webnovel

Berpisah

"Ya sudah sana! nanti kamu juga harus mengontrolkan luka Najma ke rumah sakit kan?" Abi Ahfaz segera menyuruh Alif untuk kembali ke kamarnya karena sudah saatnya Najma makan siang dan juga meminum obatnya.

"Iya Bi, nanti setelah makan siang Alif akan mengantar Najma ke dokter untuk kontrol. Semoga saja keadaannya sudah membaik." Abi Ahfaz tersenyum melihat putranya begitu perhatian kepada Najma, begitu juga dengan Abi Kaif.

"Alif, kamu tidak perlu repot-repot mengantar Najma ke rumah sakit! Abi akan membawanya pulang ke Malang hari ini. Kami mau merawat Najma di Malang. Sebentar lagi Ramadhan dan saatnya Najma dan Aghnia kembali ke rumah selama Ramadhan sampai Idul Fitri.

"Kami akan mengantarkan Najma dan Aghnia setelah idul fitri seperti tahun-tahun sebelumnya." Abi Kaif menatap Alif dan Abi Ahfaz secara bergantian. Abi Ahfaz menganggukkan kepalanya, memang setiap tahunnya Aghnia dan Najma akan selalu kembali ke rumah mereka saat Ramadhan dan Idul Fitri.

"Tapi Abi, kenapa Najma juga kembali? dia kan calon istriku?" Alif merasa tidak terima dengan keputusan Abi Kaif. Abi Ahfaz dan Abi Kaif tersenyum melihat Alif protes. "Alif, kalian belum menikah, jadi, Najma masih hak kami. Kamu boleh datang ke Malang nanti, tetapi memang setiap tahun Najma da Aghnia akan kembali ke rumah kami." Alif menatap Abinya meminta pembelaan tetapi Abi Ahfaz hanya menggelengkan kepalanya.

"Ya sudah, kalau begitu aku akan menyuapi Najma dulu dan memberinya obat." Alif merasa sangat kesal kepada Abi Kaif dan Abinya. Kenapa mereka tidak membiarkan Najma tinggal disini selama Ramadhan. Alif segera mengambilkan makan siang untuk Najma yang saat Alif masuk, Najma sedang mengerjakan sholat.

Alif kemudian menunggu Najma selesai sholat dan kemudian mendekati Najma yang telah selesai. "Najma, kamu sholat dhuha lagi?" Najma menggelengkan kepalanya. "Najma hanya mengqodho sholat Najma yang Najma rasa dulu masih kurang sempurna, Gus." Senyum Najma membuat hati Alif mau meloncat keluar.

"Najma, aku sangat bahagia melihatmu seperti ini." Alif tersenyum kepada calon istrinya. Sementara Najma seperti biasa, dia hanya akan mengangguk dan menundukkan wajahnya.

"Najma, makanlah dulu, setelah ini kita sholat dhuhur berjama'ah..." Alif kemudian mulai menyuapi Najma, setelah makanannya habis, Alif memberikan minum kepada Najma lalu mengambilkan buah pisang untuk membantu Najma meminum obatnya.

"Najma, nanti kamu akan di bawa pulang oleh Abi dan Umimu, apakah kamu tega meninggalkan aku disini?" Najma tersenyum mendengar kata-kata Kaif. "Loh, memangnya kenapa, Gus? setiap tahun Najma dan Aghnia selalu pulang ke rumah kami, lalu kami akan kembali setelah Idul Fitri." Alif menatap mata Najma dalam. Gadis kecil di hadapannya itu kemudian menundukkan wajahnya.

"Najma, tetapi kamu calon istriku! aku mau kamu menemaniku menjalankan ibadah Ramadhan tahun ini." Najma kembali tersenyum. Alif sangat senang melihat senyum Najma itu. Alif mengartikan kalau Najma juga ingin berada di sisinya. "Maaf, Gus. Tetapi Najma merasa kalau kita akan lebih baik berpisah untuk sementara waktu. Kita belum menikah. Jadi, Najma merasa kalau Najma akan lebih khusuk menjalankan ibadah di bulan Ramadhan di Malang bersama Abi, Umi juga Kak Aghnia." Alif tersentak mendengar jawaban Najma.

"Najma, apakah kamu tidak suka berada dekat denganku?" Najma mengangkat wajahnya, dia merasa Alif salah mengerti dengan perkataannya. "Bukan seperti itu, Gus. Tetapi Najma juga mau mengabdi kepada Abi dan Umi sebelum Najma benar-benar menjadi istri dan menjadi hak Gus Alif." Alif akhirnya menyetujui apa yang Najma inginkan.

"Ya sudah! sekarang kita sholat, sebentar lagi Abi akan membawamu pulang." Alif kemudian menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Mereka sholat berjama'ah dan mengaji sebentar setelahnya.

"Najma, saat di rumah nanti, kamu harus tetap membaca Al-Qur'anmu. Setiap menjelang sahur aku akan meneleponmu nanti. Sekarang aku berpikir memang sebaiknya kamu bersama kedua orangtuamu. Aku akan sangat banyak kegiatan. Aku juga harus ke Kudus dan ke Bandung." Najma tersenyum dan mengangguk. Beberapa saat kemudian, Aghnia memasuki kamar Najma.

"Assalamu'alaikum... Gus Alif, aku mau membantu Najma berkemas..." Alif hanya menganggukkan kepalanya dan keluar meninggalkan Najma dan Ahgnia. Dia akan menemui Abi Kaif dan juga Abi dan Uminya.

"Wa'alaikum salam, Kakak... Aku tidak akan membawa apapun, pakaianku di rumah masih banyak. Aku tidak membutuhkannya jadi biarkan semuanya disini." Aghnia mendekati Najma. Dia menatap adiknya dengan tatapan tidak suka.

"Najma, bagaimana mungkin kamu tidak mendengarkan kata-kata Kakak? Kita seharusnya bertukar tempat! aku Kakakmu, kalau aku tetap bersama Gus Fawwas dan kamu bersama dengan Gus Alif, bagaimana status kita? Apakah aku akan menjadi adikmu?" Najma menggelengkan kepalanya. Dia sangat bingung dengan semua ini. Untung saja Umi segera tiba.

"Aghnia, Najma sudah menjadi calon istri Alif, dan itu tidak akan berubah. Sekarang, bantu kemasi obat milik adikmu. Abi sudah menunggu kita di depan. Biar Alif yang membawa Najma ke mobil." Aghnia menghentakkan kakinya. Dia merasa Abi dan Uminya lebih menyayangi Najma ketimbang dirinya. Aghnia tidak berani membantah tetapi dia benar-benar merasa kesal kepada adiknya yang menurutnya lebih di sayangi oleh Abi dan Uminya.

Aghnia dan Umi Ashila sudah keluar dari kamar Najma, kini Alif yang memasuki kamar Najma dan segera menggendong Najma keluar dari kamarnya menuju ke mobi Abi Kaif yang sudah menunggunya. "Najma, aku akan sangat merindukanmu. Kamu jaga diri baik-baikya! pastikan ponselmu aktif! kalau tidak Aku akan mengganggu Abimu setiap tengah malam. Aku akan menanyakan keadaanmu kepada Abi." Najma mengangguk dan tersenyum.

Setibanya di dalam mobil, Alif meletakkan Najma di kursi depan di samping Abi Kaif, entah kenapa Alif merasa Najma akan aman jika tidak berdekatan dengan Aghnia. Alif sepertinya bisa merasakan kalau Aghnia tidak begitu menyukai hubungannya dengan Najma.

"Abi, Umi, hati-hati! aku menitipkan Najma kepada kalian berdua. Aku belum tahu akan berkunjung kapan. Nanti kalau Alif akan datang, Alif akan mengabari kalian!" Abi Kaif dan Umi Ashila tersenyum. Begitu juga dengan Abi Ahfaz dan Umi Azka, mereka juga sebenarnya sangat kasihan kepada Alif yang baru bertemu dengan Najma tetapi harus kembali berpisah.

"Kamu tenang saja, Alif! kami akan menjaga Najma dengan baik. Kami juga akan mengembalikannya nanti setelah Idul Fitri nanti. Kami pamit, Assalamu'alaikum..." Abi Kaif dan Umi Ashila juga Najma dan Aghnia segera meninggalkan halaman pesantrean Al-Buruj milik Abi Ahfaz.

"Wa'alaikum salam..." Alif, Abi Ahfaz dan juga Umi Azka membalas lambaian tangan mereka. Setelah mobil Abi Kaif tidak terlihat lagi, mereka mengajak Alif segera memasuki rumah dan meminta Alif untuk menjemput Fawwaz di pesantren milik kakeknya di kediri.

Próximo capítulo