webnovel

Awal Mula

"Onad dimana?" Tanya Sindi setelah sampai di Cafe Makcik.

"Gak ada hal lain yang lo tanya selain manusia kutub?" Ujar Dona setelah menyeruput Machiato miliknya.

"Onad kan cowok gue"

Dona menoyor kepala Sindi, "Mimpi lo suka kelewat bates"

Mail menoyor kepala Dona, "Jangan asal noyor pala orang"

"Lah orangnya aja b aja kok lo yang sewot?" Dona mengelus kepalanya yang memanas.

"Gak suka aja gue liat cewek dikasarin" Jawab Mail seraya mendaratkan bokongnya pada kursi sebelah Sindi.

"Ekhemm" Dona berdehem, "Saya mencium aroma-aroma..."

"Musyrik lo percaya hal ghoib!" Mail menggeplak kepala Dona, "Onad kemana?"

"Tadi sih gue liat dia Skate sama Andre" Aldi menjawab dengan memakan gorengan.

"Latihan Skate cuma 20menit sisanya ribut sama Ardi paling" Ujar Mail dan diangguki yang lain, "Lo mau gua anterin balik gimana? Gak ada Onad dimarih" Sambungnya sama Sindi.

"Balik aja deh" Jawab Sindi seraya bangkit dari duduknya, "Duluan guys"

Mail mengambil Machiato milik Dona lalu bergegas menyusul Sindi, "Entar gue balik lagi bro!"

"Icee gue tai!!!" Teriak Dona yang hanya dijawab deheman oleh Mail, "Bangke emng tu anak"

***

"Bunga?"

Bunga menegok ke arah pintu kamarnya sebentar lalu kembali menatap layar Handphone.

"Lo kenapa?" Tanya Feri atau kakaknya Bunga.

Bunga mengubah posisi tidurnya menjadi telentang, "Pikir aja sendiri"

Feri menghampiri Bunga, "Lo udah makan?"

"Udah"

Feri mengambil Smartphone Bunga, "Liat apa sih serius amat"

"Sini kak" Bunga berusaha mengambil Smartphonenya.

Feri mengembalikannya, "Gue mandi dulu"

"Yauda"

Feri mengecup kening Bunga, "Princess sudah besar"

"Kakak!!" Bunga melempar boneka panda ke wajah kakaknya, sedangkan ia pun masuk ke dalam kamarnya yang berada tepat sebelah kanan kamar Bunga.

Bunga terbangun lalu duduk kursi didepan meja rias,

"Cantik" Ujarnya pada pantulan cermin.

Bunga merapihkan rambutnya dan berjalan ke arah luar komplek, "Gue beli nasgor dulu"

"Entar ajaa gue anterin" Jawab Feri dari balik pintu kamarnya.

"Keburu mati kelaparan nunggu lo mah"

"Udah malem tar lo di begal"

"Baru jam 7 malem kak. Lagian gue jalan mana mungkin di begal. Bodo ah gue beli sendiri aja"

"Kalo ada apa-apa langsung nelfon gue!!"

Bunga melangkah keluar rumah mengabaikan ucapan Kakaknya.

Langkah kakinya terhenti saat ia melihat kericuhan dekat rumahnya.

Ada 5 orang lelaki sedang adu jotos.

Matanya menyipit untuk lebih jelas melihat, "diaa kan.."

Ya, dia lelaki yang tadi sore menabraknya. Bunga yakin dia pasti lelaki itu.

Lelaki itu juga yang ia temui di Cafe yang sukses mempermalukan dirinya.

"Lelaki gak punya hati!! Gak sopan santun" Ucapannya entah pada siapa.

Aku pun menghajar Egar dan ketiga temannya. Niatku untuk pergi ke basecamp terhalang saat Egar menghalangi jalanku.

"Bangun lo cupu!" Aku menginjak perut Egar, "Cupuu"

Egar bangkit lalu melangkah ke arah motornya, "Itu hari keberuntungan lo Nad" Ujarnya lalu pergi.

Aku pun terkekeh lalu menendang kerikil ke sembarah arah, "Cupuuuu!"

Wajahku berubah datar setelah melihat seorang wanita di seberang jalan memperhatikanku.

Bunga yang menyadari itupun segera melihat ke arah lain.

Jantungku berdetak tak beraturan setelah melihat wanita itu.

"Tuhan tolong akuu" Ujarku saat melihat Bunga

"Lo setan?"

"Hah?" Bunga membelalakan matanya, "Mana setan?"

"Lo" Aku menunjuk wajah Bunga.

"Mana ada setan secantik gue"

"Lo ngikutin gue"

Bunga terkekeh, "Buat apa gue ngikutin lo?"

"Lo selalu ada ditempat gue pergi. Lo mata-mata?"

Bunga semakin tidak mengerti dengan jalan pikiranku.

"Manusia berhati balok" Ujar Bunga pelan.

"Siapa?"

"Lo denger?"

"Fungsi telinga buat apa?"

"Buat denger lah apalagi"

"Yaudah gue denger"

Bunga memutar bola matanya, "Awas" Ujarnya lalu melangkah jauh. Cacing diperutnya sudah kelaparan.

"Superman jalanan"

Bunga menghentikan langkahnya lalu berbalik badan, "Lo bilang apa?"

Aku membuang muka lalu berjalan ke arah motorku dan bergegas pulang.

"Aneh" Bunga menggelengkan kepalanya sambil memperhatikan punggungku semakin menjauh.

"Wanjerrr capek bet" Aku membantingkan tubuhku ke kasur setelah sampai kamar.

Aku memejamkan mata dengan tangan yang ku renggangkan, "Gue yakin tuh cewek pasti mata-mata"

"Dihh, kenapa juga kepikiran cewe itu" Aku membuka mataku kembali.

Sosok wanita yang ku temui beberapa hari lalu tiba-tiba muncul saat ku memejamkan mata.

Mungkin karena itu pertama kali aku berbicara sebanyak itu dengan wanita selain Bunda dan Kakakku.

"Pfft. Kenapa harus gua pikirin. Nadd, lo gak boleh berhubungan sama yang namanya cewek. Walaupun dia beda sekalipun"

Allahu akbar maha besar memuja mu begitu indahh....

Brotherrr gue call

"Hallo Onad?"

"Iya, ada apa?"

"Kamu malam ini tidur dirumah yaa, maaf kemarin ayah bicara seperti itu karena emosi"

"Iyaa yah. Sante"

"Apaa? Kamu mau sate? Minta beliin sama pak bambang ayah sama bunda pulang minggu depan"

"Santai ayah. Bukan sate"

"Oh, kirain sate. Kamu mau oleh-oleh apa?"

"Gak ada"

"Yakin?"

"Yup"

"Yaudah ayah lagi sibuk ni. Nanti ayah kabarin lagi kamu jangan nakal"

"Sip"

Tut tut tut

"Udah tau sibuk ngapain nelfon? Aneh"

Aku menutup mataku kembali, rasa lelah tak bisa ku tahan hingga mataku tertutup sempurna.

***

"Beluman?"

Bunga mendongakan wajahnya, sambil melihat seorang yang duduk disebelahnya.

"Belom"

"Lagian beli disini. Disana aja yang sepi" Ujar kakaknya.

"Kata orang yang rame itu yang enak"

"Bisa aja dia pake penglaris"

"Husss" Bunga menggeplak wajah kakaknya, "Jangan asal mgomong"

"Kalo bener gimana idih? Katanya nih ya, kalo makanannya iu laris ada setannya"

"Peak!!!" Bunga menoyor kepala kakaknya, "Lo jangan asal ngomong tar penjualnya denger"

"Gak takut gue"

"Nih neng" Bunga tersenyum ke arah penjual nasi goreng sambil mengambil pesenannya.

"Bentar" Feri merebut kantong kresek itu, "Saya mencium aroma-aroma..."

Takkk!!!

Bunga menggeplak lagi kepala kakaknya dengan topi yang dipakai.

"Maaf pak dia agak stress" Ujar Bunga sambil tersenyum lalu menarik kakaknya keluar dari tempat itu.

"Lo jangan malu-maluin"

Feri mengelus kepalanya, "Sakit bodo!"

"Rasain"

Feri naik ke atas motornya, "Naek udah malem nih"

Bunga mengangguk lalu naik ke jok motor Vespa milik kakaknya.

***

"Lo udah makan?" Tanya Mail sambil mencairkan suasana.

"Apa?" Sindi menaruh bahunya dideket Mail supaya mendengar perkataannya.

"Udah il" Sindi mengeratkan pelukan tangannya, memeluk Mail seperti ini membuat hatinya terasa damai.

Mail terkekeh, "Jangan bohong sin. Lo daritadi kan sama gue. Kapan makannya coba?"

Ah sial Sindi lupa kalau Mail orang yang tidak pelupa dan sangat peka situasi.

"Deket sama lo gini buat gue kenyang" Jawab Sindi jujur.

"Tapi percuma kalo hati lo masih gak bisa nerima gue Sin"

"Kita keliling Kota aja yaa, lo bisa kan nemenin gue?"

Mail mengangguk, "You are my priority. Kemana lo pergi gue mau berusaha temenin"

"Thanks"

***

"Onadd!!"

"Tasya!!"

"Tolong Tasya Nad!"

Brukkkkk!!

Aku terjatuh. Sakit. Sangat sakit. Gelap. Dan aku keingat itu lagi.

"Ahh syal, gue mimpi itu lagi" Aku sambil menggaruk kepalaku.

Tasya dia adalah saudara kembar Dona.Tetapi sekarang dia sudah tiada. Aku tak mengingat kejadian pastinya.

"Masih jam 6? Mager banget mandi jam segini. Aerr nya dingin"

WhatsApp

Andre

Nad skate lo

Masih sama gue nih

22:55

Entar gue ambil

06.30

Aku kembali menaruh handphone diatas meja lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.

***

"Kakakk!!" Teriak Bunga setelah menunggu 30 menit kakaknya.

"Lo duluan aja" Jawab Feri yang masih tiduran di sofa.

"Lo bener-bener ya" Bunga masuk kedalam rumah, menjewer telinga kakaknya, "Kalo gak mau nganter itu bilang kek dari tadi gue ga nungguin"

"Argh" Feri memegang telinganya yang memanas, "Sakit woi!"

"Terus ini gue mau gimana sekolahnya?"

"Pesen grab"

Bunga menghentakkan kakinya lalu keluar rumah dan mengetik lihai Smartphonenya dan memesan grab.

"Argh" Bunga menaruh handphone nya ke saku rok. Dia kesal karena applikasi grabnya sedang error.

Hari yang sial menurutnya. Ketiga sahabatnya bertempat tinggal yang jauh dengan dia, jadi ga mungkin kalau minta bareng.

Dengan sangat terpaksa, Bunga harus berjalan kaki ke sekolahnya hari ini. Lokasi rumahnya tidak ada transportasi umum. Ada, tapi harus berjalan kaki ke jalan besar ya lumayan jauh. Lebih baik jalan kaki ke sekolah menurutnya. Hemat ongkos juga.

Próximo capítulo