"Li"
"Hmm"
"Lili"
"Hmm"
"LALISA" tegas Jennie meninggikan suaranya.
"Lihat Nini!" Dengan terpaksa Lalisa menolehkan kepalanya menghadap Jennie. Suara tinggi Jennie cukup membuat nyalinya menciut.
"Wae?"
"Namja yang Lili lihat di parkiran tadi namanya Kai. Dia anak dari sahabat eomma. Dia baru pindah ke Korea jadi, eomma menyuruh Nini menemaninya di hari pertamanya. Hanya itu saja" Jennie memberikan tatapan sayu dan mengusap lembut pipi Lalisa.
"Lili kan tidak bertanya" batin Lalisa.
"Nini akan tetap menjelaskan pada Lili. Walaupun Lili tidak bertanya pada Nini" Lalisa membelalakkan matanya terkejut. Ternyata Jennie bisa membaca pikirannya.
"Li-" belum juga Jennie menyelesaikan kalimatnya. Kai datang dan merangkul lengan Jennie dengan manja.
"Jen, aku mencarimu kemana mana dan ternyata kau ada disini" Jennie berusaha melepaskan tautan tangan Kai, tapi usahanya sia sia. Tenaga Jennie terlalu lemah menghadapi seorang Kai.
"Aku permisi dulu" Lalisa yang tidak tahan melihat pemandangan di depan matanya membungkukkan badan dan segera pergi meninggalkan Jennie dan Kai.
Setelah kepergian Lalisa Kai melepaskan tautan tangannya dari Jennie. Senyuman terbaik ia ukir di wajahnya. Berharap Jennie semakin terpesona dengan wajah tampanya.
"Antarkan aku ke ruang kepala sekolah ne" pinta Kai menampilkan aegyo-nya.
Jennie memutar bola matanya malas. Jika saja bukan karena eomma-nya, Jennie tidak mau menuruti permintaan manusia disebelahnya ini. Badan saja yang besar tapi sikapnya masih seperti bocah lebih bocah dari gadisnya. Dengan malas Jennie melenggang begitu saja meninggalkan Kai tanpa sepatah kata.
"Secepatnya kau akan menjadi milikku" lirih Kai memandangi punggung Jennie yang semakin menjauh.
"MIMPI" bisik Lalisa penuh penekanan di telinga Kai.
"Eoh, aku harus ke ruang musik" Lalisa berjalan berlawanan dari arah yang ditunjuknya.
.
Hari festival seni digelar, semua siswa sibuk mempersiapkan penampilan mereka. Termasuk Dahyun yang sedari tadi mondar mandir meredakan gugupnya.
"Li aku takut. Bagaimana jika mereka semua tidak menyukai penampilanku" Dahyun mengguncang tubuh Lalisa.
"Mereka semua pasti akan menyukai penampilanmu, percayalah"
"Tapi Li" Dahyun semakin kuat mengguncang tubuh Lalisa.
"Ting" notifikasi pesan masuk.
Lalisa mengambil handphone di sakunya dan membuka kunci layar. Tertera nama Jennie pada notifikasi pesannya.
"Bukalah!" Gemas Dahyun karena Lalisa tidak kunjung membuka pesan Jennie.
"Bagaimana aku bisa membuka pesan. Jika kau terus mengawasiku" Lalisa diam diam melihat Dahyun dari ekor matanya.
Lalisa merasa risih. Dahyun sedari tadi tidak melepaskan tatapan matanya dari handphone miliknya.
"Hehe, mianhae. Kalau begitu aku pergi dulu. Aku ingin mengambil minum. Apa kau mau?"
"Boleh. Kebetulan aku haus"
Saat Dahyun sudah menjauh darinya Lalisa membuka pesan dari Jennie.
Nini 😾
Baby, hwaiting
Nini tidak sabar melihat penampilanmu
Nini janji akan datang melihat baby 😘
Berikan yang terbaik ne 🤗
Lalisa 🐣
Gomawo unnie
Setelah membalas pesan singkat dari Jennie. Lalisa mengkunci ponselnya dan memasukkannya kembali ke dalam kantong celana.
"Dingin sekali" celetuk Dahyun yang sudah berada di sebelahnya.
"Kemarikan minumnya" Lalisa merebut segelas air dari tangan Dahyun dan meneguknya sampai habis.
"Kau masih marah dengan Jennie unnie?"
"Tak tau"
"Aku sempat melihat dramamu dengan Jennie unnie kemarin. Dan siapa namja di sampingnya? Aku tidak pernah melihat dia sebelumnya"
"Dia Kai. Anak dari sahabat eomma Jennie unnie"
"Wah daebak" dahyun membuka mulutnya lebar.
"Apa gugupmu sudah hilang?" Tanya Lalisa mengalihkan topik.
Ada rasa tidak suka saat Lalisa mengingat kejadian kemarin. Apalagi saat melihat tangan namja itu merangkul lengan Jennie. Dan perkataan Kai yang terus saja terngiang ngiang ditelinganya.
"Yak! Kenapa kau mengingatkanku lagi dengan rasa gugupku. Aku jadi bertambah gugup" bentak Dahyun
"Baguslah"
.
Lalisa mendapat giliran tampil pertama. Dengan percaya diri Lalisa menaiki satu persatu anak tangga dan memposisikan dirinya di tengah panggung. Tidak lama musik pengiring terputar . Dengan lihai Lalisa melekuk lekukkan tubuhnya sesuai dengan irama.
Sorak sorai terdengar bertambah riuh saat Lalisa menjatuhkan tubuhnya kelantai. Melakukan beberapa gerakan yang membuat semua penonton melototkan matanya dan berteriak heboh. Termasuk Jisoo, Irene, Seulgi dan Wendy yang menganga tidak percaya melihat Lalisa bisa menari seperti itu.
"Oh God, she is so hot"
"Damn. The hottest"
"I'm crazy over you"
"How u like that?"
"I'm done"
begitulah kiranya teriak penonton melihat penampilan Lalisa. Tidak ada satupun penampilan Lalisa yang terlewatkan dari teriakan dan tepuk tangan para penonton, termasuk suara para namja yang lebih mendominasi.
Saat musik berhenti terputar Lalisa menyempatkan diri mengedarkan pandangannnya diantara kerumunan mencari yeoja bertubuh mungil kesayangannya. Lalisa menyunggingkan senyuman saat matanya menemukan kerumunan sahabatnya. Tapi senyuman itu segera memudar saat ia tidak menemukan Jennie diantaranya.
Setelah penampilan Lalisa selesai. Jisoo dan sahabatnya menghampiri Lalisa ke belakang panggung dan memberikan selamat atas suksesnya penampilan Lalisa.
Rose yang melihat Lalisa keluar dari panggung langsung menubruknya. Untung saja Lalisa masih bisa menahan tubuhnya sehingga tidak jatuh ke belekang.
"Wow. Kau membuat kita semua gila dengan penampilanmu" kata Rose memeluk erat Lalisa.
"Unnie bangga padamu. Sekaligus terkejut tidak percaya" imbuh Irene memeluk Rose dan Lalisa.
"Unnie juga" Jisoo dan yang lain menyusul ikut berpelukan. Merasakan hangatnya persahabatan diantara mereka.
"Apa Jennie unnie tidak datang?" Pertanyaan Lalisa membuat pelukan terurai.
"Unnie pikir Jennie sudah memberitahumu. Dia mendadak harus menemani eomma-nya. Mungkin dia akan datang telat" Wendy
Kekecewaan, itulah yang Lalisa rasakan sekarang. Tapi kekecewaan itu lalisa sembunyikan dalam dalam. Setidaknya dia masih beruntung karena memiliki sahabat yang selalu ada dan mendukungnya.
"Lili, gwenchana?" Jisoo melihat perubahan raut wajah sesaat Lalisa.
"Li" Irene memegang bahu Lalisa.
"Gwenchana unnie" Lalisa menampilkan senyuman palsunya. Ia tidak mau membuat teman temannya khawatir.
"Lili akan ganti pakaian dulu. Unnie bisa lanjutkan menonton yang lain. Nanti Lili menyusul ne"
Jisoo Pov
Sudah 4 jam setelah kepergian Lalisa dan anak ayamku itu tidak kunjung kembali. Aku mulai mengkhawatirkannya. Tapi aku harus bersikap biasa saja, aku tidak ingin membuat yang lain khawatir.
"Unnie, kenapa Lalisa tidak kunjung kesini" Yeri ternyata juga merasakan apa yang aku rasakan.
"Unnie akan menghampirinya ke ruang ganti dulu ne. Kau tunggu disini dengan yang lain"
Baru saja aku mebalikkan tubuhku, Jennie datang dengan Kai disebelahnya.
"Unnie mau kemana?"
"Jisoo unnie ingin mencari Lalisa. Dia tidak kembali setelah pamit ke ruang ganti" Yeri menjawab pertanyaan Jennie.
"Omo. Kalau begitu aku ikut denganmu unnie"
"Kau disini saja dengan yang lain. Aku akan menghampiri Lalisa di ruang ganti"
"Tapi unnie" aku merasakan tangan Jennie mencengkram lenganku kuat.
"Jen kita disini saja dulu, biarkan Jisoo memastikan keberadaan temanmu. Kau pasti lelah sudah menemaniku seharian penuh" Kai bersuara.
"Diamlah! Jangan ikut campur urusanku!"
"Jen ka-"
"Pergilah! Aku bahkan merasa terganggu dengan kehadiranmu. Mulai detik ini jangan dekat dekat denganku dan jangan jadikan eomma sebagai alasannya" bentak Jennie pada Kai yang sukses menjadi pusat perhatian karena suara keras Jennie.
Melihat pertikaian ini kesempatan bagiku melanjutkan langkahku menuju ruang ganti. Saat sampai di depan pintu ruang ganti Dahyun yang melihat kedatanganku segera menghampiriku.
"Eoh, Jisoo unnie? Ada apa Jisoo unnie datang kemari?"
"Aku mencari Lili. Apa dia ada di dalam?"
"Lili? Dia bahkan sudah meninggalkan ruang ganti setelah penampilannya selesai. Aku melihatnya berlari tergesa gesa. Bahkan dia mengabaikanku saat aku menyapanya. Aku kira dia bergabung dengan unnie dan yang lain" jelas Dahyun panjang lebar.
"Sebenarnya apa yang terjadi" batinku.
"Dia tidak bergabung dengan kami. Karena itu aku mencarinya kesini"
"Mungkin saja Lalisa dengan Jennie unnie. Sebelum Lalisa naik panggung. Lalisa masih sempat bertukar pesan dengan Jennie unnie"
"Jennie?" Aku mengkerutkan dahiku
"Jennie bahkan datang terlambat" lanjutku
"Omo" Aku melihat dahyun kaget mendengar perkataanku.
"Aku kira Jennie unnie datang, dia sudah berjanji pada Lalisa"
"Ya sudah. Kabari unnie jika kau bertemu dengannya ne"
aku memutuskan untuk kembali setelah tidak menemukan Lalisa. Pasti ada sesuatu yang terjadi dengannya.
Normal Pov
Jisoo dan sahabatnya memutuskan untuk berkumpul di ruang seni.
Setelah kejadian tadi, Jisoo langsung kembali dan mengabari kepada sahabatnya jika Lalisa menghilang.
Sampai matahari akan tenggelam tidak ada satupun yang menemukan keberadaan Lalisa. Bahkan Irene sampai datang ke rumah Lalisa untuk memastikan sendiri apakah Lilinya itu berada dirumah atau tidak. Dan hasilnya pun nihil Irene tidak menemukan Lalisa dirumahnya.
Jennie tidak berhenti mondar mandir sambil menggigiti kukunya. Sudah berkali kali dia mencoba menghubungi Lalisa, tapi tidak ada jawaban. Bahkan Jennie mengirimkan banyak pesan tapi tetap saja hasilnya nihil.
"Lili pasti ada disekitar sini. Mobilnya saja masih ada diparkiran" Wendy
"Yeri pikir begitu. Tapi kita sudah mencarinya di seluruh sudut sekolah dan hasilnya nihil" Yeri
"Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya" Irene mengusap kasar wajahnya.
"Kalian tenanglah, Lili pasti baik baik saja" Seulgi
"Kau bilang tenang?" Bentak Irene pada Seulgi.
Irene sudah jengah melihat kelakuan Seulgi. Saat semua khawatir mencari Lalisa. Hanya Seulgi yang terlihat santai dan asik bermain game di handphonenya tanpa mempedulikan kepanikan yang lain.
"Wae? Kenapa kau marah?" Bentak balik Seulgi. Ia tidak terima saat Irene membentaknya.
Irene menarik nafas panjang. Emosinya sudah memuncak. Di ambilnya hp Seulgi dan dibantingnya menjadi keping keping ke dinding. Semua yang berada di ruangan terkejut terlebih Sulgi.
"Unnie, tenanglah!" Rose yang mengerti keadaan semakin kacau berusaha menenangkan Irene.
Keadaan semakin panas saat Seulgi pergi begitu saja meninggalkan ruangan.
Seulgi POV
"Bisa bisanya dia membanting handphone milikku?" Aku mangacak ngacak rambut frustasi.
Kupercepat langkah kakiku manaiki tangga menuju rooftop dan membuka sebuah ruangan bertuliskan 'awas tegangan tinggi'.
"Brakk" suara pintu yang kubanting dengan kasar
"Bisa kalem tidak?" Aku segera mencari sumber suara. Dan kutemukan seorang yeoja duduk di sofa menopang dagu dengan lututnya.
"Diam! Aku sedang tidak ingin bicara" aku mendudukkan diriku di sebelahnya.
"Ya sudah. Lili diam saja" Lalisa memeluk lututnya dan memejamkan matanya.
"Kau kenapa ada disini?" Aku melakukan hal yang sama dengannya. Memeluk lututku dan memejamkan mataku.
"Lili hanya ingin sendiri. Tapi jika unnie ingin menemani juga tak apa"
Kami menghelas nafas panjang bersamaan.
Dari awal aku sudah tau dimana bocah nakal satu ini berada. Aku memang berniat tidak memberitahu yang lain. Aku ingin memberikan privasi pada Lalisa. Jika dia sedang dalam masalah atau sedih dia akan menjauh dari keramaian. Dan tempat ini adalah satu satunya tempat yang menjadi pelariannya.
Saat Lalisa dalam kondisi dan mood yang buruk dia akan berdiam diri seharian disini sampai kondisi dan moodnya membaik. Lalisa tidak ingin menyakiti orang disekitarnya karena mood buruknya, jadi dia akan menyegel dirinya sendiri disini.
"Semua orang mencarimu karena kau tidak kunjung kembali" suaraku memecah keheningan diantara kami.
"Mianhae, Lili merepotkan unnie dan yang lain"
"Suasana semakin tidak kondusif saat kau tidak kunjung ditemukan. Termasuk Jennie" aku melihat Lalisa dengan tergesa mengambil handphone dari kantongnya. Saat layar dihidupkan sudah banyak notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab.
"Lili lupa kalau handphone Lili masih dalam mode hening" Lalisa mulai menscroll satu persatu notikasi pesan yang penuh dengan nama Jennie.
Aku terheran saat melihat banyaknya pesan Jennie yang belum terbaca.
"Apa Nini tidak mengabarimu bahwa dia tidak bisa datang lebih awal ke festival" Lalisa menggeleng gelengkan kepalanya.
Berarti Lalisa belum membaca semua pesan Jennie. Jika Lalisa marah hanya karena Jennie tidak bisa datang melihat penampilannya itu sedikit tidak masuk akal. Karena yang aku tau Lalisa bukan seseorang yang mudah sensitif.
"Li"
"Hmm"
"Apa kau merasa kecewa dengan ketidak hadiran jennie?"
"Sedikit"
"Lalu kenapa kau ada di sini?" Lalisa tida menjawab pertanyaanku. Dia semakin sibuk dengan ponselnya. Membuka galeri dan menunjukkan sebuah foto padaku.
"Dari mana Lili mendapatkannya?" Mataku terbelalak saat melihat layar handphone Lalisa. Lalisa menunjukkan padaku foto di ponselnya. Yang mana foto itu adalah swafoto Jennie dan Kai. Aku ingat dari pakaian yang mereka kenakan di foto sama dengan pakaian yang mereka kenakan tadi.
"Tzuyu yang mengirimnya. Kata Tzuyu dia mendapatkannya dari temannya" jawab lesu Lalisa.
Aku meraskan jika ini akan semakin rumit. Yang aku tau Jennie tidak pernah berkata bohong. Tapi dari foto itu jelas itu bukan editan. Berarti Jennie tidak menemani eomma-nya, tapi menemani Kai. Apa yang sedang Jennie sembunyikan?
"Unnie, Lili tidak tau apa yang sekarang Lili rasakan. Tapi Lili merasakan ini begitu sakit dan sesak" Lalisa menunjukkan dadanya
"Lili juga tidak tau ini semakin sakit jika Lili mengingat Jennie unnie" aku mengelus bahunya. Aku tau dia sedang merasa tidak baik baik saja saat ini.
"Apa Lili tidak suka saat melihat Nini dengan orang lain?"
"Ani. Lili hanya tidak suka saat melihat Jennie unnie dengan namja itu saja"
"Kenapa?"
"Tidak tau. Lili kemarin tidak sangaja mendengar Kai berkata 'secepatnya kau akan menjadi milikku' kata kata itu seakan terus terngiang di telinga Lili" dan akhirnya bocah ini merasakan cemburu untuk pertama kalinya.
"Apa unnie punya solusi? Lili hampir gila memikirkannya" Lalisa menjatuhkan tubuhnya ke sandaran sofa.
"Jadikan dia milik Lili"
"Apa harus?"
"Sangat. Lakukan secepatnya sebelum terlambat"
"Akan Lili pertimbangkan. Eoh, bahkan Lili saja tidak tau apa yang sedang Lili dan unnie bicarakan" kami tertawa bersamaan.
Awalnya aku ingin mengatakan arti dari semua yang dia rasakan saat ini. Kecemburuan itulah yang dia rasakan saat ini. Tapi aku tidak ingin mengatakannya secepat itu. Karena benar tebakanku bahwa dia masih terlalu polos untuk mengetahui semuanya.
Tidak terasa sudah berjam jam kami mengobrol banyak hal. Lebih tepatnya Lalisa yang bercerita dan aku hanya mendengarkan. Di kondisi seperti ini aku hanya bisa menjadi pendengar baik untuknya. Aku tahu dia butuh tempat untuk mengungkapkan semua isi hatinya.
"Unnie, Lili akan disini lebih lama lagi. Jika unnie ingin kembali. Kembalilah terlebih dahulu dan katakan pada Irene unnie, Jisoo unnie, Wendy unnie, Joy unnie, Yeri, Rose dan Nini kalau Lili baik baik saja" Lalisa mengembangkan senyum terbaiknya.
"Ya sudah kalau itu mau Lili. Unnie tidak akan memaksa jika Lili tidak ingin" aku tau dia pasti butuh waktu untuk memikirkan apa yang kita bicarakan tadi
"Tapi jangan terlalu lama. Lili juga belum makan sejak pagi tadi" aku mengacak poninya asal dan berlali secepat mungkin.
"Yak unnie, poni Lili" teriak Lalisa menggema memenuhi ruangan.
.
Hari semakin larut. Festival sudah selesai dan siswa siswi sudah meninggalkan sekolah kecuali Jisoo dan Jennie. Sejak tadi Jisoo membujuk Jennie untuk pulang bersamanya tapi Jennie menolak. Dia ingin tetap tinggal disekolah menunggu si pemilik mobil kuning di sebelahnya menampakkan dirinya.
"Jen, kau harus memberi Lili ruang seperti yang Seulgi katakan. Besok cobalah bicara dan jelaskan semuanya" Jisoo menggenggam lembut jari jemari Jennie.
Jennie tambah terisak saat mengingat cerita Seulgi. Setelah Seulgi mengobrol cukup lama dengan Lalisa. Seulgi memutuskan kembali dan menceritakan yang terjadi kepada Lalisa pada sahabat sahabatnya. Termasuk foto yang Lalisa tunjukkan padanya.
Semua terlihat terkejut mendengar cerita Seulgi dan langsung meminta penjelasan kepada Jennie. Jennie akhirnya menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi.
Jennie terpaksa berbohong kepada semua sahabatnya termasuk Lalisa jika dia harus menemani eommanya. Sebenarnya Jennie pergi menemani Kai berkeliling kota kelahirannya karena eommanya yang menyuruh. Jennie tidak mengatakan kebenarannya karena ia tidak ingin mengecewakan Lalisa terlepas kejadian kemarin.
Dan swafoto itu, Kai yang memaksa Jennie untuk mengambil swafoto bersamanya. Kai beralasan bahwa itu hanya sebagai bukti untuk dikirimkan pada eommanya. Tapi ternyata swafoto itu Kai unggah kemedia sosialnya.
"Eoh Jennie, kenapa belum pulang?" Suara Kai mengalihkan perhatian Jisoo dan Jennie.
"Kenapa matamu sembab? Apa kau baru saja menangis?" Kai memberanikan diri mendekat pada Jennie dan mengarahkan tangannya pada wajah Jennie yang sedang menunduk.
"Pergilah!" Parau Jennie menepis tangan Kai kasar.
"Aku akan mengantarkanmu pulang"
"Tidak usah" tolak Jennie
"Jennie pulang bersamaku" Lalisa tiba tiba muncul dari belakang Jennie, merangkul bahu Jennie.
Lalisa memberikan tatapan tajam pada Kai. Air mata jennie turun semakin deras saat mendongak dan melihat wajah yang dirindukannya.
"Pulanglah! Jennie akan pulang bersamaku!" Tegas Lalisa membawa Jennie masuk ke dalam mobilnya dan berlalu begitu saja.
Jisoo hanya terpaku melihat drama didepan matanya.
"Siapa dia?" Tanya Kai pada Jisoo.
"Lalisa Manoban" setelah menjawab pertanyaan Kai Jisoo memasuki mobilnya dan melajukan mobilnya meninggalkan area sekolah.
Lalisa melajukan mobilnya dengan kecepatan normal. Jennie terus saja menatap wajah Lalisa tanpa berkedip sama sekali. Ingin rasanya ia meminta maaf dan menceritakan semua kebenarannya. Namun mulutnya seakan bungkam dan tidak sanggup mengucap barang satu katapun.
"Nini tunggu disini sebentar ne" tanpa Jennie sadari mobil yang Lalisa kendarai sudah terparkir di halaman kedai es krim langganan Lalisa. Tidak lama kemudian Lalisa kembali membawa 2 es krim di tangan kanan dan kirinya.
"Yang coklat untuk Lili dan yang vanilla untuk Nini" senyum manis Lalisa mengembang membuat Jennie kehilangan sadarnya. Bagaimana bisa dia membohongi seorang setulus dan sebaik Lalisa.
"Kalau Nini tidak mau, Lili akan makan semua" Jennie mencengram lengan Lalisa kuat. Tiba tiba saja matanya mengalirkan air dengan derasnya.
"Mianhae, hiks... hiks..." Jennie disela isak tangisnya
"Uljima" Lalisa memindahkan semua eskrimnya di tangan kanannya. Dan membawa tangan kirinya menghapus air mata Jennie yang membasahi pipi mandunya.
"Mianhae" Jennie semakin terisak dalam tangisnya.
"Nini, hei. Uljima" Lalisa membawa Jennie kedalam dekapannya. Mengelus punggung Jennie lembut. Membiarkan Jennie menangis lama dalam pelukannya.
Sekitar 10 menit Jennie sudah berhenti menangis. Es krim yang Lalisa beli sudah ia buang karena mencair.
"Lili, Nini mau pangku ya" Jennie menampilkan aegyo-nya pada Lalisa
"Tidak bisa Nini. Lili berkendara"
"Yasudah kalau tidak mau" Jennie membuang mukanya.
"Kenapa jadi menggemaskan seperti ini setelah menangis" batin Lalisa melihat Jennie bersedekap menghadap luar jendela.
"Ya sudah sini" Lalisa memposisikan kursinya agar nyaman untuk Jennie.
Tidak perlu waktu lama Jennie sudah duduk di pangkuan Lalisa ala bridal style dengan menopangkan kedua kakinya di kursi sebelahnya dan menjatuhkan kepalanya di dada Lalisa tangannya ia biarkan lingkarkan pada pinggang Lalisa.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Jennie hanya diam saja mendengarkan detak jantung Lalisa. Mungkin kedepannya ini akan menjadi irama favoritnya. Lalisa? Dia sedang fokus mengendarai mobilnya dengan sedikit kesusahan
"Lili, mianhae. Nini sudah membohongi Lili" Jennie mendongakkan kepalanya menatap si pemilik rahang tegas itu.
"Hust, tidak perlu meminta maaf. Nini tidak bersalah" jawab Lalisa. Fokusnya masih menatap jalan didepannya.
"Lili, mianhae" ulang Jennie
"Apa ini hobi baru Nini?"
"Hobi baru?"
"Iya, hobi baru Nini, Meminta maaf terus menerus" Lalisa menekan nekan pipi gembul Jennie dengan jari telunjuknya.
"Aishh, Lili" rengek Jennie membuat Lalisa terkekeh.
"Nini serius, mia-" belum selesai jennie mengucapkan kalimatnya Lalisa meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Jennie.
"Husstt. Nini tidak melakukan kesalah apapun. Jadi berhenti mengatakan itu. Lili tidak suka" Lalisa memberikan tatapan lembut pada Jennie. Kebetulan ia sedang terjebak lampu merah.
"Kalau begitu Nini tidak akan mengataknanya lagi. Dan Nini akan meralatnya" Lalisa mengernyitkan dahinya bingung.
"Saranghae"
"Mwo?" Pipi Lalisa perlahan merona.
"Apa Lili suka mendengarnya? Bukankah ini lebih baik?"
"I i iya" gugup Lalisa mengalihkan perhatiannya pada jalanan didepannya. Untung saja lampu sudah berubah menjadi hijau.
Jennie tertawa hening saat melihat Lilinya salah tingkah. Apa lagi pipinya yang memerah dan detak jantungnya yang terdengar sangat kacau dan lebih kencang dari sebelumnya. Jennie memejamkan matanya lebih erat dan merasakan detak jantung Lalisa yang berdetak tidak normal
~ to be continued