webnovel

5 Ulah Brian

"Zahra bagaimana bisa aku tidak khawatir hah!! kamu tau diluar sana semua orang sedang menghujatmu Zahra." Ucap Mario, melihat sikap Zahra yang hanya diam saat dirinya di gosipkan menjadi simpanan pria kaya.

"Zahra terbuat dari apa sih hatimu? apa kamu sanggup mendengarkan omongan mereka? bahkan aku tidak sanggup mendengarnya Zahra, aku tidak sanggup." Lanjut Mario, dirinya hanya pasrah melihat ketegaran hati Zahra, Mario tau di lubuk hati Zahra merasakan sesak yang luar biasa. tapi sebagai teman Zahra. Mario hanya bisa memberikan dukungan. teman yaa hanya teman, Karena Mario tidak ingin rasa cintanya pada Zahra menghancurkan persahabatan mereka.

"Menangislah jika itu membuat hatimu lega, aku bersedia menjadi sandaran mu." Zahra yang sejak tadi hanya diam, kini mulai terusik, mendengar kata-kata Mario membuatnya terharu.

"Terima kasih Mario, kamu adalah teman terbaikku. " Zahra memeluk Mario isak tangisnya tidak lagi mampu ia bendung, ketegaran tiba-tiba roboh di depan sahabatnya.

"Apa cuma Mario yang baik sedangkan aku tidak hum?" suara Vania mengagetkan mereka berdua. Zahra melepas pelukannya dan menatap Vania yang kini berada di hadapannya. dan memeluk tubuhnya.

"Tentu, kamu juga sahabat terbaik yang aku punya tanpa kalian apakah aku bisa berdiri disini? tidak tanpa kalian berdua hidupku sudah hancur. aku bisa begini Karena kalian yang memberikan aku kekuatan..." mereka memeluk Zahra, semoga dengan cara seperti ini membuat beban Zahra berkurang, dan Mario yang ingin membantu Zahra hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Zahra, jika kamu tidak enak badan pulanglah. hari ini aku ada urusan jadi akan tutup toko lebih cepat." Kata Mario, kini ia telah merapikan bunga-bunganya dan membawanya kedalam ruangan.

"Tidak apa, aku masih bisa bekerja dengan baik, kita akan pulang pada waktu yang sudah di tentukan. oke kamu pergilah Mario serahkan semuanya padaku." Kata Zahra, yang pada akhirnya Mario menganggukkan kepalanya.

"Terserah padamu." Kata Mario, dan meninggalkan Zahra yang kembali merapikan bunga yang terlihat berantakan. dan menyelesaikan pesanan pelanggan hingga selesai, sedangkan Vania yang sibuk merangkai bunga mawar pesanan orang.

"Zahra aku akan tutup toko sekarang sebaiknya kamu rapikan bunga yang sudah di pesan saja setelah itu aku akan mengantarmu, kita satu arah bukan. jadi biar sekalian." Kata Mario dirinya tidak ingin Zahra terlalu kelelahan, terlebih akhir-akhir ini masalah datang bertubi-tubi padanya.

"Oke!!" Kata, mereka bersamaan.

"Kalau begitu ayo kita pergi sekarang, jangan sampai pelanggan menunggu terlalu lama." Vania membantu memindahkan bunga-bunga kedalam mobil box

usai merapikan bunga dan vas nya yang menjadi pesanan. Zahra bergegas pergi menuju kediaman para pelanggan.

"Zahra aku ikut, kemana kamu mengantar pesanan ini?"

Tanya, Vania. saat akan meninggalkan toko.

"Tuan Brian, penghuni baru yang ada di perumahan elite yang ada di seberang jalan sana." Terang Zahra, pada Vania.

"Oke!!!" Vania mengangguk antusias, dan menaiki mobil.

"Vania ayo berangkat." Mereka menaiki mobil dan berpamitan pada Mario. yang menatap mobil yang membawa dua sahabatnya.

"Mario kami pergi dulu!!" Mereka melambaikan tangan pada Mario, membuat laki-laki tampan menggelengkan kepalanya melihat sikap dua temannya yang selalu membuatnya tersenyum.

"Hati-hatilah kalian di jalan, setelah selesai mengantar kalian langsung pulang!!" Teriak Mario, saat mobil yang membawa mereka menjauh.

"Baik bos!!! hahahaha...." Zahra tertawa melihat tingkah Vania, yang selalu membuatnya tertawa. Mario melihat kepergian dua sahabatnya. dengan senyum mengembang walau hatinya terasa sesak.

'Andai kamu tau siapa aku, apa mungkin kamu masih menganggap aku sebagai temanmu, aku harap ini bukan ulahnya. aku akan menjagamu dari jauh Zahra apapun akan aku lakukan untukmu.' Gumam Mario.

Mario bergegas untuk menemui seseorang yang akan membantunya, menyelesaikan masalah ini, masalah yang tengah di hadapi wanita yang diam-diam ia cintai.

Didalam mobil Vania tak hentinya bercerita tentang lelaki yang membuatnya tak bisa tertidur. sebagai sahabat yang baik tentu Zahra dengan setia mendengarkan nya. hingga tak terasa mereka telah memasuki perumahan elite.

saat mereka sampai di tujuan Zahra segera turun.

'Tuan Brian untuk apa dia memesan banyak bunga mawar, aneh seorang laki-laki menyukai bunga mawar bukannya itu hal yang tidak wajar.' Gumam Zahra saat dirinya keluar dari dalam mobilnya.

"Neng Zahra, sudah datang silahkan neng. tuan Brian berpesan setelah Neng selesai memindahkan bunga-bunga ini, Neng Zahra disuruh menghadap Tuan Brian, beliau menunggu Neng Zahra di ruang kerjanya." Kata penjaga di kediamannya.

"Baik pak Tarno, terimakasih." setelah selesai Zahra mengajak Vania untuk menemaninya, ada rasa tak nyaman di hatinya membuatnya meminta Zahra mengajak Vania.

"Vania temani aku, menemui tuan Brian ya. tidak tahu kenapa perasaanku tidak tenang." kata Zahra.

"Baiklah ayo. aku juga penasaran akan sosok tuan Brian ini, seperti apa wujudnya?" kata Vania.

"Ayo, kita masuk. " Zahra dan Vania memasuki rumah Brian, Zahra yang melihat keterkejutan Vania akan kemewahan isi rumah Brian hanya tersenyum. saat mereka menaiki tangga tiba-tiba seseorang menghentikan mereka.

"Tunggu..." cegah seorang pria berseragam pelayan.

"Maaf nona. Tuan Brian hanya ingin bertemu dengan nona Zahra jadi saya minta kepada teman nona untuk menunggunya disini." kata salah satu pelayan senior

Sesaat mereka saling tatap, hingga suara Vania terdengar.

"Zahra pergilah, aku akan menunggumu disini." kata Vania lagi

"Baiklah Tuan, saya akan menunggu disini ?" setelah mengucapkan Vania memberikan senyuman untuk Zahra. dia tau betul sifat Zahra jika merasa tidak nyaman dengan seseorang maka dia akan meminta Vania untuk menemuinya.

Zahra hanya bisa mengangguk tanpa bisa menolak lagi. dan melangkah meninggalkan.

"Aku pergi dulu Vania, aku minta kamu tetap disini sampai aku kembali. " pesan Zahra pada Vania. tanpa menunggu jawaban dari Vania Zahra pergi dengan di antar sang pelayan keruang kerja Tuannya.

Tok..tok..

"Masuk!!" Ucap Brian dingin.

"Tuan nona Zahra sudah ada disini." Kata, kepala senior.

" Hhmm...suruh masuk." kata Devan.

"Nona, silahkan masuk. tuan Brian ada di dalam." kita pelayan senior.

"Terimakasih.." Zahra yang merasa tak nyaman dengan langkah berat memasuki ruang kerja Brian.

Dengan senyum penuh arti Brian berdiri dari kursi yang didudukinya dan menyambut kedatangan Zahra.

"Zahra Adelia Putri silahkan duduk. apa kabarmu Zahra, bagaimana kejutan yang saya berikan padamu hari ini?" Kata Brian dengan suara dingin.

"Apa kamu penyebabnya? ini tidak... tidak mungkin." Kata Zahra dengan suara terbata.

"Atau masih ada yang kurang,? bagaimana jika kejutan tentang Nenekmu yang kena serangan jantung dan mati? bagaimana apa kamu lebih suka dengan kejutan yang seperti itu Zahra!?" Zahra yang mendengar kata-kata Brian membuatnya sangat terkejut dengan pengakuan Brian.

Zahra tidak percaya jika semua yang menimpanya hari ini adalah perbuatan Brian, laki-laki yang ia sendiri tidak tahu siapa.

Próximo capítulo