webnovel

Bagian 10. Bastian Gunawan

Mobil BMW berwarna hitam sudah tiba disebuah perumahan elit, pagar tinggi dengan halaman depan cukup luas, rumah besar dua lantai dengan gaya klasik berwarna coklat terlihat megah dan mewah. Bastian menatapnya setelah turun dari mobil, nampak berjejer mobil para tamu yang sudah datang.

Mamanya sudah berhasil memperlihatkan dan membuktikan perjuangannya di Jakarta ini setelah berpisah dari bokapnya. Berbeda dengan keluarga besarnya yang sampai saat ini masih menjaga jarak hanya karena mencintai pria beda agama dan negara. Pada akhirnya nenek dan kakeknya benar terhadap pandangannya tentang hubungan mereka ini yang tidak sesuai dengan budaya 3 B yaitu bibit, bebet dan bobot yang dianut keluarganya, sehingga tidak ada restu, yang membuat pernikahan ini harus berakhir. Tapi mamanya punya pandangan lain tentang perpisahan ini yang memang harus di lakukan karena sudah tidak ada cinta lagi, bukan karena orang ketiga.

Dan Marina tidak menyesal dengan semua keputusan yang di ambil. Karena tidak mungkin bisa bertahan selama 10 tahun dalam pernikahan, walau akhirnya harus berpisah. Toh hubungan Bastian dan Amira dengan ayahnya termasuk baik. Dan memang dia sudah menikah lagi, itu haknya. Marina pun demikian dia bisa membuka hatinya lagi dengan seorang lelaki setelah menjanda cukup lama. Dari perceraian itu dia mendapat uang yang cukup untuk membesarkan kedua buah hatinya hingga seperti sekarang. Dia bukan putri yang manja, dia tipe perempuan pemberontak sejak remaja dan termasuk tomboy dan bandel tapi tidak berlebihan serta mandiri, tidak seperi wanita jawa pada umumnya.

Marina tidak mau terlena oleh semua pria yang mendekatinya yang hanya mengandalkan fisik dan kekayaan kedua orang tuanya, walau gaul dia bisa menjaga diri dari kehidupan bebas remaja di ibu kota, dia tetap mempertahankan keperawanannya sampai bertemu seseorang pria yang tepat menjadi suaminya. Dia pernah memutuskan pria hanya karena terlalu menuruti kehendak hatinya atau nafsu seksualnya saja. Walau di anggap tidak gaul, kolot dan sebagainya dia tidak perduli. Bahkan sangat jarang ke klub, berkencan pun bila bersama teman-teman, sebagai gadis darah biru Marina harus bersikap layaknya seorang putri yang mengedepankan tata krama, sopan santun dan lainnya, semua di jalaninya dengan baik.

Tapi semua berubah ketika Marina bertemu Hans yang sedang berlibur melihat Candi Borobudur, sebuah maha karya yang sudah terkenal ke seluruh dunia. Marina waktu itu bersama beberapa teman sedang berkunjung kesana pula.

"Na, lo kok anggurin si Farhan sih ?" bisik temannya.

"Siapa yang nganggurin ?" tanya Marina, sambil melirik cowok yang dikenalkan oleh temannya. Memang ganteng sih... tapi bagi Marina ada sesuatu yang tidak membuatnya tertarik.

"Coba aja lo lihat, dia akrab dengan Mila !" tunjuknya pada seorang gadis cantik yang memang cukup berani terhadap cowok.

"Lo cemburu ?" tanya perempuan di sampingnya. Marina menggeleng.

"Engga, ngapain? kan belum pacaran dan jadian !" jawabnya tersenyum.

Setelah itu dia tidak melihat teman-temannya tapi tidak perduli, Marina malah mengagumi relief atau pahatan yang berada di dinding candi. Dia kini berada di lantai 3 candi yang terbesar di dunia tersebut. Banyak para wisatawan baik lokal maupun internasional datang. Dari anak sekolah sampai para bule. Ada beberapa pemandu menjelaskan semuanya yang ada disini. Termasuk Marina yang kemudian mendekati salah satu kelompok yang sedang berkumpul.

"Indah sekali !" terdengar pujian di samping gadis itu, Marina melirik dia terkejut karena ada seorang bule yang bisa berbahasa Indonesia.

"Betul indah sekali !" gumannya Marina tanpa sadar, lelaki berambut pirang kecoklatan itu menatap Marina.

"Anda baru pertama kemari ?" tanya Marina sambil menatap lelaki yang cukup tinggi tubuhnya di banding dirinya. Lelaki bule itu mengangguk.

"Kamu ?" dia balik bertanya. Dia menggeleng dan menjelaskan kenapa disini.

"Lalu kamu ?" tanya Marina, mereka mengobrol sambil mengikuti kelompok study tour dari sekolah dan di pandu pemandu wisata, kadang-kadang menulis apa yang di jelaskan. Marina sempat tersenyum teringat ketika masih sekolah dulu melakukan hal yang sama. Kini dia tingkat akhir di salah satu universitas negeri di Jakarta.

"Aku juga sedang liburan !" jawab pemuda tampan, yang memakai kemeja dan celana panjang serta ransel di punggungnya.

"Aku Hans dari Belanda !" ucapnya memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan. Marina tertegun, bahasa Indonesianya ada aksen bulenya.

"Marina! anu ... kok kamu bisa berbahasa Indonesia ?" tanyanya heran, sambil menjabat tangan Hans yang cukup besar.

"Itu ... karena aku dulu pernah tinggal di Indonesia! ikut papaku bertugas di sini! umurku masih 10 tahun! bersama keluargaku! memang tidak lama hanya lima tahun tapi bisa bahasa Indonesia dari pembantu perempuan !" jelasnya, Marina tersenyum geli tapi harus di akui dia fasih berbahasa Indonesia.

"Kenapa? kok tertawa ?" tanyanya heran.

"Engga. kamu lucu !" Marina tertawa kembali, walau bingung tapi ikutan tertawa juga. Tanpa sadar keduanya menjadi akrab. Mereka kini berada di puncak candi Borobudur yang terdapat stupa besar. Dan pemandu wisata pun menceritakan sebuah mitos bila tersentuh tangan arca dalam stupa semua keinginan akan tercapai. Hans ingin mencobanya juga.

"Apa kamu percaya dengan semua itu ?" tanya Marina. Hans tersenyum.

"Apa salahnya ?" ucapnya sambil mengulurkan tangan ke celah stupa.

"Apa yang inginkan ?" tanya Marina lagi sambil menatap pemuda itu lagi.

"Aku ingin bertemu denganmu lagi dan bila itu terjadi ... aku akan menikahimu !" jawabnya, Marina tertegun.

"Sekarang giliranmu !" ucapnya meminta Marina melakukan hal yang sama. Walau ragu tapi gadis itu mencobanya .. dan menggeleng. Hans tersenyum.

"Kamu sampai ?" tanya Marina penasaran, tapi pemuda malah tertawa.

"Nop ...!" jawab Hans menggeleng kepala.

"Boong !" Marina tak percaya karena dia cukup panjang. Hans tersenyum misterius.

"Rin .... " terdengar suara panggilan, Marina melirik ke arah sampingnya. Dan ternyata Sinta.

"Lo kemana aja sih gue cari lo kemana-mana !" dia terlihat kesal.

"Sorry Sin ... anu ... !" Marina terdiam.

"Sorry aku duluan ya ...!" ucap Hans menepuk pundak gadis itu dan pergi.

"Siapa Na ?" Sinta tertegun melihat pemuda bule ganteng barusan pergi.

"Baru ketemuan tadi !" jawab Marina.

"Wah lo hebat Na !" Sinta kagum karena Marina kenal sama lelaki bule.

"Tapi ... tunggu kok ... bisa bahasa Indonesia sih ?" katanya terkejut.

"Udah ah, yuk pergi katanya dicariin !" Marina menarik tangan Sinta pergi.

Beberapa waktu kemudian setelah lulus kuliah, Marina bertemu dengan Hans di sebuah pesta, sejak itu keduanya menjadi dekat. Dan akhirhya jatuh cinta.

"Tok ... tok ....!"

Pintu kamar di ketuk, Marina tertegun, dia pun meletakan foto lama ketika masih bersama di Belanda. Hans, dirinya dan kedua belah hatinya.

"Mah ?" pinggil seseorang perempuan.

"Masuk Amira !" perintahnya, pintu kamar terbuka dan terlihat gadis cantik dengan gaun biru muncul.

"Semua sudah datang, termasuk bang Bastian !" katanya, sambil menatap mamanya yang cantik anggun, dengan rambut di sanggul dan memakai kebaya.

"Oh iya, maaf sayang! mama ingin tampil oke !" ucapnya sambil tersenyum dan menatap bayangan dirinya di cermin.

"Mama sudah cantik kok! om Hendro pasti pangling melihatnya !" puji Amira yang tak kalah cantiknya menurun dari Marina, bulenya tidak terlalu pekat seperti Bastian kakaknya tapi tetap ada indo atau campuran di dirinya.

"Terima kasih sayang !" jawab Marina merangkul putrinya dan mengecup keningnya.

"Mah ... Amira ... !" kedua terkejut dan menoleh ke arah suara yang menyapa dan ternyata Bastian.

"Bastian ?"

"Abang ..." Bastian tersenyum dan memeluk adik dan mamanya.

"Selamat ya mah !" ucapnya mencium pipi mamanya.

"Terima kasih sayang !" Marina tersenyum bahagia, karena kedua putra dan putrinya tak keberatan dirinya punya tambatan hati lainnya. Keduanya tidak muluk-muluk seperti pasangan muda, hanya cukup saling berbagi kasih sayang tidak lebih karena sudah tua dan sudah merasakan pahit asam garam dalam rumah tangga sebelumnya.

"Ya sudah, ayo kita turun !" katanya kepada Amira dan Bastian. Dan mereka keluar dari kamar dan menuju bawah untuk bertemu para tamu undangan termasuk pasangan Marina sedang menunggu dan sedang berbagia.

Bersambung ....

Próximo capítulo