"Hiks, hiks, hiks, hiks, ayah ...."
Orfias pikir, dulu impiannya adalah yang paling penting. Ternyata setelah Prin pergi, rasa cinta-nya kepada sang ayah lebih besar daripada dunia fotografi. Lelaki itu memeluk dirinya sendiri diantara dedaunan rontok nan lembab, tubuhnya meringkuk seperti terenggiling yang kedinginan. Alarm ponselnya berbunyi berkali-kali, begitu pun panggilan dari Gaia. Orfias sendiri yang menyetel, tapi dia juga yang mematikan. Entah kenapa emosi sekali sampai tidak mau pulang.
Sementara tolong biarkan aku sendiri dulu! Bisa tidak?! Ibu kau takkan pernah bisa mengerti!
Lagu-lagu greek mengalun dari ponselnya,
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com