"Luc..."
Lucas melihat ke arah pintu, dimana seorang wanita cantik tengah berdiri di ambang pintu dengan menutup mulutnya. Mata itu terus melihat ke bawah, dimana kakinya menginjak ke lutut Darren yang berdarah dengan teriakan tak bisa ditahan. Dirinya hanya diam tak mendengarkan teriakan demi teriakan pria di bawahnya, namun tatapan mata di sana mengganggunya untuk segera menyingkirkan kakinya dari lutut Darren. Ah menyebalkan sekali hatinya kembali luruh meski dengan tatapan itu. Tapi mau bagaimana lagi? Meski ia sering lupa dengan rasa kasihan jika sudah menyangkut emosi dan trik permainan tapi tidak untuk kali ini, tatapan itu lebih mendominasi untuk menghentikan semua ini. Ah brengsek!
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com