webnovel

Provokasi

Mendengar penjelasan Refan, Simon dan nando langsung tertawa kencang. Bagi mereka cerita Refan itu sangat lucu sekali, mengingat Refan yang seorang berandal dan kini ia bisa di taklukkan oleh seorang Reisya yang merupakan gadis bar-bar.

"Pasti enak, senjata makan tuan ya Fan?" Sindir Nando pada Refan.

"Emang temen laknat lo, giliran gini aja puas banget tawanya." Balas Refan malas.

"Yailah bro, gak masalah kan kalo sekali-kali kita ngebully lo. Biar makin asik, ya gak?" jawab Simon masih dengan tawanya.

"Nah, bener banget itu." Jawab Nando setuju.

"Tau ah, emang bener-bener temen laknat ya kalian." Balas Refan sedikit kesal.

Refan melangkah dengan tiba-tiba meninggalkan kedua temannya yang asik tertawa itu, Refan masuk ke dalam gedung sekolah dan menuju ke kelasnya.

"Eh tungguin dong, Fan! Masa di tinggal sih?" Panggil simon menyusul Refan.

"Dih, Refan mah baperan. Gak asik ah." Sambung Nando sambil terkekeh.

Simon dan Nando melangkah cepat ke dalam gedung sekolah, tidak lama kemudian bel masuk berbunyi. Seluruh siswa mulai duduk di kursi masing-masing, sampai akhirnya wali kelas mereka datang dan pelajaran di mulai.

2 jam kemudian, bel istirahat berbunyi. Wali kelas puj menutup bukunya, dan pamit pada semua muridnya. Setelah itu para siswa dan siswa membubarkan diri untuk menuju kantin, karna mereka merasa lapar dan ingin makan. Jadi tanpa menunggu lama, para siswa dan siswi langsung memenuhi kantin.

Refan masih terdiam di dalam kelas, hal itu membuat Simon dan Nando saling melirik heran. Mereka pun langsung menghampiri Refan, dan menegurnya.

"Woi, tumben diem terus? Sawan lo?" Tanya Simon dengan ekspresi herannya.

Refan memutar bola matanya malas, jika sudah datang kedua temannya itu sudah pasti suasana menjadi menyebalkan seketika.

"Lo lupa, nih!" Jawab Refan lalu menunjuk bekas kissmark yang terlihat jelas di leher Refan

Melihat hal itu, Simon dan Nando tertawa geli. Sebenarnya mereka merasa kasihan pada Refan, tapi kenyataan ajaib itu membuat mereka tidak bisa menahan tawa mereka.

"Ya ampun Fan, makanya jangan mau di kuasain cewek." Tukas Nando dengan gelengannya.

Refan menatap Nando dengan tatapan herannya, ia merasa tidak paham dengan maksud perkataan pria itu.

"Maksud lo?" Tanya Refan langsung.

"Gw tau lo mulai suka sama Reisya, tapi ya jangan langsung luluh gitu dong. Reisya malah lebih mudah buat bikin lo takluk, jika lo terlalu mengalah. Setidaknya lo harus jual mahal, tarik ulur biar dia juga memiliki rasa yang sama seperti lo." Jawab Nando menjelaskan.

"Nah, gw setuju sama Nando. Lo itu terlalu mudah takluk Fan, padahal sebelumnya lo begitu menantang dia. Rasanya gak akan seru kalau seperti itu, bikin lah alur yang menarik agar dia juga takluk sama lo." Balas Simon menyetujui perkataan Nando.

"Fix, kita sependapat." Tukas Nando lalu mengajukan sebelah tangannya, lalu ia dan Simon bertos ria.

Refan terdiam, memang perkataan kedua temannya itu ada benarnya. Ia begitu mudah takluk hingga menyatakan isi hatinya begitu saja, padahal wanita itu sedikit gengsi untuk mengakui perasaannya. Setidaknya, Refan harus bisa menarik ulur hari Reisya, agar wanita itu juga mengakui perasaannya.

"Mungkin kalian bener, gw terlalu mudah takluk." Gumam Refan mengakui.

Simon dan Nando mengangguk setuju, karna memang itulah yang mereka lihat saat ini. Refan terlalu mudah takluk, sehingga Reisya jadi begitu mudah mempermainkan dirinya.

"Terus apa yang mau lo lakuin selanjutnya?" Tanya Nando ingin tau.

Refan menatap Nando dengan seringainya, lalu ia menghela nafas panjang dan menjawabnya.

"Kembali menantang, memangnya apa lagi?" Jawab Refan pasti.

Mendengar jawaban Refan, Simon dan Nando pun ikut tersenyum. Inilah Refan yang mereka kenal, tidak akan menerima begitu saja jika di kalahkan. Dan pertarungan cinta Refan melawan Reisya ini pasti akan menjadi tontonan seru untuk semua orang, termasuk Simon dan Nando yang sudah menantikannya.

"Ini baru Refan yang gw kenal." Tukas Simon dan Nando.

"Kita ke kantin, gw laper." Ungkap Refan langsung melangkah keluar kelas.

Setelah kepergian Refan, Simon dan Nando tersenyum puas. Lalu mereka kembali bertos ria, karna rencana mereka berhasil.

"Tontonan seru lagi" gumam Simon.

"Gw udah gak sabar pengen liat mereka adu gengsi" balas Nando.

Setelah itu Simon dan Nando ikut keluar dari kelas, lalu mereka mengejar langkah Refan yang sudah cukup jauh. Sesampainya di kantin semua orang langsung menatapnya, kecuali Reisya. Melihat hal itu, Refan pun menunjukkan seringainya.

"Gw pesan fried chicken dan es teh, gw tunggu di sana." Ucap Refan sambil menunjuk meja Reisya dan Ruri.

"Kalo gw bakso sama es teh" sambung Simon.

Mendengar hal itu, Nando pun berdecak kesal. Kenapa selalu dia yang memesan makanan? Padahal dia bukan pelayan kedua orang itu.

"Cih, ya udah sana gw pesan dulu." Balas Nando tidak bisa menolak.

Setelah itu Refan dan Simon menghampiri meja Reisya dan Ruri, sedangkan Nando memesan makanan lebih dulu baru setelah itu menyusul.

"Hai beb" sapa Ruri pada Simon.

"Hai juga, lagi makan apa? Asik banget kayaknya." Balas Simon langsung lupa daratan seketika.

"Iya dong, ini lagi makan siomay. Kamu sudah makan?" Jawab Ruri dengan senyumnya.

"Belum, baru pesan." Jawab Simon juga dengan senyumnya.

Mendengar hal itu, Refan dan Reisya memutar bola matanya malas. Benar-benar pasangan budak cinta tidak tau tempat, membuat mereka muak saja.

"Dasar bucin" tukas Refan tidak tahan.

Mendengar hal itu, Simon dan Ruri pun saling melirik. Lalu mereka terkekeh, dan membalas perkataan Refan.

"Iri bilang bos!" Jawab Simon dengan senyum meledeknya.

"Dih, siapa juga yang iri? Biasa aja kali." Balas Refan sedikit sinis.

"Kalau biasa aja santai dong bos, sinis amat sih?" Jawab Ruri dengan tawanya.

Simon ikut terkekeh, lalu Refan pun terdiam karna malas dengan perdebatan mereka yang semakin panjang. Di sisi lain, Reisya masih menyantap makanannya dengan tenang, setelah makanan itu habis barulah ia mulai mengeluarkan kata-kata berkelasnya.

"Kalian ini bisa diam gak? Atau mau gw buat diam?" Ancam Reisya mulai kesal.

Mendengar hal itu Refan, Simon, dan Ruri langsung terdiam, sedangkan Reisya masih menatap mereka dengan malas. Tiba-tiba Nando datang, dan mencairkan suasana yang mencekam itu.

"Huh, akhirnya selesai pesan juga." Gumam Nando langsung duduk di bagian yang kosong.

Melihat semua temannya pada diam, Nando pun jadi merasa heran.

"Kenapa dah? Kok pada diem?" Tanya Nando heran.

"Gak apa-apa kok Nan, mereka lagi gak mood katanya." Jawab Reisya dengan santainya.

Seketika Refan, Simon, dan Ruri saling melirik, lalu mereka menatap Reisya dengan malas.

Próximo capítulo