "gua ada informasi penting" Daffa langsung berubah ke mode serius.

"apaan?" tanyaku tak sabar ingin tahu.

"gua dapet info dan selentingan, dalam sepuluh hari terakhir ini, yang ngilang nggak cuma Rama, tapi setiap hari ada yang hilang. Entah itu member Gym Artist Fitness maupun karyawannya" jelas Daffa sangat serius.

"ini bukan hoax kan? lu udah pastiin sendiri?" tanyaku berusaha mengalihkan perhatian.

"gua berani sumpah nggak boong, semua yang hilang ini cowok anak rantau ataupun anak yatim piatu, gua sendiri ketemu anggota keluarga dari korban yang nyariin anaknya, gua yakin pelakunya ada di tempat Gym ini, karena dia bisa tau siapa aja yang anak Rantau dan siapa aja yang yatim piatu" Daffa bercerita dengan wajah penuh kekhawatiran.

"terus apalagi yang lu dapet?" tanyaku menggali informasi.

"belum ada gerak-gerik orang yang gua curigain disini gung, tapi sumpah, gua takut. Gua takut jadi korban selanjutnya, gua kan yatim piatu" jawab Daffa semakin panik.

"Daf tenang, ada baiknya lu resign aja daripada lu kenapa-kenapa" ujarku berusaha menenangkan dan memberikan saran.

Daffa menghela nafas bingung, Ia seperti dilema, "gua bingung, kalo gua resign, gua nggak bisa ngungkap pelaku yang nyulik dan nyimpen tubuh-tubuh orang itu termasuk Rama, gua harus ngelakuin sesuatu demi Rama"

"lu harus tetep kontek gua apapun informasi yang lu dapet Daf" Daffa mengangguk, "gua coba sebarin poster Rama, lu punya foto Rama, kirimin ke gua ya!" Daffa mengangguk lagi dan Aku mengakhiri Video Call.

Aku khawatir dan bingung. Semua perasaan itu menjadi satu, apa tujuan orang menculik laki-laki Gay. Ah iya. Bodoh!, bukankah kata Daffa korbannya adalah anak rantau dan yatim piatu, Aku kan anak rantau. Kenapa Aku malah membatalkan menjadi member di Artist Fitness. Aku jadi penasaran dengan apa yang sedang terjadi.

Próximo capítulo