"Yaah, kau benar," ujar Ardha Candra menanggapi ucapan Yeni. "Menjadi seseorang yang dapat memberikan ketenangan pada seorang teman yang sedang membutuhkan bantuan."
"Itu yang aku maksud," Yeni tersenyum dan mengangguk.
Pada saat itu Clara Dimitrova masih menelepon Surya Admaja di teras depan rumah.
"Saya mengerti, Pak," ujar Clara. "Tapi, tidak bisakah kita melakukan ini."
"Kenapa kau terdengar memaksa sekali, Clara?"
"Maaf," ujar Clara. "Sebut saja, kepedulian sebagai sesama wanita."
"Astaga, aku tidak percaya ini."
"Pak Surya, tolong aku, Pak. Dia sedang hamil. Aku… aku tidak tega."
"Baiklah, baiklah," ujar Surya Admaja. "Kau tahu aku menyayangimu seperti putriku sendiri bukan?"
"Saya tahu," Clara tersenyum semringah.
"Dasar!" Surya Admaja terkekeh. "Dan kau sengaja memanfaatkan ini. Kupotong gajimu!"
"Ayah mana yang tega memotong gaji putrinya?"
Surya Admaja terkekeh lagi. "Baiklah, baiklah… bawalah dia ke sini."
"Terima kasih, Pak."
"Tidak, tidak perlu."
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com