Gina terdiam diri dimeja makan, tak ada sepatah katapun untuk ia ucapkan. Tomi yang melihat anaknya semakin dingin pun menghela nafas berat.
"Gina, coba ceritakan semua yang kamu alami sama Ayah, dan semua keluh kesah kamu juga," pinta Tomi membuat Gina menoleh cepat.
"Penting?" tanya Gina sinis.
"Kamu nggak boleh gitu sama Ayah kamu Gina, sesalah apapun ayah kamu dimasa lalu tolong lupakan. Semua yang beliau lakukan itu untukmu," tegur Windi.
Gina terkekeh kecil, "kenapa Lo sih yang harus jawab pertanyaan gue? Kan gue nggak nanya sama Lo,"
Tomi berujar, "penting, sangat penting. Tolong ceritakan Gina, biar Ayah mencoba untuk membantu membuang semua trauma kamu,"
"Ayah sendiri yang buat aku trauma, jadi kalau Ayah ikut campur mungkin aku akan gila," balas gadis itu dengan senyum miringnya. Makanan di depannya bahkan tak ia sentuh sama sekali.
Tomi terdiam, ia tidak tahu harus bagaimana dengan anak semata wayangnya ini.
"Maaf Gina, Ayah terlalu_"
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com