"Maksudmu?" tanya Cindy yang membiarkan saja Bardhom menelanjanginya.
"Kau tahu," Bardhom menciumi lagi bibir gadis tersebut. "Aku sudah sangat rindu padamu."
Cindy tersenyum. "Dasar!" ujarnya seraya menepuk tangan pria itu yang sedang mengelus-elus buah dadanya. "Tapi, Martin…"
Bardhom menghentikan kegiatannya. "Ayolah," ucapnya seraya mengelus pipi sang gadis. "Aku sudah tidak kuat menahan lebih lama lagi."
Cindy terkikik. "Apakah kau selalu menjagaku selama aku tidak sadarkan diri?"
"Tentu saja," ucap Bardhom. "Apakah kau tidak menemukanku ketika kau baru saja tersadar tadi, hemm?"
Cindy tertawa tanpa suara, ia menyentuh pipi pria itu, dadanya, lalu turun ke arah batang kelelakian yang sudah menegang itu.
"Masih sama seperti terakhir kali yang aku ingat," ucapnya.
"Tentu saja," sahut Bardhom. "Memangnya akan menjadi berubah, begitukah yang aku pikirkan?"
Cindy tertawa halus, lagi. "Baiklah," ujarnya. "Tapi, pelan-pelan saja, ya. Aku masih merasa sedikit lemas."
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com