Bromo tampak kacau sembari memijit pelipisnya, "Apa Sasa tambah marah karena Papa gak jemput dia?"
Shinta menggeleng, ia ikut duduk di samping Bromo. Tak tau harus mulai darimana, yang jelas apapun yang terjadi Shinta harus mengatakan ini.
"Papa tau perubahan Sasa? Papa tau Sasa kayanya simpen trauma yang besar?" tanya Shinta. Bromo mengagguk mengiyakan apa yang Shinta katakan. Memang benar, Sasa terlihat sangat kacau seolah tengah menyimpan trauma yang teramat dalam.
Shinta menghembuskan nafasnya kasar, "Mama mau ajak Sasa ke psikiater."
"Dan Mama yakin itu pilihan terbaik buat Sasa dan buat kita. Mama gak mau terjadi sesuatu yang buruk sama Sasa," sambungnya.
Bromo mengagguk setuju, "Papa juga ngerasa gitu, Papa setuju sama Mama."
Shinta tak percaya jika Bromo akan semudah itu menyetujui apa yang ia katakan. Shinta pikir mereka harus berdebat terlebih dulu agar semuanya tampak baik-baik saja. Ternyata tidak!
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com