Lucas pun pergi. Jam kerja juga menyudutkannya untuk tak berada di dalam kamar itu lebih lama. Sementara Eve yang diserahi acara bersih-bersih tiap hari baru kali ini serasa hampir pingsan kalau saja tidak ada Kania dan Liana yang memerah tiap detik di dalam sana.
Mereka tak ada yang bicara. Semua menyimpan isi hati masing-masing untuk menjaga hati Aleta di kamar itu. Mereka memberesi tiap atribut pakaian yang tercecer di lantai, dan begitu Kania dan Liana pergi, Eve baru berani mendekati Aleta.
"Nona…"
Eve dulu memiliki anak perempuan. Dia lebih muda dari Aleta dan manja. Namanya Nana. Sayangnya karena sebuah terkena DBD yang cukup parah, gadis kecil itu tak bisa bertahan hidup. Hanya Aleta yang kini menggantikan puterinya di dalam hati. Eve selalu mengangan-angankan wajah Aleta yang semakin dewasa adalah gambaran dari Nana.
Eve dan semua pelayan di rumah sering melihat Lucas menyentuh Aleta, tetapi jika sampai sejauh ini, dia sendiri tak menyangka. Dia pun duduk di tepi ranjang gadis itu dan membelai pucuk kepalanya sayang. "Nona ini Saya, Eve. Anda tidak ingin mandi sekarang?"
"Eve?"
"Iya, Nona…" kata Eve. Dia pun menatap ke sekitar leher dan bahu Aleta yang terbuka. Di sana ada tanda-tanda kemerahan. Dan Eve bisa menebak semalam gigi-gigi Lucas bergerilya di sana dan menjalin keintiman di luar nalar. "Sudah waktunya Anda mandi dan sarapan. Ini sudah pukul 8 pagi lebih."
Aleta justru kembali terisak. "Eve bahkan jika aku mandi, apa aku akan kembali seperti kemarin? Aku sekarang sangat kotor..." katanya putus asa. "Eve, kenapa Paman melakukannya?"
Eve pun menghela nafas berat hati. Dia sungguh-sungguh ingin bilang kepada Aleta bawa Lucas adalah calon suaminya sendiri di masa depan. Tapi … tapi … apa haknya untuk memberitahu?
Lucas pasti memiliki alasan tersendiri. Seperti menjaga nama baik Aleta di mata tetangga dan masyarakat sekitar? Jika gadis ini diketahui tinggal serumah dengan calon suaminya sebelum menikah… bagaimana bisa itu tidak mencoreng nama keluarga Hendrawijaya?
Namun jika terus-menerus seperti ini…
"Maafkan saya, Nona… saya juga tidak tahu…"
"Hanya karena aku buta! Aku tidak bisa berjalan atau berlari darinya… dia melakukan apapun yang dia mau! Bagaimana bisa hal seperti ini berjalan di dunia? Aku sungguh-sungguh kotor…" isak Aleta lagi.
Eve pun terus mengelus-elus pucuk kepala Aleta lembut. "Memang Tuan Lucas pernah mengatakan apa kepada Anda, Nona?"
"Dia mencintaiku? Jangan bercanda! Ini benar-benar tidak boleh kan?" kata Aleta. "Aku benar-benar tak mengerti maksudnya. Kenapa tidak menjelaskan hal yang lebih bisa kuterima? Eve, menurutmu kenapa harus aku yang mengalami ini?"
Mendengar hal itu, Eve tidak bisa langsung bertindak impulsive. Untuk saat ini, dia hanya harus mengurus Aleta seperti biasanya. Semakin hari semakin baik. 'Aleta, Nona… Anda harus tahan, ya! Ini demi kebaikan Anda!' seolah-olah Eve ingin mengatakan itu langsung tapi tidak bisa.
"Apapun itu, aku yakin Tuan Lucas memang menyayangi Anda, Nona," kata Eve. "Sebagai paman atau gadis. Yang mana pun itu… apakah Anda pernah tahu dia menyakiti Anda lebih dari hal-hal seperti ini?"
DEG
"Tidak…"