webnovel

Jika kau tidak menurut

Aku berjalan gontai ke arah yang kurasa adalah jalan pulang. Sambil terus memegangi pinggangku yang terasa paling sakit dibandingkan bagian tubuhku lainnya, aku terus berusaha memfokuskan pandanganku yang mulai kabur. New York masih saja ramai, meskipun kondisiku seperti ini tidak ada seorangpun yang berniat menolongku. Kota ini membuatku muak.

Tukang pukul sialan itu benar-benar menjadikanku bahan pelampiasan. Sampai aku setengah pingsan baru mereka meninggalkanku. Aku tidak menyangka akan separah ini. Kenapa aku harus bodoh ketika berurusan dengan Ashlan?

Langkahku semakin tidak terarah, beberapa kali aku menabrak orang. Akhirnya aku sampai di jalanan yang lebih sepi, kalau tidak salah ini sudah dekat dengan apartemenku berada. Aku harus menyebrang.

TIN TINN

Suara klakson kencang sekali sampai telingaku rasanya pecah, kepalaku jadi sakit. Kubalikkan badanku ke arah mobil yang berhenti ditengah jalan ini.

'Oh sepertinya aku menyebrang tidak lihat-lihat'

Seseorang terlihat turun dari mobil itu. Pandanganku terasa berputar, aku tidak bisa melihat dengan jelas siapa itu.

"Lucas?"

Deg

"Apa yang ka– Luca? Apa yang terjadi dengan mu? kenapa kau..."

Mataku hanya menatap Ashlan yang saat ini berdiri didepan ku, tangannya berusaha meraihku. Aku mundur selangkah.

"Baby, apa yang terjadi padamu? Kenapa wajahmu babak belur seperti itu?"

"Bukan urusanmu!" aku langsung berjalan meninggalkan Ashlan.

"Tunggu! baby apa kau tidak mendengar daddy berbicara?"

"Apa? Apa kau gila?! Aku bukan baby boy mu lagi, sejak awal aku tidak pernah menjadi milikmu!"

Ashlan hanya diam, matanya memperhatikan seluruh tubuhku seolah sedang mencari mana saja bagian yang terluka.

"Masuk ke mobil"

"Kau tidak dengar apa yang ku katakan?!" ucapku kesal

"Masuk ke mobil SEKARANG!" perintahnya tegas

"Aku tidak MAU"

Dengan cepat Ashlan menggendongku dan memasukkan ku ke mobilnya tanpa aku sempat merespon.

"Brengsek, aku tidak mau masuk!"

"Diam disitu, boy!"

"Ashlan bodoh, aku mau keluar, buka pintunya!" Aku mencoba untuk membuka pintu sialan ini, 'kenapa sudah dikunci sih?'

"Cepat pak sopir, kita pulang" perintahnya kepada pak sopir

"Tidak, aku tidak mau ikut dengan mu, keluarkan aku sialan!" Aku masih mencoba membuka pintu mobil.

"Boy, jika kau tidak menurut, daddy akan menghukum mu!"

Mendengar Ashlan yang berkata seperti itu dengan aura dominasi yang mengerikan, aku bergidik ngeri. Otomatis, seluruh tubuhku berhenti melawan, kepalaku tertunduk dengan pandangan lurus kebawah.

"Good boy, kemarilah biar kulihat mana yang sakit"

Dengan satu gerakan Ashlan mengangkatku dan membawaku kepangkuannya, dia membenamkan kepalaku ke dadanya yang bidang sambil mengelus rambutku dengan telapak tangannya yang berhasil mengirimkan sinyal menenangkan ke sekujur tubuhku.

Hidungku mencium aroma parfume mahal yang bercampur dengan aroma khas dari tubuh Ashlan. Kuhirup wangi yang tanpa kusadari selalu membuatku tenang, seluruh tubuhku menjadi relax. Jari-jariku menggenggam erat kemeja Ashlan dan entah untuk alasan apa aku mulai menangis.

"Sshh jangan menangis baby, kita ke dokter, oke?!"

Aku masih sesegukan dan air mata sialan ini tidak mau berhenti.

"Sebentar lagi rasa sakitnya pasti hilang, jangan menangis Luca sayang"

"Pak sopir, bisakah kita lebih cepat?!"

"Baik tuan"

Mobil melaju dengan lebih cepat. Aku ingin marah pada si brengsek Ashlan, kenapa dia harus baik padaku padahal kemarin dia meninggalkanku? Bukankah tadi dia pergi dengan model sialan itu? Brengsek, aku tidak bisa mengucapkan sepatah katapun, hanya air mataku yang mengalir deras tanpa bisa kuhentikan.

Sampai dirumah, Ashlan menggendongku dan membawaku naik ke kamarnya. Seseorang terlihat sedang menunggu kami, dia segera memeriksaku begitu Ashlan menurunkanku ke ranjang.

"Bagaimana keadaannya Ed?" Tanya Ashlan pada dokter itu, sepertinya mereka saling kenal.

"Selain memar dibeberapa bagian tubuhnya, sepertinya tulang rusuknya patah. Aku harus memeriksanya lebih lanjut untuk bisa memastikannya"

"Baiklah"

"Besok pastikan kau mengajaknya ke rumah sakit"

"Iya" Ashlan terus memperhatikanku dengan sudut matanya meskipun dia sedang berbicara dengan dokter.

"Aku akan memberikan obat penghilang rasa sakit dan salep untuk menyembuhkan memarnya"

"Terima kasih, Ed"

Dokter itu hanya tersenyum dan menepuk bahu Ashlan.

"Aku akan mengantarmu ke depan" ucap Ashlan

"Tidak perlu, aku tahu kau ingin segera memeluk baby boy mu yang manis ini" Dokter itu tesenyum kearahku. Ashlan terlihat marah.

"Ha ha haa... tenanglah kawan, aku tidak akan mengincar milikmu"

"Kau tidak boleh melihatnya!"

"Ashlan, Ashlan... bagaimana aku bisa tahu keadaannya kalau aku tidak melihatnya?"

Ashlan hanya menatap dokter itu dingin.

"Kau sama sekali tidak berubah. Sudah lah aku mau pulang, aku tidak punya waktu berdebat dengan orang posesif sepertimu. Besok jangan lupa pesanku!"

"Iya"

Setelah memberikan obat yang dia janjikan tadi, dokter itu keluar dari kamar meninggalkan aku dan Ashlan, berdua. Ashlan duduk ditepi ranjang, disampingku. Aku mengarahkan pandanganku lurus kedepan, mengabaikannya.

"Baby? apa yang terjadi sampai kau bisa terluka seperti ini?"

Aku diam.

"Luca, jawab ketika daddy bertanya"

"Kau bukan daddy ku!"

Ashlan menarik nafas berat.

"Aku tidak ingin berdebat denganmu sekarang, apa kau sudah makan?"

"Aku mau pulang"

"Kau mau makan apa? biar ku pesankan"

"Aku.Mau.Pulang!"

"Tidak"

"Kau bukan siapa-siapaku, aku tidak peduli dengan perintahmu atau apapun, sekarang aku mau pulang"

"Luca dengarkan aku, kau terluka, kau harus dirawat"

"Aku tidak peduli"

"Kenapa kau keras kepala sekali? apa sekarang kau jadi Luca yang nakal lagi?"

"Aku memang selalu begini, jangan ikut campur dengan hidupku"

"Baby–"

"Aku bukan baby boy mu!"

Ashlan terlihat kesal dengan pernyataanku, dia melompat ke atas ranjang dan menciumku paksa.

"Hentikan! Dasar gila, lepaskan aku!"

Ashlan tidak menghiraukan protes dariku, dia menghentikan perlawananku dengan memegang kedua pergelangan tanganku menggunakan satu tangannya saja. Si brengsek ini–

"Ash.. Hen.. ti.. kan"

Ashlan terus melumat bibirku dengan bibirnya, dia menghimpit tubuhku yang kecil ini dengan tubuhnya.

"Mnh... Ashlan.. hen..ti.."

Lidah Ashlan berusaha masuk kedalam mulutku, dasar brengsek kenapa dia harus menciumku? Tangan Ashlan yang bebas menekan hidungku yang membuatku tidak bisa bernafas, aku terpaksa harus membuka mulutku, Ashlan mengambil kesempatan ini dan langsung memasukkan lidahnya.

"Mmnnhhh..."

Ashlan menggigit bibirku pelan, aku berusaha bebas, kutendangkan kakiku kesegala arah. Ashlan yang cerdik segera mengunci kaki ku dengan tubuh bagian bawahnya. Sekarang aku benar-benar tidak bisa bergerak. Sialan!!!

Ashlan terus melumat bibirku, dia mencumbui bagian leherku yang sensitif. Aku yang terus melawan mulai terpancing dengan gerakan lincah tangan dan bibirnya. Ashlan selalu tahu bagian sensitif ku. Pen*s ku mulai menegang.

"Ngh Ashlan..."

Tangan Ashlan yang tadinya berada di leherku sekarang masuk ke kaos ku dan meraba niple ku yang sudah menegang.

"Mnh...."

"You like it, don't you boy?"

"Ywess Ashlann, I like it, mnhh... ahhh~ it's so good"

"Jika kau masih memanggilku seperti itu, aku tidak akan melanjutkannya"

Tangan Ashlan yang tadinya bermain dengan niple ku berhenti seketika, aku panik, kugosokkan niple ku dengan tubuh Ashlan yang masih dilapisi kemeja lengkap dengan tuxedo dan neck tie nya.

"Ahhh~ Noo.. please.. Ashlan jangan berhentii~"

Ashlan masih diam tidak merespon.

"Please... mnhhh~" pen*s ku yang menegang bergesekan dengan celana Ashlan yang membuatku semakin ingin merasakan kenikmatan lebih. Aku menggosokkan pen*sku dengan paha Ashlan, rasanya enak, tapi tidak cukuppp!!

"Pleasee... give it to me, please... Angghhh... Ash..lann"

"Tidak... tidak, bukan begitu aku mengajarkanmu, baby boy!"

Ashlan melanjutkan permainanya dengan menarik kausku keatas. Dia mulai menghisap niple ku. Seketika sekujur tubuhku dialiri kenikmatan yang luar biasa. Bibir Ashlan bermain dengan niple ku, dia menggigitnya. Rasa nikmat dan sakit bercampur menjadi satu, pen*s ku semakin menegang.

"Ahhh~ Mnnnhhh... Ngghhhh... Da..daddy, ywesss enak bangett daddy, lagiihh.. lagihhh..."

"Good boy, that's my precious baby boy"

Thanks for reading:D Keep support Akii with a thumbs up!

Akigasukicreators' thoughts
Próximo capítulo