webnovel

Sebatas Harapan

"Aku baru ngerti, kenapa orang suka nangis kalo nikah," kata Shireen.

"Kenapa?" Ghailan balik bertanya.

"Pergi merantau dan pergi jadi istri orang, rasanya beda banget. Kaya gimana gitu."

"Jangan sedih sayang, nanti kita sering pulang," sahut Ghailan, sebelah tangannya menggenggam erat tangan Shireen.

Ponsel Ghailan berdering, lagi-lagi telepon dari Kanaya. Karena sedang menyetir dan akan masuk ke gerbang tol. Ghailan meminta Shireen yang mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo, Ma," sapa Shireen.

"Loh, kok, kamu yang jawab. Anak saya mana." Kanaya spontan berteriak, saat mendengar suara Shireen.

"Ghailan lagi nyetir, Ma," jawab Shireen, hatinya mendadak tidak enak mendengar nada bicara ibu mertuanya.

"Terus, kenapa kamu yang angkat! Nggak sopan banget pegang ponsel anak saya."

Shireen menelan ludahnya, ia bingung harus berkata apa. Ghailan meliriknya dan melempar tanya lewat pandangan. Shireen menyunggingkan senyum lebar.

Capítulo Bloqueado

Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com

Próximo capítulo