webnovel

Takdir

Ibrahim POV

_________________________________________

Akhirnya sang pencipta kehidupan menunjukkan kuasanya, tepat pagi hari Gabrielku terbangun, tubuhnya mengejang, Aku tak kuasa melihat tubuhnya yang lemah, tapi Aku sangat bahagia, Gabrielku hidup, penyemangat hidupku telah kembali.

Dokter harus memeriksa keadaan Gabriel, sehingga Aku mama dan papa harus menunggu diluar terlebih dahulu.

Dalam keadaan cemas menunggu Gabrielku diperiksa, handphoneku berdenting, sebuah email masuk dari Rumah Sakit yang sebulan lalu sempat kudatangi untuk melakukan test DNA atas anak yang dilahirkan Rasty.

Ya, Rasty sudah melahirkan, Anaknya perempuan, Rasty memintaku memberinya nama tapi aku tidak mau, karena belum jelas itu anakku atau bukan.

Aku menerima sebuah foto perbandingan, entah aku tidak mengerti apa maksudnya, yang kulihat foto sebelah kiri bertuliskan Ayah, dan sebelah kanan bertuliskan Bayi, serta dilengkapi istilah-istilah dunia kedokteran, yang kuperhatikan ada kata-kata kromosom disana.

Aku menelpon Hasan, Dokter sekaligus temanku saat kuliah dulu, Dialah yang menangani test DNA ku waktu itu,

"Im, Gua nggak bisa bilang ini bayi anak lu 100%, tapi dari sampel Kromosom, Gen, Protein dan juga Rambut lu dan bayi yang udah gua periksa, hasilnya banyak kesamaan antara lu dan bayi ini im, bahkan si bayi juga mengidap Buta Warna Parsial im, sama kayak lu" Ujar Hasan menjelaskan saat aku menelpon dan menanyakan maksud dari email yang kuterima.

Aku memang Buta Warna Parsial, menurun dari Abi, aku tidak bisa membedakan warna Hijau dan Jingga, seringkali Aku melihat kedua warna itu bagiku adalah kuning, lampu lalu lintas saja aku menghapalkan lokasi lampunya, bukan dari warnanya, unik sekali memang.

Penjelasan Hasan membuatku tak mampu bergerak, Aku sudah melakukan kesalahan besar, bagaimanapun juga Aku akan bertanggung jawab dan menikahi Rasty secepatnya, tapi sebelum itu, Aku harus meminta maaf kepada Gabrielku.

Dokter yang memeriksa Gabriel sudah keluar, Mama dan Papa masuk kedalam ruangan.

Aku bermaksud menghubungi nomor baru Rasty, karena Handphonenya hancur berantakan saat kejadian di apartement 7 bulan yang lalu, namun Rasty ternyata lebih dulu menghubungiku.

Semenjak melahirkan, Rasty kuberi izin untuk tinggal di Apartementku untuk mengurus bayinya, dan Aku indekos didekat Rumah Sakit agar lebih mudah menjaga Gabriel, masalah ini sudah kuceritakan semuanya kepada orang tuaku, Seperti biasa Ummi dan Abi hanya mempercayakan semua keputusan kepadaku, tapi tidak dengan Gadis usil yang menyayangi Gabrielku, Sarah membenciku, dia tidak mau berbicara padaku setelah tau kejadian antara Aku, Gabriel dan Rasty.

"Hallo Ras" Sapaku setelah menekan tombol berwarna hijau di layar handphoneku.

"Baim, polisi dateng ke apartement nyari kamu, katanya mereka bawa surat penangkapan, ini maksudnya apa im, apa yang kamu lakuin, kok bisa?" Tanya Rasty dengan nada panik diujung sana.

"Aku gak lakuin apa-apa" Aku kebingungan "terus polisi nangkep aku atas dasar apa?" Tanyaku lagi mengacak-acak rambutku yang mulai panjang karena sudah lama tidak kupangkas.

"atas dasar tuduhan percobaan pembunuhan terhadap Gabriel, bilang sama Aku kalau itu gak bener im?" Tanya Rasti, suaranya mengeras.

"ggg--gak mungkin, ini gak bener Ras" Aku shock, makin bingung dengan tuduhan polisi terhadapku, "Aku mana mungkin ngelakuin itu ke orang yang paling Aku cintai Ras, gak mungkin"

Rasty terdiam, "oh" lirihnya diujung sana, "Aku pikir setelah anak ini lahir dan terbukti anak Kamu, Kamu bisa terima kenyataan dan lupain Gabriel, ternyata enggak ya im, tega kamu im"

Kudengar suara Rasty terisak.

"Ras, Aku akan nikahin kamu secepatnya" ujarku berusaha menenangkan.

"gak perlu Im, buat apa Kamu nikahin Aku kalau hati Kamu bukan buat Aku, maaf ya Im, Aku terpaksa kasih tau keberadaan Kamu ke Polisi, Aku lebih rela Kamu dipenjara daripada harus hidup sama Kamu yang selalu dibayang-bayangi Gabriel!!" Bentak Rasty langsung mematikan panggilannya.

Ingin rasanya Aku berteriak sekencang-kencangnya, Aku merasa cobaan datang silih berganti, bertubi-tubi menimpaku, mungkin inilah Karma, Karmaku karena selalu mempermainkan hati orang lain.

Ibrahim yang dikenal sebagai Don Juan, yang tidak masalah dengan kegagalan hubungannya dengan banyak wanita, sekarang tergila gila dan tidak bisa melepas seseorang, Laki-laki pula, setidaknya Aku masih bersyukur, hanya Gabriel satu-satunya laki-laki yang Aku cinta, jika Aku tidak ditakdirkan bersama Gabriel, Aku tidak akan pernah menjalin cinta dengan laki-laki lain.

Kuputuskan untuk masuk ke Kamar tempat Gabriel dirawat, Aku harus meminta maaf terlebih dahulu sebelum polisi datang menjemputku.

* * *

Tidak pernah terpikirkan olehku bisa menjadi tersangka atas percobaan pembunuhan Gabrielku sendiri, jelas jelas pada hari kejadian tersebut, Aku, Gabriel dan Rasty sedang melakukan Drama, tapi penyelidikan memberatkanku, Apalagi ada ID Cardku yang ditemukan di danau yang menjadi lokasi kecelakaan Gabriel, ID Card yang dicurigai sudah terendam lama berbulan-bulan, plastiknya sudah terkelupas, entah bagaimana mereka mengetahui itu milikku, karena Aku tidak melihat jelas fotoku, dan Aku tidak ingat berapa no NIK ku.

Saat Aku dibawa Polisi kemarin, Aku langsung nenelpon Pengacaraku, Pengacaraku melakukan pembelaan agar Aku mendapatkan penangguhan penahananan sampai berkas diterima di pengadilan, sehingga Aku tidak perlu mendekam di penjara sampai waktu sidang pengadilan yang akan dilaksanakan Tiga hari lagi.

Namun kasus unik ini langsung membuat media geger, apalagi percintaan sejenis adalah hal yang tabu namun seru untuk diperbincangkan, Aku sudah menjadi pemberitaan dimana-mana, Berita-berita mengatakan bahwa motifnya adalah Asmara Sejenis, bahkan tidak hanya Gabriel yang dibawa-bawa, nama papanya Agustinus Lauw yang cukup terkenal di dikalangan pebisnis ikut terseret masalah kami.

Wartawan-wartawan bodoh dan tidak beretika itu malah menyorot Gabriel yang jelas jelas sebagai Korban, bukannya meminta penjelasan terhadapku.

Hari ini Aku berkunjung ke Rumah sakit, bermaksud melihat keadaan Gabriel, namun Papa dan Mama melarangku menemui Gabriel, mereka berang kepadaku, mereka memakiku, dan juga memarahi Gabriel, Gabriel hanya menangis di ranjangnya, masih teringat jelas saat Papa mengusirku.

"Pergi Anda dari sini!!!, Saya tidak akan pernah membiarkan Anda menemui anak saya dan berteman dengan anak saya lagi, Anda sudah mencoreng nama baik keluarga Saya" Itu yang dikatakan Papa Gabriel dengan wajah memerah dan sempat melayangkan tamparan di telingaku.

Itulah hari terakhirku bertemu dengan Gabriel.

* * *

Sudah Dua hari sejak kejadian Aku diusir oleh Papa dari Rumah Sakit, hari ini Aku duduk didepan hakim untuk menghadiri sidang peradilan atas dakwaan kasus percobaan pembunuhan terhadapku, antara Aku sebagai terdakwa melawan beberapa pihak aparat yang coba mengambil keuntungan atas kasusku.

Ummi dan Abi sudah hadir, kulihat Ummi menangis dibelakang, Aku memberinya tanda bahwa Jangan menangis, Aku baik-baik saja, tapi Ummiku justru semakin menangis.

Sarah tidak datang, Gadis itu masih belum mau memaafkan Masnya.

Para saksi dikumpulkan, dari pihak lawanku hanya satu saksi yang kukenal yaitu sekuriti apartement yang bernama Mulyono, Rasanya ingin kuhajar Mulyono yang memberikan kesaksian palsu bahwa Ia melihatku didepan mobil Gabriel, jelas jelas pada hari itu Aku berada di ruang dapur apartementku.

Satu persatu para saksi lawan memberikan kesaksian tanpa bukti, jadi hakim masih belum memberikan keputusan yang memberatkanku.

Tibalah saksi dariku, Aku berterima kasih kepada Lita, Lusi dan Mba Mel yang mau memberi kesaksian, sedangkan Rasty sebagai saksi kunci, dengan Tega menghilang tidak perduli dengan Sidangku hari ini.

Mba Melanie maju menjadi yang pertama, Hakim memulai membuka pertanyaan.

"Ibu Melanie Immanuel Subagja, Apa anda mengenal dekat Bapak Gabriel Florentinus Lauw dan Bapak Ibrahim Yusuf Almuzzaky?" Tanya Hakim

"Betul, Saya kenal dekat keduanya, karena mereka adalah assistant manager saya, yang mulia" Jawab Mba Mel.

"Ibu Melanie Immanuel Subagja, sebagai atasan, apa anda mengetahui hubungan asmara antara Bapak Gabriel dan Bapak Ibrahim?" Tanya Hakim lagi.

Mba Mel diam, bibirnya terisak, matanya mengeluarkan air mata, tiba tiba Mba Mel menangis semakin pilu, semua mata tertuju padanya, semua terkejut, tak terkecuali Aku, Lita dan Lusi yang saling berpandang.

"Yang mulia" Ujar Mba mel dengan suaranya yang bercampur isak tangisnya, "Ibrahim tidak bersalah, sayalah yang bersalah" Suaranya menggema di seisi ruangan saat Mba mel dengan lantang mengatakan itu di Microphone yang Ia pegang.

Sontak membuatku terkejut, apa maksud dari semua ini, bagaimana bisa Mba Mel mengatakan hal itu, jantungku rasanya ingin jatuh ke perut, Lita dan Lusi bahkan terperangah tak percaya.

"Saya, MELANIE IMMANUEL SUBAGJA mengakui kesalahan saya karena membantu rencana Keponakan saya DIANDRA RASTY SUBAGJA, Ibrahim tidak bersalah Yang mulia, Ibrahim korban, Saya dan Keponakan sayalah yang mengatur siasat untuk menjebak Ibrahim" Ujar Mba Mel lagi dengan lantang mengakui dalam tangisan penyesalannya.

Aku semakin shock, tak mampu berkata apa apa lagi, kenapa aku baru sadar jika nama belakang Mba Mel dan Rasty sama, aku baru tahu jika Mba Mel adalah Tantenya Rasty, lalu kenapa Mba Mel begitu baik membantuku, bahkan saat Gabriel Koma, Ia masih sering datang berkunjung, Aku sama sekali tidak menyangka, serapat dan sehebat itu Mba Mel menyembunyikan semuanya.

Mba mel menatapku, matanya penuh penyesalan, Aku berusaha tersenyum, mencoba untuk Ikhlas, ini memang sudah takdir yang harus Aku lalui.

"Baim, maafin mba, mba udah jahat sama kamu dan Gabriel, mba nyesel im, Mba memang tantenya Rasty, mba terpaksa ngebantu Rasty karena Rasty nggak punya siapa-siapa lagi, Mba tau hubungan kamu sama Gabriel dari Rasty, makanya Mba sengaja nyuruh Gabriel pulang pada hari itu, supaya mba bisa ngikutin dia dari belakang, saat Gabriel tiba di apartement kamu, Mba yang ngerusak mobil Gabriel, juga ID Card kamu yang sering kamu tinggal di meja, mbak yang letakin di mobil Gabriel, maafin Mba, Mba ngelakuin ini supaya kamu pisah sama Gabriel dan nikah sama Rasty, karena Rasty memang hamil anak kamu Im" Mba mel menjelaskan, Ia semakin menangis sejadi-jadinya.

para hadirin yang hadir menyoraki Mba Mel, mengiringi kejujuran Mba Mel, sorak sorai mereka mencemooh, sehingga Hakim berbicara cukup keras dari micnya guna menstabilkan suasana didalam ruangan.

"adalagi yang ingin anda sampaikan Ibu Melanie?" Tanya Hakim saat para hadirin yang hadir sudah tampak tenang.

"Tapi kenapa harus dengan mencelakai Gabriel Mba?" tanyaku tertahan, Aku berusaha untuk menahan emosiku, walau bagaimanapun juga, banyak kenangan manis antara Aku, Gabriel dan Mba Mel, keseruan partner kerja yang tidak bisa dilupakan.

Masih dengan pelan-pelan dan samabil menangis, dan menekankan kata demi kata Mba Mel melanjutkan berbicara "maafin mba-- mba pikir dengan menyingkirkan Gabriel, maka masalah akan beres, tapi nyatanya tidak, cinta yang kamu punya sangat besar untuk Gabriel, bahkan kamu mengorbankan semua waktu kamu untuk menjaga Gabriel, mba nyesel iiiiim, mba udah jahat sama Gabriel dan kamu, Gabriel masih inget sama lensa yang mba mau, kalian masih sempet ngasih itu untuk kado mba, bahkan kalian jauh-jauh hari beli untuk mba, mba nyesel, maafkan mba karena udah bantu rencana jahat Rasty"

"yang mulia, saksi-saksi itu palsu, mereka dibayar oleh keponakan saya untuk memberatkan Terdakwa, saya mempunyai bukti" Ujar Mba Mel menghapus air matanya, Ia terlihat paling bersemangat menguak kejadian sebenarnya, matanya nanar menatap tiga saksi dari lawanku yang menundukkan wajah.

"Semua Rekaman dan Obrolan saya dengan Rasty, ada di Falshdisk ini, sekali lagi saya tekankan Ibrahim tidak bersalah, sayalah yang bersalah" Ujar Mba Mel lagi, tampak raut wajahnya puas mengakui rasa kesalahannya.

Hakim mengetuk palu, "Dengan bukti yang sangat konkrit dan juga pengakuan Ibu Melanie Immanuel Subagja, maka, pengadilan tinggi negeri Jakarta Pusat mengeluarkan keputusan peradilan bahwa Saudara Ibrahim Yusuf AlMuzakky dinyatakan TIDAK BERSALAH" Lalu diiringi lagi ketukan Palu yang lebih keras.

Banyak suara syukur yang kudengar, termasuk dariku sendiri yang tidak henti-hentinya mengucap Syukur kepada tuhanku.

Mba mel langsung dibawa oleh Polisi yang berjaga termasuk para saksi palsu, Ia tersenyum saat melewatiku, kubalas senyumannya dengan tulus, bagaimanpun juga Aku tetap harus berterima kasih atas kejujuran Mba Mel.

Tampak beberapa polisi saling bersahutan dari alat komunikasi yang mereka kenakan, dengan menyebut nama Rasty, mungkin mereka menyuruh untuk segera bertindak mencari Rasty.

Aku segera menghampiri Ummi dan Abi, tak ketinggalan Lita dan Lusi juga ikut menghampiriku.

"Alhamdulillah" ujar ummi memelukku, "kebenaran sudah terungkap, ummi bahagaia sekali mas"

"Puji tuhan, Lusi sama Lita juga seneng mas akhirnya dinyatakan nggak bersalah" Lusi ikut berbicara diiringi anggukan Lita.

"makasih ummi" jawabku memeluk Ummi, "kalian berdua juga, makasih ya Duo L udah mau bantuin mas" ujarku menatap lembut Lusi dan Lita.

Aku benar benar lega dan sangat bahagia, namun ini bukan saatnya merayakan kebahagiaanku, Aku harus mencari Rasty, Aku ingin mengambil bayiku, bagaimanapun juga dia darah dagingku, Aku takut Rasty berbuat nekat.

Dalam kecemasanku, Aku menerima Sebuah pesan masuk dari Rasty,

"Baim, aku nggak mau masuk penjara, datanglah ke komplek pergudangan jaya no 93, saat kamu datang, mungkin aku sudah mati, jadi kumohon jemput Anak kamu disini, Aku sudah memberinya nama Gabriella, aku berharap kau bisa menyayanginya seperti kau menyayangi Gabrielmu"

TO Be Continued

_________________________________________

Próximo capítulo