webnovel

TIGA BELAS

Arsen terdiam kilas balik kenangan masa kecilnya kembali terbayang di kepalanya.

[... Seorang anak pelayan yang awalnya sangat menghormatinya sebagai majikan berubah menjadi seorang penindas karena ibunya naik pangkat menjadi nyonya muda.

Arsen yang saat itu masih berumur 10 tahun selalu di tindas, dan di hukum meskipun dia tidak melakukan kesalahan apa pun. Sedangkan papanya tidak peduli dengannya, dia hanya peduli dengan pekerjaan dan bisik-bisik manja dari istri mudanya.

Arsen kecil sangat tersiksa, saat di sekolah dia juga di bully, dan dipukuli. Tapi tetap saja papanya tidak peduli dan balik memarahinya.

Semakin lama mereka semakin menjadi-jadi. Awalnya dia ingin menjadi seorang dokter tapi kelakuan dari kakak tirinya semakin membuatnya marah, kembali tidak hanya rumah dan papanya yang di rampas, cita-cita nya pun di rampas.

Karena sudah tidak tahan akhirnya dia kabur dari rumah membawa berkas penting peninggalan mamanya, yang membuat papanya marah hingga jatuh sakit dan meninggal..]

Tori memanggil Arsen membuat pemuda itu kembali sadar. Tori benar dia sudah lama menunggu tapi, Elise juga penting. Dia tidak bisa melepaskan Elise karena untuk mendapatkan hatinya gadis itu sangat sulit.

Arsen menghela napas dan tersenyum pasrah "Sepertinya! Aku harus mengulang tahun depan saja!".

Tori yang mendengar keputusan Arsen tidak bisa berkata-kata. Rasanya Tori sangat ingin menampar kepala sahabatnya agar sadar, Tori marah karena kebodohan sahabatnya. Karena tidak ingin bertengkar akhirnya Tori memilih pergi dan kembali ke kamarnya.

Ya mereka tinggal di satu kos, kamar mereka bahkan bersebelahan, Tori yang sejak SMP selalu bersama Arsen jadi tahu sifat dan karakter sahabatnya.

Arsen ingin mencapai semuanya sekaligus, tapi sahabatnya itu tidak tahu bahwa ada hal tertentu yang tidak boleh terlalu serakah. Mungkin saja dia bisa mendapatkan semuanya jika itu masih di satu jalan, tapi bagaimana jika sejak awal itu adalah jalan yang berbeda hanya terpaksa untuk berada di jalan yang sama.

Tori menghela napas kasihan pada sahabatnya, orang kaya tapi sangat miskin. Tori masuk ke kamarnya menatap tempat tidur, dia sedang berpikir.

"Mungkin aku harus memberitahu Elise tentang ini, bukankah ini kabar baik! Mungkin saja Elise bisa memberinya solusi. Dan menasihati Arsen untuk tidak menyerah!".

Tori tersenyum senang dia sudah memutuskan untuk memberitahu Elise semuanya. Mungkin dia benar-benar bisa membantunya.

****

Esok paginya Tori ingin berangkat ke kelas bersama Arsen seperti biasanya tapi setelah mengetuk pintu kamar berulang kali sampai membuat tangannya sakit, sahabatnya itu tidak kunjung keluar. Mungkin karena suara berisik yang di timbulkan dari ketukan nya, pemilik kamar sebelah keluar dan memberitahu Tori kalau Arsen sudah berangkat.

Tori merasa di khianati oleh sahabatnya sendiri, dan berpikir apakah dia marah karena masalah sebelumnya. Tidak! Seharusnya dirinya yang marah karena tindakan bodoh Arsen kan, bukan sebaliknya.

Tori akhirnya dengan paksa mengeluarkan sepeda nya dan berangkat sendirian menuju kelas.

Setengah jalan dia melihat bayangan Alea yang mengayuh sepedanya dengan santai sendirian. Tori mempercepat laju sepedanya dan berjalan di sisi Alea.

"Hai Miss Alea! Sendirian? Dimana bayi kecil itu?".

Alea langsung menoleh dan terkekeh "Hai Tori! Kau juga sendirian? Saat bangun pagi tadi aku tidak melihatnya.."

Tori menggeleng kan kepala. "Tidak heran! Dia baru pertama kali jatuh cinta! Ingin melakukan semuanya dengan sempurna!" ujar Tori sambil mengayuh sepeda nya mengiringi kecepatan sepeda Alea.

Tori jadi memiliki ide untuk bertanya pada Alea. "Miss Alea! Boleh aku bertanya sesuatu?".

Alea menoleh sekilas dan mengangguk kemudian dia kembali fokus mengayuh sepeda.

"...Begini.. Aku punya teman yang sangat cerdas, dia di terima di salah satu sekolah penerbangan ternama Tapi karena sesuatu hal dia memilih untuk menundanya. Jadi Miss Alea menurut mu, sebagai seorang teman apa yang harus kau lakukan untuk membuatnya tetap melanjutkan cita-citanya itu."

Alea terdiam dia berhenti mengayuh sepeda dan turun, memilih menuntun sepedanya menuju kelas yang jaraknya memang tidak terlalu jauh.

"Berapa lama lagi batas registrasi".

Tori terkejut tapi tetap menjawab "Satu Minggu lagi!".

Alea kembali diam. "Temanmu itu.. Arsen kan? Dia pernah bilang padaku ingin menjadi pilot. Apakah dia menundanya karena Elise?"

Tori kembali membenarkan tebakan Alea. Pemuda itu langsung mengacungkan jempolnya pada Alea karena kagum.

".. Jangan khawatir! Aku tahu seperti apa Elise, dia tidak akan membuat orang lain menyia-nyiakan kesempatan untuk menggapai cita-citanya." Alea terdiam kemudian kembali menatap Tori.

"Miss Alea. Apa kau punya solusinya?"

" ..Kau bicaralah dengan Elise, dan lihat apa yang akan dia lakukan setelah itu, aku tidak tahu dampaknya seburuk apa pada Arsen. Dan kau sebagai sahabatnya Arsen harus membantunya melewati masa sulit itu nanti.".

Tori terdiam "Miss Alea? Kenapa mendengar kata-kata mu seperti akan terjadi sesuatu yang buruk? Apa sebaiknya aku tidak mengatakan apa pun?".

"Tidak! Kau harus menemui Elise hari ini, untuk Arsen aku akan menahannya.. kau tentu tahu seperti apa cinta pertama bertemu dengan orang yang baru merasakan puber! Itu sangat mengerikan.." ujar Alea sambil terkekeh.

Dan Tori membenarkan.

***

Kelas pertama berakhir. Alea langsung pergi ke kelas C dan memanggil Arsen. Dan saat itu pula Tori menahan Elise membuat gadis itu mengerut kening heran.

"Apa ini?" tanya nya curiga. Karena dia tahu jika Alea melakukan sesuatu pasti ada sesuatu yang penting terjadi.

Tori meminta maaf kemudian menarik Elise ke tempat yang sedikit sepi. Setelah merasa aman dan tidak terlihat, Tori mulai menjelaskan masalah yang di hadapi nya dan semua itu berhubungan dengan Arsen.

Elise mendengarkan dengan sabar karena dia sudah bisa menebak jika masalah seperti itu cepat atau lambat akan terjadi, tapi dia tidak pernah berpikir jika Arsen akan memilihnya dari pada pendidikan yang telah dia tunggu selama bertahu-tahun.

Tori akhirnya menghela napas lega karena sudah menceritakan semuanya pada Elise kini semuanya tergantung dari tindakan apa yang akan di lakukannya.

Elise tersenyum dan berkata pada Tori. "Jangan khawatir! Dalam tiga hari dia pasti akan pergi.." kemudian Elise meninggalkan Tori yang kebingungan oleh kata-kata Elise.

Ya, dia hanya perlu menunggu. Bisik Tori dalam hati.

****

Di kelas Arsen sudah menunggu Elise sepertinya Alea tidak bisa menahan Arsen terlalu lama.

Pemuda itu melihat kedatangan Elise dan langsung menghujaninya dengan banyak pertanyaan. Elise hanya tertawa dan mengajak Arsen pergi makan siang bersama.

Arsen yang bahagia tidak memperdulikan kalau Elise tidak menjawab pertanyaan nya, yang penting Elise masih bersamanya. Itu sudah cukup.

Tori yang memandang dari jauh menghela napas sedih, untuk cinta sahabatnya, dia merasa bersalah pada Arsen karena memberitahu Elise tentang semuanya. Entah apa yang akan terjadi dengan hubungan mereka selanjutnya.

Próximo capítulo