webnovel

JASMINE’S WET DREAM

Leonardo merokok di buritan kapal, ia menghilangkan rasa penat yang bersarang di dalam pikirannya saat ini. Ia mau tak mau harus mempertaruhkan banyak hal, termasuk tambang berlian agar bisa menikahi Jasmine.

Leonardo harus memutar otaknya lebih ekstra agar bisa mengalahkan Lexandro. Rencana yang telah ia susun bersama dengan teman-temannya pun tak bisa dipastikan 100 persen akan berhasil. Bisa saja salah satu rencananya gagal, dan Lexandro tetap menang.

Leonardo juga berencana mencalonkan diri sebagai Walikota, ia mengumpulkan masa yang kocar kacir karena pentolan mereka tewas di tangan pembunuh yang disewa kakaknya itu. Lewat dendam para keluarga, Leonardo berjanji akan menegakkan keadilan.

Bullshit memang, itu bukanlah keadilan, Leonardo hanya membutuhkan mereka sebagai bidak, pion-pion dalam pemainan caturnya melawan Lexandro. Calon independen harus mengumpulkan setidaknya 200.000 suara sebelum mencalonkan diri. Dari keluarga dan kerabat para demonstran dan warga di sekitar teluk itulah Leonardo mendapatkan suaranya.

(NB: ini fiktif ya, saya ambil 1/10 jmlh penduduk sebuah kota di ibukota. Ibu kota kita ada 10 juta jiwa, di bagi 5 kota —selatan, utara, timur, barat, dan pusat. Jadi 2 juta/kota. Di ambil 1/10 nya jadi 200 ribu jiwa)

"Ck, Aku melakukan semua ini demi seorang wanita yang bahkan tidak mencintaiku." Decih Leonardo, ia menghisap rokoknya dalam-dalam. Asap langsung menghilang karena terpaan angin laut. Leonardo sedang menertawakan dirinya yang kehilangan akal sehat karena seorang wanita.

Sungguhkah cinta bisa membuat manusia menjadi sebodoh ini? pikir Leonardo.

Leonardo menatap bintang gemintang yang muncul di langit malam. Sangat elok dan menawan. Tak ada awan kelabu, tak ada hujan yang akan turun malam hari ini. Seharusnya malam indah ini bisa membuatnya bahagia. Namun hatinya malah terasa kesal.

"Tuan, Nona Jasmine sudah menunggu di dalam kamar." Kato memberikan tablet pintar pada Leonardo, ternyata ada cctv di dalam kamar.

Pria itu melihat keadaan istrinya, ia memang sengaja meninggalkan Jasmine pada saat malam pertama. Ia ingin Jasmine merasakan juga rasanya diacuhkan, rasanya dikecewakan, sama seperti saat Jasmine melakukan hal itu kepadanya dulu. Leonardo ingin membuat Jasmine berbalik mengemis cinta kepadanya. Ingin membuat Jasmine merasakan betapa sakit hatinya saat Jasmine membunuh anak mereka. Ia ingin mengurung Jasmine seumur hidup dengan pernikahan mereka ini.

"Hei, apa yang dia lakukan?" Leonardo melongo saat melihat tingkah Jasmine di dalam kamar. Wanita itu sedang belajar gerakan-gerakan sensual untuk menggoda suaminya. Leonardo mendekap tablet, takut Kato melihatnya.

Setelah mengusir Kato untuk memutar badan, Leonardo kembali mengamati kelakuan Jasmine di dalam kamarnya.

"Wkwkwkwk, lucu sekali!" Leonardo tertawa dengan tingkah istrinya. Jasmine terlihat menggemaskan memang, dan cukup memalukan.

"Oh, dia mengupil, dia menembak upilnya ke kaca!! Dasar wanita jorok!" Leonardo bergeleng melihat tingkah Jasmine.

Sekejap kemudian raut wajah Leonardo berubah, rahangnya menegang karena melihat Jasmine menangis. Apa yang sedang Jasmine tangisi? Apa dia bersedih karena Leonardo tidak datang saat malam pertama?

Ck, wanita itu, dia bilang tak mencintaiku. Tapi mulut dan hatinya berbeda. batin Leonardo.

Leonardo menyeringai, ia menatap puas pemandangan menyedihkan itu. Melihat Jasmine tersiksa dengan cintanya bukti bahwa sedikit demi sedikit Leonardo telah berhasil membalaskan dendamnya.

Ah, kau cantik juga saat menangis, Baby! Sungguh, segala lakumu membuatku benar-benar menginginkanmu, batin Leonardo, ia melemparkan kembali tablet pintar itu ke tangan Kato.

"Aku akan menemui Jasmine. Matikan semua cctv di dalam sana." Leonardo mengendurkan dasinya dan berjalan cepat ke arah kamar pengantin.

Jasmine merasa lelah, tak hanya karena terlalu lama menangis, namun juga pesta pernikahan selama sehari penuh ini begitu membebani tubuhnya. Wanita itu lantas tertidur pulas di atas sofa.

Lampu menyala saat sensor menangkap kedatangan seseorang. Siapa lagi kalau bukan Leonardo, pria itu akhirnya memutuskan datang untuk menjenguk istrinya yang kedapatan menangis di cctv.

Leonardo duduk di samping tubuh Jasmine yang meringkuk nyaman, tangannya yang lebar dan sedikit kasar mengelus pipi wanita itu. Menghapus sisa air matanya.

"Leon kau jahat!"

Cih, bisa-bisanya dia menuduhku jahat. Leonardo berdecih seraya tersenyum geli. Wanita ini saat tidur pun juga masih saja mengumpat padanya.

"Dasar mesum gila, apa kau bersama Hilda malam ini, hah?? Sialan!! Pria brengsek, semua pria sama saja, buaya!" Wajah Jasmine berkerut saat tidur, bibirnya mencicitkan kekesalan di alam bawah sadarnya kepada sang suami.

Hildaa??? Siapa itu Hilda? Pikir Leonardo bingung. Kenapa juga Jasmine menuduhnya tidur bersama Hilda? Apa yang wanita ini pikirakan?

Jasmine menggeliat, kini tubuhnya terlentang, tali kimono yang kendor membuat gaun tidur itu melorot, memperlihatkan dada, pundak, dan sebelah kaki mulusnya. Pemandangan ini sontak membuat Leonardo menelan ludahnya, teringat kembali gambaran pose-pose nakal Jasmine di tablet pintarnya tadi. Naluri prianya bangkit, sudah hampir satu bulan Leonardo tak menyentuh tubuh wanita, pemandangan ini tentunya terlalu sulit untuk dilawan.

"Baiklah aku menyerah, ayo kita laksanakan malam pertama kita dengn penuh luapan gairah, Baby." Leonardo menggendong Jasmine ke atas ranjang. Ia mulai melucuti pakaiannya sendiri sebelum menindih tubuh istrinya.

Jasmine tak sadar saat Leonardo mengecup bibir dan pindah ke lehernya. Memanggut tiap jengkal kulit Jasmine yang beraroma bunga. Tangan Leonardo tak berhenti bekerja, terus meraba dengan lembut tiap lekukan tubuh indah Jasmine. Meremasnya pelan namun berirama, tubuh itu mulai menggeliat karena sensasinya.

Jasmine terus menggeliat, ia merasa aneh dengan sensasi nikmat itu. Sentuhan hangat Leonardo pada area sensitifnya membuat Jasmine sedikit tersadar. Namun matanya sudah tak sanggup terbuka lebar, seakan ada beban yang menggelayuti pelupuknya karena begitu lelah dan mengantuk. Samar-samar Jasmine melihat wajah Leonardo yang tampan sedang tersenyum padanya.

"Ah, ini mimpi atau kenyataan?" gumam Jasmine setengah sadar. Masih mengantuk.

"Ini hanya mimpi, Jasmine. Mimpi yang indah." Leonardo melumat bibir Jasmine sambil menyatukan tubuh keduanya.

"Benarkah hanya mimpi?" Jasmine memejamkan kembali matanya karena rasa nikmat.

"Nikmati saja mimpi ini, Baby!" Leonardo mengusap keringat pada dahi Jasmine.

Dalam, lekat, dengan perlahan pinggul Leonardo bergerak maju mundur. Menekan pelan ke dalam liang kewanitaan istrinya. Jasmine mengeryitkan alis saat gesekkan panas itu semakin terasa menghujam ke dalam tubuhnya.

"Aachh ...," desah kenikmatan lolos dari bibir Jasmine.

"Leon, ach ....." Jasmine merintih.

"Jes, Baby. Beg for more!" Leonardo mengecup bibir dan beralih untuk menggigit pusat dada Jasmine. Tangannya mencengkram pergelangan tangan Jasmine agar wanita itu tak banyak bergerak.

"Yes, More, Leon, ach ... ach ..., faster," desah Jasmine meminta Leonardo mempercepat tempo permainan mereka.

Leonardo menurutinya, ia bergerak lebih cepat. Menghujam lebih dalam, gesekkan perih dan panas itu justru semakin terasa nikmat. Deruan napas juga semakin panas dan berat. Peluh menetes deras. Jasmine meremas sprei karena puncak kenikmatan itu perlahan mulai menyerang tiap-tiap syaraf disekitar area sensitifnya dan meledakkan hormon dopamin ke otak.

"Ach ... ach ...," bahu Jasmine bergerak naik turun tak beraturan.

"Kau sudah keluar?" tanya Leonardo, Jasmine mengangguk.

Tubuh Jasmine melemas, Leonardo menyeringai puas saat melihat istrinya telah melakukan pelepasan. Kini gilirannya meraih puncak kenikmatan itu, saat tubuhnya bergerak aktif untuk menghujam tubuh Jasmine, Leonardo teringat ucapan Alexiana, "Jasmine tidak boleh hamil minimal 6 bulan ke depan!"

"Fuck!!!" Leonardo mengumpat, ia memejamkan mata sampai rahangnya menegas. Kesal, ia kesal karena tak bisa menuntaskan hasratnya secara penuh ke dalam tubuh wanita itu.

Dengan terpaksa Leonardo mencabut miliknya saat menuju puncak, ia mengeluarkannya di atas perut Jasmine karena tak ingin membuat wanita itu hamil sebelum waktunya.

"Shit!!" Leonardo menarik lembar demi lembar tisu di atas nakas. Dengan cepat ia membersihkan cairan putih pekat itu sampai bersih sebelum meluber kemana-mana.

Jasmine menggeliat perlahan matanya mulai terbuka, namun Leonardo telah melingsut dari atas tubuh Jasmine. Pria itu tengah membersihkan diri dan mengenakan pakaiannya di kamar mandi. Tak mendapati kehadiran Leonardo di depannya saat ini membuat Jasmine kembali memejamkan mata.

"Beneran cuma mimpi ya?" gigau Jasmine dan kembali lelap.

Leonardo duduk di samping Jasmine, ia kembali menatap wajah Jasmine yang tertidur pulas karena baru saja mendapatkan kepuasan.

"Aku yang ingin menghukummu, justru aku yang dihukum karena hal ini!" Leonardo berdecak.

"Ah, yang penting kau sudah menjadi milikku, Jasmine. Saat kau menyadari bahwa janin itu sudah menghilang, kau sudah terlanjur menjadi Nyonya Wijaya! Kau tak akan bisa pergi lagi dariku, selamanya kau akan menjadi budak seks milikku yang sah!!" Leonardo mengelus wajah Jasmine, menatapnya dingin namun penuh hasrat.

"Rasakan juga penolakan yang dulu pernah kau berikan padaku."

Setelah merapikan kembali pakaian Jasmine, Leonardo kembali keluar menuju buritan untuk menikmati angin laut yang lembab dan dingin. Menyulut rokok agar pikiraannya tenang.

oooooOooooo

Esok paginya, Jasmine larut dalam lamunannya sendiri. Membayangkan mimpi indahnya. Membayangkan tentang persatuannya bersama dengan Leonardo semalam.

Apa benar hanya mimpi? Tapi rasanya begitu nyata, ssshh ... terlalu nyata malahan, pikir Jasmine sambil menggigit bibirnya gemas.

Jasmine melihat ke sekeliling kamar sekali lagi, tak ada jejak Leonardo di sana. Semalam Leonardo benar-benar tidak kembali ke kamar pengantin mereka. Tak ada juga bekas atau tanda-tanda percintaan yang nyata. Mungkin nyeri itu berasal dari perutnya saat mengalami kontraksi ringan karena orgsme saat bermimpi panas.

"Benar-benar hanya mimpi, ya?" dengus Jasmine kesal. Jasmine menatap sprei ranjangnya yang kusut. Sesuatu mengganjal menggelayuti hatinya, apa itu?!

oooooOooooo

Ternyata bukan mimpi basah gengs, asli lah hupla-huplanya. Wkwkwkwkkw. Maaf namanya juga cerita, kalau asli mungkin udah merem melek si Jasmine. Alias bangun, sadar 100 % dan dengan ikhlas menjalaninya. 🤣🤣🤣🤣🤣🤣

Sekali lagi, ini cuma cerita! Jangan protes ya 💋💋💋💋💋💋

Yuk di vote, di kommen, di kasih review bintang lima. Jangan lupa ikutan give away.

Próximo capítulo