Aku pun segera mengabari Arman agar dia menyiapkan diri serta mentalnya untuk menemui kami berdua setelah ini. Aku tak yakin aku kuat, jangan-jangan nanti aku yang menangis? Melihat dia tersiksa batin oleh pemandangan yang akan ia lihat. Yakni melihat aku bersama Mas Royan. Lelaki saingannya yang akan memiliki aku selamanya kelak?
[Sayang, maafkan aku. Aku ingin bilang, Mas Royan ingin kita ketemuan, dia minta dikenalin sama kamu] Isi chatku dan ku tambah emote menangis. Ah! Saat aku buka Hpku sudah ada chat dia duluan.
[Kamu sudah sampai mana?] Isi chatnya.
[Aku masih sampai Pandaan] Aku membalas dengan ini.
[Ooh? Dia mau ketemu dimana emang? Di kantor kita? Aku suguhin apa nih?]
Astaga Arman. Aku langsung tepok jidat membaca balasan dia? Dia malah sibuk mikirin suguhan? Aku lebih jauh dari itu! Aku memikirkan perasaanmu.
[Iya, di kantor saja, gak perlu terlalu istimewa. Buat apa? Ketemu biasa dan bukan hal yang istimewa, aku cuma mengabarimu dulu agar tidak kaget]
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com