webnovel

Ikatan Takdir

Rumah kayu yang kecil namun terasa hangat dan nyaman menjadi tempat mereka berada saat ini. Keduanya tengah duduk tenang di sebuah kursi kayu untuk dua orang. Caroline merasa tidak nyaman karena dia tidak begitu dekat dengan Frey tapi dia menahannya.

Tidak lama setelahnya terdengar suara langkah kaki yang mendekat, wanita yang berstatus ibu Livina itu membawa sebuah nampan dengan dua cangkir teh hangat di atasnya. Dia tersenyum menatap ke arah Caroline yang terlihat begitu cantik.

Caroline jelas menyadari tatapan wanita itu, dia masih tidak tau apa yang ada di keningnya tapi Frey bilang bahwa ada pola yang sama seperti milik wanita itu di dahi Caroline. Tangan wanita itu terulur memberikan sebuah cermin kecil untuk membantu Caroline melihat keningnya.

Manik Caroline membulat, menatap terkejut akan hal yang baru saja dia lihat. Pola itu sangat sama seperti milik ibu Livina dan Caroline langsung menatap manik ungu gelap itu "kau sudah menerimanya, dan itulah yang kau dapatkan"

Wanita itu tersenyum melirik Frey yang mulai masuk ke dalam takdir Caroline tanpa dia sadari. Caroline jelas sudah tidak peduli akan rahasianya yang akan terungkap atau tidak. Bahkan sekarang Frey menjadi satu-satunya orang yang tau akan semuanya.

Tidak Jennifer atau Luis tapi Frey, orang asing yang dia kenal lewat sebuah kebetulan yang tidak di sengaja.

"Kalian memiliki ikatan yang besar"

Wanita itu tertawa kecil melihat raut wajah Caroline dan Frey yang terkejut, keduanya langsung saling berpandangan menatap ke bola mata masing-masing. Ucapan wanita itu menjadi sebuah gema di pikiran mereka sampai Frey bangkit menatap dingin pada Caroline.

Caroline tentu merasa bingung, apakah dia telah berbuat salah? Kenapa tatapan Frey berubah? Ada apa ini? Bahkan ibu Livina juga menyadari akan perbedaan Frey yang begitu jelas.

"Apa kalian tidak menyadarinya!?" wanita itu tidak bisa percaya jika ternyata ikatan takdir itu masih belum terungkap, padahal dia bisa melihat jelas benang merah yang saling terikat di jari kelingking mereka.

Apa ini karena wujud Werewofl Caroline belum muncul makanya keduanya belum menyadarinya. Atau ada hal yang membuat keduanya tidak mengetahui fakta ini.

"Ibu..! Apa maksud ibu?" Caroline bertanya, dia tidak tau dan ingin tau apa maksud wanita itu mengatakan hal ambigu seperti ini.

"Kalian Mate!"

Keduanya terdiam. Frey meremat kuat kedua tangannya, dia menatap dingin ke arah manik biru milik Caroline. Sebuah suara terdengar di pikirannya membuat dirinya semakin tidak bisa mempercayai hal ini.

'Kalian memang Mate'

Itu adalah ucapan inner wofl-nya dan Frey hanya bisa terdiam akan fakta yang baru saja dia dapatkan. Ingatan tentang ucapan Jennifer membuat dia semakin takut, ternyata yang mengetahuinya sejak awal adalah Jennifer.

Wanita itu tahu bahwa Caroline adalah Mate-nya dan karena itulah Jennifer mengatakan hal yang aneh. Napas Frey mulai berantakan, dadanya terasa sesak. Semua ingatan masa lalu itu memaksa masuk menciptakan ledakan fakta yang nyata.

"Frey, kau baik-baik saja?"

Caroline bangkit, dia berjalan berusaha mendekati Frey yang terlihat aneh setelah mendengarkan fakta itu. Walau sebenarnya fakta itu juga membuatnya kebingungan tapi Frey jelas lebih buruk dari dirinya. Tangan Caroline mencoba meraih bahu Frey, tapi Frey langsung menyentak tangannya dengan tatapan tidak suka.

Frey melangkah mundur, menatap wanita penyihir itu sebelum kembali menatap ke arah Caroline. Ini nyata dan Frey tidak bisa menerimanya, jelas dia tidak akan bisa menerima Caroline di sisinya.

"Jangan sentuh aku!!"

"Menjauh kau!!"

Ini bukan Frey yang Caroline kenal, ini sungguh sangat berbeda dan Frey langsung pergi meninggalkan Caroline yang terdiam di tempatnya. Frey kesakitan, tubuhnya menolak segala akal sehatnya. Rasanya seperti ada yang mencoba menghancurkan setiap sel darah di tubuhnya.

Langkah kakinya semakin cepat mengabaikan segala hal yang ada di hadapannya. Pandangan para penyihir es lain langsung mengarah padanya, dia berada tepat di pusat desa sekarang. Apakah dia mengikuti Caroline karena ikatan itu, tapi kenapa dia tidak menyadarinya sejak awal.

Bahkan inner wofl-nya hanya diam saat melihat Caroline, tunggu! Apa dia yang membantu Caroline juga karena keinginannya yang terdalam? Tidak! Hal itu pasti tidak mungkin terjadi, dia menolak Mate-nya dan harusnya seperti itu.

Tapi kenapa? Kenapa hal ini bisa terjadi? Apa karena takdir? Atau ini semua hanya sebuah kesalahan saja, Frey tidak tau! Dia tidak tau.

Harusnya dia paham akan ucapan Jennifer hari itu! Harusnya dia tau kenapa dia begitu penasaran akan Caroline. Ternyata itu karena sebuah ikatan yang mereka miliki. Tubuh Frey terjatuh, napasnya memburu menatap ke arah langit yang mulai sore.

"Kenapa kau tidak bilang padaku!!"

Werewofl di dalam diri Frey hanya menutup wajahnya, dia tidak berniat menjelaskannya. Karena dia tau, pada akhirnya Tuan-nya itu akan menolak kehadiran Mate di sisinya. Dan tidak ada gunanya dia menjelaskan segalanya, dia sudah berusaha yang terbaik di awal sekarang adalah akhir dari keputusan Frey.

Frey terus berteriak meminta penjelasan dari inner wofl-nya, tidak ada jawaban lagi dan lagi tidak ada jawaban "katakan padaku!! Apa yang aku lakukan selama ini karena ikatan itu!

'Berhentilah, tidak ada jawaban untukmu'

Akhirnya dia membuka suaranya, menatap Frey sebelum kembali menyembunyikan wajahnya lagi. Dia terlalu malas untuk menghadapi ego Tuan-nya ini, mungkin nanti di saat egonya mulai menurun pasti akan lebih baik. Dia menghela nafas sebelum menjatuhkan kedua telinganya berusaha untuk tidak peduli akan ucapan Tuan-nya.

Frey meremat rambutnya kuat, manik birunya yang dingin terlihat semakin dingin. Tidak ada tanda-tanda dirinya ingin mencari tau lebih, seperti sebuah hal yang sudah biasa Frey langsung bangkit dengan sebuah tawa sebagai penutup.

"Baiklah, jika itu maumu. Maka kita tidak akan pernah bertemu dengannya lagi!"

Werewofl di dalam diri Frey langsung menutup matanya rapat, pada akhirnya inilah yang terjadi. Dia, tidak! Tapi mereka akan sama-sama terluka karena menolak kehadiran Mate di dalam diri masing-masing. Jika bisa dia berharap yang sebaliknya, apakah itu mungkin. Tapi sepertinya hal itu adalah hal yang tidak mungkin terjadi pada mereka.

Dia tertawa, merasa lucu pada Tuan-nya yang tidak berubah sama sekali. Jika saja dia bisa melawan pasti dia akan berlari menuju ke tempat dimana Caroline berada. Mate mereka yang ternyata membawa sebuah takdir yang lebih besar dan mengerikan.

'Aku tidak peduli!'

Akhirnya dia menyerah menatap nanar pada sosok Tuan-nya yang tertawa puas. Jika dia hancur maka Tuan-nya juga hancur, dan dia juga yakin Tuan-nya tidak akan mungkin bisa bertahan lama dari rasa sakitnya.

Próximo capítulo