Azan terdengar sayup dari ponsel Nada di dalam tas. Mereka sudah kembali pindah ke sofa tamu. Ina duduk bersandar sambil melipat kaki di depan perut. Ia ingin menyembunyikan bentuk raga yang tak lagi sama. Anak di dalam sana semakin berkembang dengan baik.
Nada menggeleng, "Nanti aja. Gue masih mau nemenin lo di sini, gue kangen, In. Kangen lo yang dulu, yang ceria dan suka banget becandain gue." Sorot mata perempuan itu menerawang. Mencoba kembali menyelami masa manis saat mereka masih sama-sama di bangku kuliah.
Di mana ada Nada, di situ ada Ina. Mereka ibarat kembar yang tak mungkin akan terpisahkan.
Kehadiran Aldo membuat diam-diam Ina menyimpan dengki pada Nada. Terlebih saat tahu, Aldo menyukai Nada dan Nada ternyata menyimpan rasa pada lelaki yang taksir.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com