webnovel

Serangan Mendadak

Hari pertama syuting.

Scene sudah berjalan selama beberapa jam dan ini scene terakhir untuk Verss sore itu dan semua diambil di luar ruangan di sebuah jalan raya yang sepi, sengaja ditutup untuk keperluan syuting.

Verss berdiri di pinggir jalan dan hendak menyebrang bersama banyaknya pejalan kaki lainnya, hujan turun dengan sangat deras, beberapa pejalan kaki sudah membuka payung mereka dan menyebrangi jalan bersamaan hanya Verss saja yang membiarkan dirinya kehujanan, tapi, seseorang berlari dari arah trotoar memanggil namanya keras, membuat ia menghentikan langkahnya di tengah zebra cross.

"Sean!"

Verss menjadi Sean seorang pelajar miskin di dalam drama romantis yang mengisahkan perjalanan waktu "Blossom Maple", wajah dan tubuhnya sudah basah oleh air hujan, ia membalikkan tubuhnya berdiri di tengah jalan raya di mana lampu hijau untuk penyebrangan perlahan akan usai, orang yang memanggilnya, Ian, tokoh yang diperankan oleh Arland, seorang pria beristri yang masih menjalani proses perceraian dengan istrinya.

Ian berlari mendekati Sean yang berdiri di tengah jalan membuka tangannya lebar memeluk Sean yang masih termangu di tempatnya, keduanya berpelukan bahkan saat lampu menjadi merah, kendaraan di sekitarnya maju dan satu persatu melewati keduanya.

Suara klakson bersahutan, tapi Ian tidak perduli, ia memeluk Sean erat tanpa ada kesempatan untuk Sean melepaskan diri.

"Ian, hubungan kita, selesai sampai di sini saja" suara Sean pelan, Ian melepaskan pelukannya, memegang pipi Sean dengan dua telapak tangannya yang besar, menatap sepasang mata teduh Sean dalam, ia tidak peduli walau hujan membasahi tubuhnya atau bahkan orang akan melihatnya, ia maju memiringkan kepalanya dan mengecup bibir pucat Sean dengan sangat lembut..

Tapi..

"Cutt!!" Suara teriakan sutradara mengejutkan semua orang yang sudah terlena, bahkan Arland yang tidak menghentikan niatnya mencium bibir Verss jika bukan Verss yang membalikkan kepalanya.

"Duhh"

"Apa apaan ini? Siapa yang membiarkan orang ini masuk ke set! Cepat keluarkan figurannya ini mengganggu sekali duuhh!" Sutradara bertubuh gempal itu berteriak emosi, saat adegan sebentar lagi klimaks tiba-tiba muncul sosok tinggi besar tepat di belakang Arland yang berhenti dan melihat tokoh Arland dengan tatapan tajam dan gelap.

Verss belum sempat menoleh saat seseorang sudah menarik tangannya pergi.

"Hei!"

Gale menarik tangannya, tapi Arland menahan tangan Verss yang lainnya.

"Ini belum selesai mau dibawa kemana?"

"Tuan muda kedinginan, nanti kalau sakit bagaimana?" Verss terjebak di tengah-tengah, sementara tubuhnya basah kedinginan dan sebentar lagi seharusnya ia sudah bisa beristirahat tapi apa yang Gale lakukan? Wajah Verss merah menahan marah.

"Gale!!"

...............

Karena marah Verss meninggalkan Gale sendirian di set dan ia meluncur pergi bersama Derek dan asistennya. Gale yang baru sadar telah tertinggal kendaraan berusaha mengejar kendaraan besar itu berlari sepanjang jalan raya.

"Tuan muda tunggu!"

Di dalam mobil.

Verss duduk di jok tengah berusaha beristirahat sejenak, menjelang malam tapi setelah ini mereka masih ada wawancara di gedung radio di pinggir kota, dan ia sudah mulai hampir kehabisan energi, suara Mimin yang terus memaparkan jadwalnya seakan musik yang membuat ia semakin mengantuk, Derek ikut dengannya, sebagai sahabatnya yang saat ini sedang istirahat dari kerjaan modelnya karena ia bosan Derek menghabiskan waktunya mengikuti Verss kemana saja seharian hingga selesai, suaranya saat bicara dengan Mimin juga membuat kepala Verss terus berputar, ia akan menutup matanya saja, saat tiba di lokasi Mimin pasti akan membangunkannya.

"Jadi ceritanya tuh begini..."

..................

Malam semakin gelap.

Kendaraan hitam besar itu meluncur kembali menuju ke arah apartemen untuk menyudahi hari, semuanya sudah lelah, lebih dari lima belas jam bekerja sejak pagi dan berhenti hanya untuk makan dan ke kamar kecil.

Mimin duduk hingga tertidur di jok depan sampai kepalanya miring hampir membentur jendela kaca kalau bukan tertahan oleh sabuk dan bantal lehernya.

Derek duduk di samping Verss tidur hingga mengorok, Verss yang terganggu akhirnya malah tidak bisa tidur.

"Ich orang ini"

Din membawa kendaraan itu dengan sangat hati-hati karena lampu jalan di depan juga tidak menyala, jalan ini agak sepi dan menyeramkan, pikir Din, apa ia salah jalan? Menurut orang dari studio setelah keluar gedung ambil jalan kanan untuk menuju jalan besar ke arah apartemen, harusnya tidak lama akan tiba lagi di jalan besar, tapi ini kok tidak sampai-sampai.

Din serius melihat jalan depan hingga ia harus menginjak rem tiba-tiba karena sesuatu lewat di depannya.

"Chiitttt!!"

Verss dan lainnya hampir terjungkang ke depan termasuk Derek yang harus tiba-tiba terbangun menahan tubuhnya sebelum membentur jok kursi Din.

"Waah ya yah makan! Makan apa!" Pemuda itu membuka matanya lebar terkejut.

Verss melirik ke depan.

"Kak Din ada apa? Kenapa berhenti mendadak?"

Mimin memukul lengan Din.

"Kau ini mau buat orang celaka yah?"

Din gugup, ia mungkin telah menabrak sesuatu, atau apapun itu yang melintas di depannya tadi, ia menoleh pada Mimin dan Verss raut wajahnya tiba-tiba pucat.

"Ta tadi, sepertinya ada yang lewat"

Mimin berusaha melihat ke depan mobil mereka, matanya membelalak lebar melihat sesuatu menyerupai tubuh manusia tak jauh di depan mobil, dipukul-pukul lengan Din.

"Itu itu, ada orang, kau menabrak orang!"

Mimin panik, terlebih Din, Derek berusaha melihat ke depan mobil tepat di depan lampu sorot,

"Duh bagaimana ini? tidak bergerak lagi" Mimin semakin panik.

Verss melihat ke belakangnya, entah kenapa ia merasa ada firasat buruk, tapi, ini mungkin hanya pikirannya saja.

"Eh kak Din, coba periksa siapa tahu masih hidup, kita harus membawanya ke rumah sakit"

Din gagap, tangannya gemetar, beberapa kali berusaha melepaskan sabuk pengamannya tapi kesulitan karena tangannya yang gemetar, tapi ia memang harus melihatnya.

"Tu tunggu sebentar, aku lihat"

Din bergegas keluar dari mobil memeriksa apa yang sudah ditabraknya tadi, sementara Verss dan lainnya menunggu dengan gugup di dalam kendaraan hitam besar yang berhenti di pinggir jalan yang sudah sepi dan gelap.

Verss memajukan tubuhnya hendak melihat tapi ponsel di balik sakunya bergetar. Telepon masuk dari Gale yang entah sudah ke berapa kali, Ia akan mengacuhkannya saja.

"Loh, Din kemana?"

Verss mengangkat kepalanya mengikuti arah pandang Mimin yang celingak-celinguk melihat sekitarnya, di mana Din?

Sejak awal Verss sudah punya perasaan tidak enak, tapi saat ia bahkan belum mengerti apa tiba-tiba pintu di sampingnya dibuka dari luar.

"Sreett!!"

Verss terlambat menghindar saat tangan besar dari luar sudah menahan tangannya.

"Shitt!" Umpat Derek, ia dan Mimin dengan spontan menahan tangan Verss lainnya hingga terjadi tarik-tarikan antara mereka dengan beberapa orang berpakaian hitam yang entah datang dari mana.

"Lepaskan!" Seru Mimin keras, ia berteriak minta tolong.

"Tolong!!!"

Verss berusaha melepaskan diri dan mendorong pintu agar tertutup tapi orang dengan pakaian dan penutup wajah hitam terus menariknya, bukan hanya satu atau dua tapi belakangan muncul lagi lebih banyak dari belakang, satu di antaranya berusaha membuka pintu Mimin tapi Mimin menguncinya cepat.

"Lepaskan Verss!" Derek takut tapi ia tidak bisa tinggal diam, dengan benda seadanya yang ia temukan di dalam mobil ia memukul orang yang memegang tangan bahkan kini berusaha menarik tubuh Verss keluar.

"Tidak lepaskan!!" Mimin dari jok depan ikut memukul orang itu dengan tasnya.

Mimin berhasil ditarik keluar dari dalam mobil dan belakangan orang-orang itu juga berhasil menarik Derek keluar.

"Kurang ajar siapa kalian? Tolong!!"

Mimin terus berteriak tapi mana ada yang dengar, kondisi jalan yang sepi dan jauh dari rumah warga mana mungkin ada yang dengar, akhirnya orang itu berhasil menarik tangan Verss keluar dan mendorongnya ke arah sebuah mobil hitam yang sudah berada di belakang mobil, beberapa kali Verss berusaha melawan lagi tapi mereka menahan Mimin dan Derek yang membuat ia tidak banyak pilihan selain ikut.

"Verss!!" Mimin tak bisa bergerak, ia ketakutan setengah mati tapi mana bisa membiarkan mereka membawa Verss,

"Aduh bagaimana ini?"

##################

Próximo capítulo