Lima hari kemudian, selama lima hari itu Alika tak pernah menghiraukan teror yang menimpanya sejak lima hari yang lalu. Gadis itu masih berhubungan baik dengan sang kekasih, dan syukurnya tidak ada yang terjadi seperti ancaman si peneror itu. Alika semakin yakin kalau si peneror itu hanya menakutinya saja.
Ngomong-ngomong, saat ini Alika sedang berada di halaman belakang rumahnya menikmati matahari yang akan tenggelam dan digantikan oleh sang malam. Kini ia hanya seorang diri di rumah besar ini, lantaran kekasihnya sudah kembali ke Jakarta dan sang Mama sedang berada di luar kota.
Di tangannya ia memegang benda berbentuk pipih yang sangat canggih, layarnya menampilkan kontak Chika. Sebenarnya ia ingin sekali menghubungi teman lamanya itu, mengingat keduanya sudah tidak lagi bertukar kabar sejak kejadian itu.
"Lo harus bisa, Lik!" ucap Alika menyemangati dirinya sendiri. Matanya kembali menatap nomor Chika dengan ragu, ia menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya gusar.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com