Perasaan kantungan itu udah dia tarok di koper besar, kok bisa ngintil di koper kecilnya. Kesal ah kayak gini.
Melihat tatapan horor Dhika, Cia mencoba menjelaskan, "kayakanya bukan punya saya pak. Jelas-jelas yang punya saya udah di koper besar." Kilahnya yang udah pasti tidak di percayai Dhika begitu saja.
"Tidak kamu buang?" Desis Dhika. Dia marah karena benda keramat ini di sentuh dan di lihat orang lain. Mendadak tengkuknya nyeri.
"Tadinya mau saya buang, tapi kok kasian. Nggak adil gitu ninggalin dia di sini sendirian, niatnya sampe Indo baru saya hempaskan." Cia menunduk lesu.
Masuk akal alasannya? Tentu tidak, terus Dhika responnya harus gimana? Coba kasi tau, biar Dhika ada pencerahan. Dia udah nggak sanggup berkata-kata.
"Bisa nggak usah di rames gitu?" Cia ngilu liatnya. Bulu romanya merinding bayangin yang iya-iya.
"Bukan punyamu? Lalu punya siapa?" Dhika mengabaikan ucapan istrinya, dia semakin meremasnya dan Cia meringis melihat itu.
Pasangan gila.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com