Sudut bibir Dhika berkedut, istrinya ini kalau sudah jadi siswi ngeselinnya minta ampun, nggak ada sedikitpun nurutnya sama dia.
"Oh, ya? Bagus kalau begitu." Seisi kelas meyakini kalau Dhika sakit hati sama ucapan Cia.
Dhika kembali berkata, "siapapun guru kalian, jangan pernah melawan, ilmu yang dia berikan menjadi modal untuk masa depan. Walau saya tidak lagi berada di sini, tapi semua yang terjadi di sekolah tetap saya pantau."
"Bapak nyindir saya ya?" Celetuk Cia. Aneth dan Cecil menghela napas, rasanya mau aja mulut Cia di selotip.
Dhika mengernyitkan alis, "tersindir? Bagus kalau kamu sadar."
Satu kelas tertawa mendengar jawaban Dhika. Cia nggak mau kalah, "guru mana boleh nyindir-nyindir gitu. Lagian bapak mau pergi kasi kesan yang baik untuk kami."
"Gunanya?" Dhika berdiri melipat tangan kedada. Menantang istrinya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com