Dhika kembali menatap Noora, "jelaskan apa yang saya tanyakan tadi."
Noora menunduk, lagi Cia mengelus pundak gadis itu. Coba aja nggak ngomong di rames Cia mulutnya.
"Iya pak. Kak Maya dan temen-temennya sering buly saya."
"Buly-an seperti apa?" tanya Dhik serius. Sumpah ganteng banget dia yang kayak gini. Cia terpana, wow kali. Nggak kalah sama daun muda.
"Biasanya dia suka sirami saya di kamar mandi, terus sering di suruhnya beli ini dan itu."
"Dan lo mau? Si Lampir itu nggak sehebat yang lo bayangin. Di lawan balik, dia kicep. Lo itu kok mau an aja sih." Kesal Cia. Dia emang nggak sabar sama orang bego. Kok bisa idup orang kayak gitu sih? kesalnya.
"Syilla diam. Sekali lagi kamu menyela. Saya selotip mulutmu." Kali ini Dhika yang kesal.
"Ya pak." Dia menunduk lesu. Laksa menyunggingkan sedikit bibirnya. Gadis ini sangat aneh tapi lucu
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com