Fajar kembali menyising, nabastala tampak sejuk. Daksa Ayu masih melemah meskipun tak selemah semalam. Wanita cantik itu kini telah rapi dengan dress berwarna denim dipadukan blazzer berwarna senada. Rambut panjangnya dia kuncir tinggi memperlihatkan leher putihnya.
Derup langkah Ayu membuat Papa Galih mengkerutkan keningnya, pria paru baya itu dibuat bertanya-tanya dengan penampilan putrinya yang sudah amat rapi. Berbanding terbalik dengan penampilannya yang masih menggunakan boxer dan kaos rumahan.
"Yu, kamu mau ke mana, Nak?" Ayu memilih tak menggubris pertanyaan sang papa. Saat ini Ayu sedang berlomba dengan waktu.
Ayu terus berjalan menuruni anak tangga, Mama Kinanti pun sama terkejutnya dengan sang suami angin apa yang membuat Ayu sudah serapi ini?
"Udah mau berangkat, Yu? Masih kurang jam tujuh loh, Nak!" ujar Mama Kinanti saat melihat kedatangan Ayu. Wanita paru baya itu kembali sibuk menata makanan di atas untuk disajikan sebagai menu sarapan.
Seulas senyum manis Ayu sunggingkan di bibir ranumnya. Papa Galih sampai ikut membuntuti langkah sang putri ke meja makan.
"Aku itu cuma pegawai kantoran biasa, aku bukan Papa yang hanya bisa nyuruh sana sini," jawab Ayu sambil memasukkan potongan roti kecil-kecil ke dalam mulutnya.
"Kamu itu pewaris tunggal Angkasa Grup, kamu nggak niat untuk gantiin Papa di Perusahaan?" tanya Papa Galih, atas pertanyaan sang papa Ayu dengan tegas menolak. Mama Kinanti yang merasa akan ada perdebatan antara anaknya dan suaminya segera bertindak sebagai penengah.
"HUSH ... Meja makan itu untuk makan bukan berantem," tegas Mama Kinanti dengan kedua bola matanya melebar horor. Bak kerbau yang dicolok hidungnya Ayu dan Papa Galih langsung mengatup rapat kedua bibirnya.
Karena sedang diburu oleh waktu Ayu adalah yang pertama menyelesaikan aktifitas sarapannya.
"Ma ... Pa ... Aku berangkat dulu, yah?" Ayu bangkit dari duduknya meraih handbag dan juga kunci mobilnya.
"Nggak nungguin Firman, Nak?" tanya Mama Kinanti.
"Nggak, Ma. Aku buru-buru soalnya ada meeting," Ayu meraih punggung tangan Papa Galih dan Mama Kinanti untuk dia cium.
~~~
Lima menit setelah kepergian Ayu, Firman datang dengan penampilan yang sangat memukau. Kemeja berwarna maroon seralas dengan dasi yang melingkar di lehernya, celana kain hitam membungkus indah kedua kaki jenjangnya.
"Ma ... Ayu mana?" tanya Firman dengan nada sesopan mungkin pada wanita yang tak lama lagi menjadi Mama mertuanya.
"Ayu udah berangkat duluan, Nak!" jelas Mama Kinanti sambil mempersilahkan Firman duduk di salah satu sofa singel yang terdapat di ruang tamu.
Firman tak sedikit pun menaruh curiga atas alasan kepergian Ayu pagi ini, karena sejak semalam Akbar memang menitah dirinya untuk mengantarkan Ayu ke kantor pagi-pagi. Ada meeting besar yang harus mereka handle bersama.
Atensi Firman tertuju pada pintu kamar di lantai dua yang sedikit terbuka. Iya, kamar itu adalah kamar Ayu dan Zaskia.
"Ma ... Aku boleh lihat Zaskia, nggak?" meskipun Zaskia kini terbukti adalah anaknya, tapi Firman tetap harus menghormati Mama Kinanti sebagai nenek Zaskia.
Ulasan senyum meneduhkan hati Mama Kinanti berikan pada Firman diiringi gerakan kepala naik turun.
Tanpa menunggu lebih lama lagi Firman segera menapaki anak tangga untuk sampai ke kamar dengan nuansa baby pink itu. Warna yang akan selalu menjadi favorit Suci Indah Ayu.
Zaskia Azzahra Khumairah adalah bukti nyata atas cinta Ayu dan Firman lima tahun yang lalu. Firman sungguh takjub, setiap lekuk wajah gadis kecil memang adalah turunannya.
Firman melabuhkan banyak kecupan di pusaran rambut sang putri, kecupan tulus dari sang ayah untuk putrinya setelah berpisah dalam waktu yang bisa dibilang lama.
Puas menilik wajah gadis kecil, Firman beranjak keluar dari kamar sang pelengkap jiwanya. Ada dua agenda sidang di lokasi berbeda yang harus dia jalani hari ini.
Sidang pertama bertempat di Pengadilan Agama dan Sidang kedua di Pengadilan Negeri.
Pengadilan Negeri merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Umum yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota. Sebagai PengadilanbTingkat Pertama, Pengadilan Negeri berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya.
Pengadilan Agama adalah lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, Tugas Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili, memutus dan menyelesaikan terhadap perkara perdata tertentu, dengan menganut asas personalitas keislaman, asas personalitas keislaman dimaksud adalah bagi orang-orang yang beragama Islam dan bagi orang-orang non Islam yang tunduk pada hukum Islam.
Salah satu jenis perkara yang diputus pengadilan negeri adalah perceraian atas pasangan non muslim. Jadi, berbeda dengan pasangan muslim yang memutuskan perkara cerainya di pengadilan agama, pasangan yang beragama lain seperti Kristen atau Hindu, wajib mengajukan gugatan cerainya ke pengadilan negeri.
Selama kurang lebih sepekan yang bertugas di Firma Hukum Agasa dan Rekan hanya Firman Afif dan Karim Atthar Firdaus karena sang pemilik sedang berada di luar kota ada agenda yang tak dapat diwakilkan oleh ke siapapun.
Tiga puluh menit membelah jalanan ibu kota tibalah Firman di gedung tempatnya menambah pundi-pundi rupiahnya, tempat yang telah membesarkan namanya sebagai sosok pengacara penuh ketegasan.
Dengan langkah tegap dia memasuki gedung yang terdiri dari dua langkah itu. Menyapa hangat para bawahannya. Kehadiran kembali Ayu ditambah dengan terungkapnya jati diri Zaskia mampu melelehkan gunung es dalam diri Firman. Empat tahun menjadi sosok yang kurang senyum, dingin dan penuh arogansi kini semua itu hilang entah kemana seiring dengan kembali kedua wanita itu.
Drrrt ... Drrrt ... Drrrt ...
Ponsel Firman yang tergeletak di atas mejanya berdering nyaring memecahkan atensi Firman dari tumpukan berkas yang akan dirinya bahwa saat mengikuti sidang nanti.
Nama Thareq Akbar Satria memenuhi layar ponsel Firman. Keningnya berkerut, alisnya bertautan dan kedua manik matanya memicing. Kenapa Akbar menelponnya?
"Ha ...,"
"Ayu ke mana sih? Gue kan udah nyuruh lo buat jemput dia pagi-pagi, kita ada meeting, Man! Meeting penting loh ini, Man!" sela Akbar. Kening Firman semakin tercetak dalam mendengar penuturan Akbar.
Ayu nggak ada di kantor? Lalu kenapa Mama Kinanti bilang kalau Ayu sudah berangkat sedari tadi? Apakah ada hal buruk yang sedang terjadi pada Ayu? Mendadak sekujur tubuh Firman menjadi tremor.
"Kata Mama Kinanti, Ayu sudah berangkat sejak tadi masa dia belum sampai juga, sih?" tanya Firman dengan nada bergetar.
"Man, Ayu tuh belum sampai gue nungguin dia udah hampir sejam. Udah deh gini aja, lo nyariin dia biar gue yang menangani investor," Firman memutuskan sambungan telpon tanpa menimpali perkataan Akbar.
Air mata di kedua pelupuk mata Firman muIai tergenang yang dalam satu kedipan saja akan jatuh membasahi pipinya.
Bersambung...