Sasuke telah kembali ke Konoba dan pergi untuk berpetualang dan menebus semua kesalahan nya. Ketika Sasuke keluar dari desa dan bertemu dengan Naruto di luar desa. Naruto berkata, "Sasuke, tolong jaga Sakura untuk." "Bodoh, harusnya kau yang menjaganya. Sejak awal kau menyukai nya." "Tapi, Sakura sangat mencintaimu, aku mana bisa-." "Kau terlalu baik dan payah." Sasuke pergi untuk melanjutkan perjalanan. Naruto berusaha mengerti apa yang Sasuke katakan. "Terlalu baik..."
"Haaa..."
Laki-laki remaja bersurai pirang bernama Uzumaki Naruto, kini sedang mengeluh dalam batinnya setiap ia mengingat perkataan sahabatnya. "Terlalu baik ya..."
Naruto tak mengerti kenapa karena terlalu baik jadi alasan utamanya tak bisa dekat dengan Sakura. Sasuke sama sekali tak pernah peduli dengan Sakura. Sakura pernah mengucapkan kata, 'cinta' kepada Naruto yang mengambil kesimpulan kalau Sakura sebenarnya berpura-pura dan lebih mencintai Sasuke. "Baiklah kalau begini aku akan belajar lebih egois!" Naruto mengambil perban di rak dekat tempat tidurnya, ia melilitkan perban itu dari ujung jari hingga lengan kanannya.
"Selesai!"
Apartemen yang Naruto tempati selalu sepi dan sunyi sampai suara bergema hingga seluruh ruangan. Membuka pintu kamar bersiap untuk menyambut pagi, kegiatan Naruto di pagi hari untuk membuat sarapan. Tempat tinggal Naruto tak berantakan seperti dulu, ia belajar bersih-bersih setiap ada waktu luang libur dari misinya.
"Ramen, aku datang!"
Menyeduh ramen menunggu hingga matang, Naruto sudah menyiapkan sumpit kesukaannya. Gadis remaja bersurai soft pink kini sedang berada di luar pintu apartemennya Naruto. Gadis remaja itu bernama Haruno Sakura, Sakura ingin mengetuk pintu namun ia ragu dan berniat memutuskan untuk pergi namun langkahnya begitu berat. Sakura kembali lagi ke depan pintu. "Kenapa aku datang kesini?" Sakura bingung dengan dirinya sendiri setiap teringat perkataan Naruto ketika menolaknya.
"Sebenarnya aku jujur waktu itu."
Sakura tak bisa lupa kejadian waktu itu dan kejadian Naruto hampir mati ketika melawan Uchiha Madara. Sakura mengetuk pintu beberapa kali, ia tak ragu lagi untuk menemui Naruto, pintu terbuka setelah Sakura menunggu. Naruto memegang cup ramen di tangan kiri sembari mengusap mulutnya sendiri karena merasa tak pantas dilihat dalam keadaan belepotan.
"Sa-Sakura."
"Naruto."
Naruto tidak menyangka kalau Sakura akan mampir lagi sejak kejadian penolakan waktu itu. Mereka berdua mulai menjaga jarak setelah pertempuran besar-besaran melawan Kaguya.
"Aa, Sakura silahkan masuk, hehe.."
"Terimakasih Naruto, kau sarapan ramen lagi?"
"Aa, iya ini aku sedang makan ramen, hehe."
Naruto selalu gugup dan bersikap bodoh setiap di depannya Sakura. Sakura hanya tersenyum dan masuk ke dalam rumah Naruto. Naruto menutup pintu, Naruto berbalik lalu bingung harus bicara apa untuk memulai obrolannya.
"Sekarang baru kelihatan seperti rumah, kau mulai belajar bersih-bersih, ya?"
"Hehe, ya. Kalau ada waktu senggang aku bersih-bersih kalau tidak ada waktu sedikit berantakan lagi."
Naruto beranggapan kali ini Sakura terlihat lucu dengan model rambut yang berbeda. Model pony yang aneh namun menggemaskan. 'Aku harus bagaimana sekarang?' Naruto mulai berpikir agar Sakura tak menjaga jarak lagi.
"Sakura, ayo kita duduk, maaf aku lupa mempersilahkan duduk ... Maaf, ya, hehe."
"Tidak apa-apa santai saja."
Sakura duduk di sofa setelah dipersilahkan. Naruto buru-buru menuju dapur dan membuka pintu kulkas. Hanya ada jus jeruk dan deretan kotak susu instan. "Payah sekali." Naruto mengambil sebotol jus jeruk dan dua gelas setelah itu menuangkan jus ke dalam dua gelas yang ia taruh di atas nampan.
"Semoga saja Sakura suka jus buatanku."
Sakura teringat ketika kejadian dia dan Naruto terjebak ke dunia yang diciptakan oleh Obito. Ketika itu Naruto sangat senang bisa bersama kedua orang tuanya walaupun semua itu tak nyata dalam keadaan hidup Naruto yang sebenarnya.
"Untunglah dia itu sangat kuat. Aku saja belum tentu bisa seperti dia."
Naruto kembali ke ruang tamu untuk menyajikan yang ia bawa walaupun hanya dua gelas jus jeruk saja. Sakura tak menyangka kalau Naruto pintar juga menyuguhkan sesuatu kepada tamu.
"Maaf Sakura, aku cuma punya ini saja."
"Tidak apa-apa Naruto, aku malah datang merepotkanmu."
"Tidak, Sakura tidak merepotkanku."
Kedatangan Sakura untuk menanyakan bagaimana hubungan Naruto dengan Hinata. Naruto tidak bisa menjawab bagaimana yang benar, Naruto tak tahu harus menjawab seperti apa pertanyaan dari Sakura.
"Apa! Kau tidak menembaknya?! Kau ini bagaimana Naruto, Hinata sudah jujur dengan perasaannya, dasar bodoh tak peka!"
"Ya, mau bagaimana lagi, aku dari dulu cuma mencintaimu, Sakura."
Tanpa sadar Naruto mengatakan apa yang ia pikirkan dengan polosnya. Sakura tidak mengira kalau Naruto masih mencintainya, Sakura pikir Naruto kini mencintai Hinata.
"Aku tau kalau Sakura sangat mencintai Sasuke, waktu itu aku sengaja bilang begitu agar Sakura lebih jujur saja."
"Bodoh!"
"Eh, bodoh?"
Sakura meneguk jus jeruk sampai habis dan meletakan gelas dengan kasar.
"Kau selalu bersikap bodoh, kau pikir aku waktu itu hanya berbohong! Pakai otakmu sekali saja, mana ada wanita yang bilang cinta lebih dulu!"
"Sakura ... Maaf."
Naruto menyatukan kedua telapak tangannya dalam sekali tepuk, ia baru sadar atas kebodohannya waktu itu.
"Aku bingung karena Sakura selalu bilang cinta sama Sasuke, aku anggap itu serius. Aku berusaha menerimanya asal Sakura bahagia itu saja sudah cukup bagiku."
Plak!
"..."
Naruto tak mengerti kenapa ia mendapatkan tamparan? Padahal ia mementingkan perasaannya Sakura waktu itu, apakah yang Naruto pikirkan waktu itu salah?
"Kenapa kau lebih memikirkan perasaanku daripada perasaanmu? Kau sangat baik sampai aku takut kau rela mengorbankan perasanmu demi orang lain."
Sakura beranjak dari duduknya, Naruto ikut beranjak dan menyusul Sakura yang hendak menuju pintu keluar. Naruto memegang pergelangan tangan Sakura, agar Sakura berbalik untuk melihat Naruto.
"Sakura, tunggu sebentar. Aku masih belum mengerti kenapa kau marah padaku."
"..."
Sakura hanya diam tak mau menjawab perkataan Naruto.
"Sakura?"
"Lepaskan."
"Tidak. Jawab dulu apa alasan Sakura sampai marah?"
"Alasannya cuma satu, karena kau bodoh."
"Hanya itu?"
Naruto tetap tak mengerti dan memilih untuk memeluk Sakura. Sakura hanya bisa diam ketika di peluk, Naruto menyamankan pelukannya dan memejamkan mata. Sakura tak berniat memberitahu Naruto kenapa ia sampai marah seperti itu, Naruto benar-benar tak pernah mengerti bagian perasaan wanita.
"Kadang aku kesal dengan kebodohanku sendiri."
Sakura membalas perlukan dan berkata, "bodoh." Naruto tak peduli dengan perkataan itu, ia menikmati pelukan yang nyaman nan hangat.
"Sakura, aku sangat mencintaimu."
Rona merah di pipi Sakura menunjukan kalau kata-kata Naruto itu terlalu blak-blakan namun lebih baik begitu karena Sakura lebih suka Naruto mengutarakan perasaan secara langsung tanpa berpikir panjang.
"Terimakasih, Naruto."
.
.
.
.
BERSAMBUNG