webnovel

Arisan Di Kampung Rawa Goceng

Malam yang sangat cerah di kampung Rawa Goceng. Tampak bulan bersinar terang, bulat sempurna tanpa mendung.

Tampak Mak Jinny sedang asyik bersolek di depan cermin.

Memakai Khimar berukuran jumbo oleh-oleh dari Arab Saudi, karna kebetulan Umi dari Patria dan Jamillah yang seorang TKW baru saja pulang dari sana, tapi sudah berangkat lagi, karna bayi onta yang di asuh terus mencarinya.

 

 

Hari ini Mak Jinny dan Juju berencana akan pergi ke sebuah arisan, yang dihadiri oleh seluruh warga Rawa Goceng. Arisan yang di adakan satu purnama sekali ini adalah arisan bergengsi di kampung itu, jadi Mak Jinny tidak mau tampil asal-asalan, dia harus terlihat cetar dan membahana.

Mak Jinny memilih Lipstik warna Merah gonjreng, di padu dengan eyeshadow warna biru tua dan  sedikit blushon, kebetulan blushonnya tinggal separuh, jadi Mak Jinny menghabiskan sekaligus biar gak nanggung, sekalian biar pipinya tambah imut, fresh dan semakin syantik.

 

 

 

Sementara itu di ruang tamu, Juju tampak cemberut menunggu sang Emak yang tak kunjung usai berdandan.

"Ih, Emak lama banget sih?"  keluh Juju.

Sambil menunggu emaknya selesai berdandan, Juju menyeruput secangkir kopi hangat seraya membayangkan wajah Ce Mimin yang super cantik dan glowing itu.

 

"Aduh, Ce Mimin hari ini pasti cantik banget, pokoknya hari ini harus lebih sigap dapetin Ce Mimin, jangan sampai kalah dengan Buaya gak laku-laku alias, si Patria sang Jomblo Abadi." Gumam si Juju.

Lalu Juju melirik ke arah jam tangannya yang merk terkenal, dan baru saja dia beli dari Mangga Dua.

"Eh, udah jam segini tapi si Emak, belum nongol juga, emang dasar, Nenek-nenek, ganjen amat, masa dandan aja sampai berjam-jam, dari ba'da Ashar, sampai jam 8 malam. Acaranya, 'kan di mulai 30 menit lagi," keluh Juju.

Lalu Juju segera beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri kamar sang Emak tercinta.

 

Tok tok tok!

"Mak! Mak dandan apa tidur sih?"

Tok tok tok!

"Mak! Buruan, Mak! Acara  di mulai 30 menit lagi, Mak!"

Tok tok tok!

"Mak Buruan apa, Mak! Udah tua jangan ganjen-genjen amat napa, Mak!"

Tok tok tok!

"MAAAK!"

 

Ceklek!

Pletak!

"Wadaw! Kok pala Juju, di jitak sih!" keluh Juju sambil memegang keningnya yang benjol dan nyaris gagar otak.

"Berisik banget! Gak ngerti Emaknya lagi konsentrasi dandan, biar cantik!" oceh Mak Jinny.

"Tapi, Emak, 'kan udah cantik," puji Juju untuk menyelamatkan diri.

Lalu perlahan Juju mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Mak Jinny.

Seketika Juju sangat kaget, sampai mulutnya menganga, mirip dugong.

"Kenapa kamu lihat, Emak, sampek begitu? Kaget ya lihat Emak yang syantik banget ini?!" tanya Mak Jinny.

"Emak abis di tabokin istri syah ya?" celetuk Juju.

 

Pletak!

"Wadaw! Kenapa Juju, di jitak lagi?!" keluh Juju.

 

Mak Jinny langsung salto, dan mendarat di atas meja sambil  bertolak pinggang.

"Beraninya, ngatain Emaknya, begitu?! Ditabokin istri syah, emangnya gua pelakor?!"

"Bukan! Tapi, Emak Eskalator!"

"Apa?!"

"Ampun, Mak ...."

"Emak ini! Wanita yang terdzolimi tahu! Kamu gak lihat, Bapak kamu di gondol sama si Oktaf?!"

"Maaf, Ma! Juju salah ngomong!"

"Salah ngomong mulu lu, jadi anak! Pengen apa kamu, Emak masukin lagi ke dalam rahim?!" ancam Mak Jinny.

Mendadak nyali Juju langsung menciut dan tubuhnya gemetar sambil ngompol.

"Ampun, Mak! Juju minta maaf ...."

 

Akhirnya  Mak Jinny pun menjadi luluh hatinya, dia tidak mau bertengkar dengan Juju, selain kasihan gak ada bapaknya dia juga gak mau dandanannya yang su dah cetar badai ini menjadi rusak.

"Yaudah, ayo kita berangkat sekarang, pasti para warga Rawa Goceng udah nungguin  Emak!" ujar Mak Jinny.

"I-i-iya, Mak ...." Jawab Juju terbata-bata.

 

 

 

Acara arisan satu kampung itu di laksanakan di warung Ketoprak Ce Mimin si kembang desa.

Dan sesampainya di sana, sudah tampak Patria dan Prof Wans, sedang asyik menikmati secangkir es teh manis sambil menggoda Ce Mimin.

 

"Ce Mimin, bagi rahasianya dong, kok mukanya, Ece, bisa glowing begitu?" tanya Patria sedang basa-basi.

"Ah, cuman rajin maskeran aja," jawab Ce Mimin, dengan manja.

"Ah, Patria kalau naik motor juga maskeran tapi, mukanya gak glowing-glowing tuh!" sangkal Prof. Wans.

"Ah, situ kan profesor, punya IQ 160, masa iya, gak bisa bedain jenis masker!?" oceh Ce Mimin.

Lalu Patria segera menyerobot pembicaraan antara Ce Mimin dan Prof Wans.

"Ah, Ce Mimin, si Wans, kan emang rada geblek! Maklum, 'lah rumahnya aja di atas gunung, terus bergaulnya cuman sama Bambang!" cerca Patria.

"Eh, maksud lu apa! Ngatain gue gaulnya sama, Bambang, doang!" sangkal Wans yang tidak terima.

"Ya emang bener, 'kan? Lu selama ini cuman bergaul sama, Bambang! Makanya lu makin stres!" ujar Patria.

 

 

"WOY SIAPA YANG NYEBUT-NYEBUT NAMA GUE?!" teriak seseorang yang tiba-tiba muncul dari balik kerumunan.

Seketika Patria dan Wans langsung kaget.

"BAMBANG MAGFUR?!" teriak kompak Wans dan Patria.

"Kok, dia bisa nongol di sini sih?" bisik Patria di telinga Prof. Wans.

"Gue juga gak tahu, padahal biasanya cuman di rumah aja nonton Drakor," jawab Wans.

 

Lalu perlahan Bambang berjalan mendekati mereka bertiga, dan hal itu membuat perasaan Wans dan Patria menjadi tidak enak, mereka deg-deggan takut, kalau jari-jemari Bambang berubah ngtril dalam sekejap mata.

 

"Eh, Bambang, ngerebus airnya udahan?!" tanya Ce Mimin.

"Udah, Min, udah gue rebusin satu drum gede, jangankan buat bikin kopi Serawa Goceng, buat mandi elu sekeluarga juga cukup," jelas Bambang.

"Ah, si Bambang bisa aja, tadi drumnya udah di cuci belum? Itu kan bekas solar?"

"Udah Mimin, udah gue cuci di Kali Ciliwung!"

"Oh, bagus!"

 

"Loh, Ce Mimin, kenal sama, Manusia ini?" bisik Patria.

"Ya kenal dong! Kan Bambang itu dulunya teman satu geng sama saya!" jawab Ce Mimin.

"Serius? Temenan di mana emangnya, Ce?" tanya Wans.

"Dulu waktu di Taman La—"

"La apa kok, berhenti, Ce?" tanya Patria lagi.

"Eh, Ece, mau pergi ke sana dulu ya, ada perlu sama Mak Jiny!" ujar Ce Mimin seraya menunjuk ke arah Mak Jiny yang sedang asyik selfie-selfie bersama teman-teman sesama Emak-emak.

Sedangkan Juju dengan terpaksa menjadi kameramen dadakan dan bertugas mengabadikan setiap pose si Emak tercinta.

 

"Mak Jiny!" teriak Ce Mimin, lalu Ce Mimin berlari menghampiri Mak Jinny.

"Ada apa, Min?" tanya Mak Jinny.

"Ya mau foto dungs, kan Mimin juga pengen eksis, Mak!"

"Oh, begitu! Boleh-boleh!" Mak Jinny langsung menoleh ke arah Juju.

"Juju! Ambil foto yang bagus, pokoknya Emak gak mau tahu cari aplikasi kamera yang bisa bikin muka Emak kayak Berbie!" perintah  Mak Jinny.

"Iya, Yang Mulia ...." Jawab Juju.

 

Lalu Ce Mimin, mulai mencium bau sesuatu.

"Mak kok, bau aneh ya? Ma Jinny, gak nyium sesuatu?" tanya Mimin.

"Engga, tuh! Hidung Emak lagi mampet!"

"Tapi, ini baunya kayak kenal, dan berasal dari ...." Mimin mengendus ke arah Juju.

"Juju! Kamu ngompol ya?!" tuduh Ce Mimin.

"Ih, nggak kok, Ce!" jawab Juju menyangkal tuduhan Mimin, padahal apa yang di tuduhkan oleh Ce Mimin itu benar adanya, Juju lupa ganti celana ketika hendak berangkat tadi.

Dan tak sengaja, tiba-tiba, Juju melihat ada KTP yang terjatuh.

"Eh KTP siapa tuh!" Lalu Juju yang penasaran pun segera mengambilnya.

 

Dalam kolom nama di kartu tanda penduduk itu bernama 'ROY SUPARMIN'

"Roy Suparmin, siapa ya?" ucap Juju sambil memandang ke arah KTP itu.

 

"Aduh celaka!" Ce Mimin tiba-tiba terlihat sangat panik.

 

 

 

To be continued

Próximo capítulo