webnovel

Menyukai Terang-terangan

Tapi. Kembali ke dunia nyata.

"He terima kasih Gale" suara lembut Verss menyadarkan kepala Gale yang selalu dipenuhi fantasi romantis atas Verss, yang semakin lama semakin membunuhnya dengan sangat lambat.

Drzzzzttt drzzzztt. Getar ponsel Verss di atas meja.

Verss baru akan meraih ponselnya saat ia tiba-tiba membalik terlalu cepat hingga hampir menabrak kursi, jika bukan karena Gale yang bergerak cepat dan menahan pinggang Verss yang sudah setengah terjatuh.

"Tuan muda hati-hati!"

Bagai adegan dalam film, posisi tubuh Verss benar akan jatuh dengan satu kaki terangkat kalau bukan karena tangan besar Gale menahan pinggangnya dan memegang tangannya yang lain, mata Verss membelalak lebar, wajah Gale sangat dekat dengannya, bahkan bisa mendengar suara napasnya.

"Heh"

Pintu dibuka dari luar, Mimin masuk dengan penuh semangat hampir berteriak tapi menghentikan niatnya saat melihat adegan di depan matanya.

"Eh Verss"

Itu seperti adegan dalam film lama Gone With the Wind, di mana sang pria memegang pinggang wanitanya dan berdansa dengan penuh semangat, Mimin sampai merasa berada dalam dunia mimpi.

"Oh romantisnya"

Tapi itu bukan, Verss mendorong dada Gale dan berusaha menegakkan tubuhnya.

"Gale lepaskan aku"

Gale gagap, dadanya berdetak sangat cepat hingga ia tak bisa banyak bergerak, orang mungkin akan melihatnya sebagai orang tanpa ekspresi seperti biasanya, karena wajahnya memang datar dari sananya, tapi, apa ada yang tahu kalau ia sedang menahan diri untuk tetap waras saat ini, jantungnya seperti mau copot!

Dug dug dug dug!

"Eh" Gale memegang dadanya, ia agak menurunkan tubuhnya menahan gejolak di dalam dadanya.

Verss mendekati Mimin yang masih terpana.

"Ayo kak Min kita jalan, hampir terlambat khan" ia melewati Mimin ke arah pintu.

Mimin yang masih terpana tadi kembali ke bumi secepatnya.

"I Iyah, ayo Versa"

Saat Versa dan Mimin sudah keluar dari pintu Gale akhirnya bisa menurunkan tubuhnya, lututnya lemas bukan main.

"Oh"

......................

Gedung Starshot.

Kondisi seperti biasa saat konferensi pers drama terbaru Verss berlangsung.

"Akkkhhh Versss!!" Teriakan tiada henti para fans Versa mengisi aula utama di lantai bawah, tak bisa tenang, petugas keamanan hampir kewalahan mengatasi fans yang datang lebih banyak dari perkiraan.

"Akkhhh Versssaaa!!"

Gale menggandeng tangan Verss erat meninggalkan aula dengan pengawalan ketat.

"Versssaaa!" Suara teriakan fans tanpa henti.

Di ruang istirahat Starshot.

Verss duduk mengangkat dua kakinya di atas sofa ruang istirahat, Derek duduk di sampingnya, sahabatnya itu menjadi salah satu anak naungan agency starshot dengan manajemen yang baru jadi ia akan sangat sering berada di sana lebih dari biasanya.

Derek yang tengah asik bermain game di ponselnya menoleh melihat wajah merengut Verss, alisnya yang tajam membuat dahinya mengkerut.

"Eh, Verss, pikirin apa? Serius begitu"

Verss menoleh, ia melirik sekitar di mana Gale terlihat berada di luar ruangan mengangkat telepon.

"Heh, Derek, apa, kau punya trik, bagaimana menghindari orang-orang yang menyukaimu secara terang-terangan?" Tanya Verss, Derek berpikir, pertanyaan Verss sepertinya sangat serius kalau melihat ekspresi wajahnya.

"Emm, menghindari orang-orang yang menyukaimu terang-terangan? Maksudnya seperti fans begitu?" Tanya Derek balik.

Verss menggelengkan kepalanya.

"Bukan Fans, tapi orang yang menyukaimu, yang walau disembunyikan tetap ketahuan kalau orang itu menyukaimu"

Derek berpikir lagi, melihat Verss lama, lalu dirinya, ia adalah orang yang menyukai Verss secara terang-terangan, apa yang dimaksud Versa adalah dirinya? Verss ingin menghindari dirinya?

"Verss, apa, kau bermaksud menghindariku? Apa kau sudah muak padaku?" Wajah Derek hampir menangis saat mengatakannya dengan suara keras, Verss menutup mulut Derek, ia harusnya tahu kalau percuma meminta saran dari sahabatnya Derek.

"Ih kau ini, bukan dirimu, tapi Gale dan kak Arland"

Derek menghentikan rengekannya, ia membuka matanya lebar.

"Gale, dan Arland? Em, Iyah sih, mereka memang menyukaimu secara terang-terangan, hemm, bagaimana yah, em, kalau, diacuhkan saja, bisa juga khan?"

Verss menegakkan duduknya, menurunkan dua kakinya dari atas sofa.

"Heh andai semudah itu, aku tidak akan bertanya padamu, percuma"

Derek berpikir lagi, ia tersenyum setidaknya bukan ia yang dimaksud Verss.

"He, memangnya susah yah, acuhkan saja, tidak usah ajak bicara, jangan lihat matanya, tidak angkat teleponnya, kalau Gale, em tidak melihatnya lama-lama, atau, hehe, bagaimana kalau pindah ke apartemenku Versa?"

Verss menarik napasnya.

"Heh masalahnya Der, aku sudah mengiyahkan, akan memberikan kak Arland kesempatan, bagaimana bisa mengacuhkannya? Dan Gale, sebenarnya aku masih ragu apa ia benar suka atau karena memang sikapnya saja yang begitu dari sananya, hemmh, memusingkan sekali"

Derek diam, melihat Verss kembali dengan mata berkaca-kaca, ia mengangkat tangannya memegang tangan Verss erat.

"Apa maksudnya mengiyahkan? Siapa Verss? Arland? Kau mengiyahkan apa?" Tanya Derek panik.

Verss menarik tangannya dari Derek yang berlebihan.

"Yah apalagi, kak Arland bilang ingin memulai lagi dari awal, artinya mungkin ke arah sana"

Derek menggigit pinggir kemejanya, berpikir bagaimana ia bisa bersaing dengan artis besar semacam Arland? Kalau Gale, ia masih bisa mencoba tidak menghiraukannya, tapi Arland, dia itu terang-terangan menyukai Verss, ia itu orangnya keras kepala melebihi Gale, bagaimana ia bisa bersaing dengannya? Akkh ini tidak mungkin, Derek melengking dalam hati sambil memegang tangan Verss erat.

"Derek lepaskan tanganku" Verss mulai merasa terganggu.

"Bagaimana bisa bersaing dengan Arland? Verss kenapa kau memberi ia lampu hijau? Dia khan sudah meninggalkanmu kenapa kau masih berbaik hati padanya? Akkh Versa ku"

Verss tak ingin menghiraukan Derek yang kambuh gilanya seperti biasanya, ia memegang pinggangnya menahannya di atas sofa.

"Derek lepasin"

Saat Derek masih enggan melepaskan pegangannya pintu dibuka dari luar, Gale sudah berdiri di depan sofa melihat Derek dengan mata super besarnya.

"Cari mati yah!!" Suara hati Gale yang bisa didengar Derek saja.

Derek menggelengkan kepalanya, ia enggan melepas pelukannya dari Verss walau itu artinya ia bisa mati di tangan Gale sang harimau yang siap menerkamnya.

"Tidak mau!"

Gale berusaha menarik tangan Derek lepas dari pelukannya tapi pemuda itu tidak bergeming, ia bahkan mengangkat kakinya mengunci kaki Verss di atas sofa.

"Tidak aku tidak mau! Verss juga sudah memberiku kesempatan khan"

Verss mulai jengkel karena terjebak di tengah-tengah, Derek terus menahan tubuhnya sementara Gale terus menarik tangan Derek menjauh, situasi yang berantakan.

"Lepaskan tanganmu! Mau mati yah!"

Derek bagai permen karet yang sulit dilepaskan.

"Tidak mau tidak mau, Verss mulai hari ini aku tinggal di apartemenmu yah, aku tidak akan kalah dari Arland itu"

Verss hanya memutar bola matanya, ini sangat menyebalkan, pikirnya.

"Heh"

Tangan Gale masih berusaha menarik tangan Derek hingga pintu dibuka dari luar.

#############################

Próximo capítulo