Setelah beberapa jam di perjalanan, Adi pun akhirnya tiba di Indonesia. Tempat pertama yang dikunjunginya adalah Bali. Baru beberapa saat berada di Bali, Adi sudah dibuat kagum dengan pesona pulau Bali. Dia menghadiri beberapa pagelaran seni budaya yang ada disana seperti Tari Bali, Kecak, berbagai macam upacara adat dan masih banyak lagi kesenian serta adat budaya disana yang semakin membuat Adi kagum dengan Indonesia. Belum lagi keindahan alam yang ada di Bali serasa membuat Adi tidak ingin cepat-cepat beranjak pergi dari sana. Dia juga tidak lupa untuk menemui kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat serta pemangku adat setempat untuk keperluan penilitiannya.
Setelah beberapa hari tinggal di Bali, Adi merasa sangat beruntung, karena bisa mengunjungi tempat seindah itu. Semua hal-hal mengagumkan yang ada disana membuatnya semakin berat untuk meninggalkan Bali.
Selesai dari Bali, Adi berangkat ke Papua. Setelah tiba di sana, dia lagi-lagi dibuat kagum dengan nilai-nilai kearifan lokal yang masih sangat terjaga, seperti rumah-rumah adat disana yang dibuat dari bahan-bahan yang diambil langsung dari alam, udaranya yang masih sangat segar, serta mayoritas penduduk setempat yang masih menggunakan cara-cara tradisional dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Adi merasakan kedamaian yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Setelah menemui kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat serta kepala suku daerah setempat, Adi menyempatkan diri untuk turut serta dalam suatu upacara adat perayaan yang digelar oleh penduduk setempat. Karena ramah tamah masyarakat di sana, Adi merasa menjadi bagian dari mereka dan tidak merasa seperti orang asing.
Sebelum meninggalkan Papua, Adi menyempatkan diri mengunjungi suatu tempat yang dimana masyarakat papua menyebut tempat itu sebagai surga tanah Papua, tempat itu bernama Raja ampat. Raja ampat adalah nama sebuah daerah kepulauan di Papua yang terdiri dari gugusan pulau dengan pemandangan laut yang sangat luar biasa indahnya. Sesampainya di Raja ampat, Adi sungguh dibuat tercengang dengan pemandangan alam yang sangat indah. Wajar saja jika orang-orang menyebut tempat itu sebagai surganya tanah Papua. Seketika itu Adi teringat dengan janjinya kepada Vita bahwa jika nanti dia menemukan tempat yang sangat indah di Indonesia, dia akan mengajak Vita pergi kesana.
Selesai dari Papua, Adi melanjutkan kunjungan terakhirnya ke Yogyakarta. Dia sangat bersemangat untuk pergi ke Yogyakarta, karena dulu neneknya pernah bercerita bahwa kota tempat asal dari kakek buyutnya adalah Yogyakarta. Setibanya di Yogyakarta, Adi langsung bergegas menemui Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat yang bernama pak Prapto. Di situ dia menanyakan kepada pak Prapto, kenapa kota Yogyakarta bisa mempunyai status Daerah Istimewa.
''Di sini masyarakatnya sangat menjunjung tinggi adat dan budaya, karena bagi kami semua itu adalah warisan leluhur yang sangat berharga yang tidak akan pernah kami biarkan hilang ditelan zaman.'' Kata pak Prapto.
''Kalau boleh tahu pak, kenapa Yogyakarta ini mempunyai status sebagai Daerah istimewa? Apa yang membuat Yogyakarta menyandang status itu?.'' Tanya Adi.
''Kalau itu, nanti masnya akan tahu sendiri, mas kan baru tiba di Yogyakarta, cobalah tinggal di sini beberapa hari, nanti mas akan tahu jawaban dari pertanyaan mas.'' Jawab pak Prapto.
''ohh, iya pak, saya memang rencananya ingin tinggal disini beberapa hari sebelum pulang ke negara saya.'' Kata Adi sambil merasa kebingungan mendengar jawaban pak Prapto.
Yogyakarta adalah kota yang modern, akan tetapi adat budaya dan tradisi masih sangat kental dan dijunjung tinggi di kota ini, berbeda dengan kota-kota modern pada umumnya dimana gaya hidup masyarakatnya yang metropolitan menjauhkan mereka dari nilai-nilai kearifan lokal. Adi pun sempat berfikir apakah itu yang membuat kota ini menyandang status Daerah Istimewa.
Setelah beberapa hari tinggal di Yogyakarta, Adi terkesan dengan sikap masyarakat di kota ini yang sangat ramah dan sopan, dia sering mendapat sapaan atau minimal mendapat senyum dari seseorang yang berpapasan dengannya di jalan, padahal mereka tidak saling kenal. Hal itu sempat membuat Adi bingung, sampai dia bertemu seseorang bernama pak Sugi di sebuah warung makan dan mereka berdua pun mengobrol.
''Dari luar kota ya mas?.'' Tanya pak Sugi dengan maksud menyapa.
''Iya pak, kok bapak tahu? '' Tanya balik Adi.
''Kelihatan dari raut mukanya yang lagi kebingungan mas.'' Jawab pak Sugi sambil tertawa.
''Ahh, bapak bisa aja. Saya memang lagi bingung pak, kok sering kali saya setiap berpapasan dengan orang, orang itu menyapa saya, tersenyum kepada saya, padahal kan saya nggak kenal orang itu dan dia juga nggak mungkin kenal saya, orang saya baru pertama kali ke Yogyakarta?.'' Tanya Adi.
''Memang masnya darimana?.'' Tanya Pak Sugi.
''Saya sebenarnya bukan warga negara Indonesia pak. Saya dari Inggris.'' Jawab Adi sambil tersenyum.
''Lahh, kok wajahnya nggak kayak bule, trus kok bisa lancar bahasa Indonesianya?.'' Tanya Pak Sugi yang kaget.
''Iya pak, saya memang warga Negara Inggris, tapi saya keturunan Indonesia. Sehari-hari di rumah, saya komunikasi dengan orang tua pakai bahasa Indonesia.'' Jawab Adi.
''Oalah gitu to. Nggak usah bingung mas, orang Indonesia atau orang Jawa memang begitu, karena kita ingin memberikan rasa nyaman dan aman kepada orang yang kita jumpai lewat kebiasaan menyapa, dan kami juga percaya bahwa senyum itu adalah ibadah, nggak ada ruginya juga kan kalau kita memberikan senyuman kita ke orang lain.'' Jawab Pak Sugi sambil tersenyum.
Jawaban Pak Sugi semakin membuat Adi terkesan dengan Yogyakarta dan Indonesia. Obrolan mereka pun berlanjut, Adi bercerita panjang lebar tentang keperluannya datang ke Yogyakarta, dan Pak Sugi juga memberitahu Adi bahwa Yogyakarta sangat terkenal dengan tempat-tempat wisatanya yang indah dan juga makanan khasnya yang enak yaitu Gudeg Jogja. Pak Sugi memberi tahu Adi tempat-tempat wisata yang wajib dia kunjungi sebelum pulang ke negaranya.
Besoknya Adi bangun dengan penuh semangat untuk melanjutkan petualangannya di Yogyakarta. Mulai dari menghadiri pagelaran kesenian khas jawa, dan mengunjungi beberapa tempat wisata di Yogyakarta yang sudah dibicarakan dengan Pak Sugi ketika mengobrol di warung makan kemarin. Adi lagi-lagi dibuat kagum dengan keindahan alam serta bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Yogyakarta. Rasanya dia ingin tinggal lebih lama lagi disana sebelum pulang ke negaranya, terlebih lagi karakter masyarakatnya yang ramah dan sopan, semua itu membuat Adi mendapatkan rasa nyaman yang luar biasa, sampai-sampai dia berkhayal seandainya dia dulu dilahirkan di kota ini pasti dia akan sangat beruntung sekali.
Tiba hari dimana Adi harus pulang ke negaranya. Tak lupa, Adi menemui pak Prapto yang kemarin dia temui di kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, untuk berpamitan dan mengucapkan terimakasih.
''Saya kesini ingin berpamitan dan mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak karena sudah membantu saya dalam pengerjaan tugas akhir saya pak.'' Kata Adi.
''Iya mas, saya berharap setelah lulus nanti, ilmu yang mas punya bisa bermanfaat, dan juga suatu saat mas bisa berkunjung lagi ke kota kami yang istimewa ini.'' Kata pak Prapto.
''Iya pak, sekarang saya tahu, kota ini sangat istimewa bagi saya, bukan hanya karena tempatnya, tapi juga karena orang-orangnya.'' Kata Adi.
Adi segera bergegas menuju bandara untuk kembali ke Inggris. Sepanjang perjalanan, di dalam pesawat dia selalu melamun dan mengingat-ngingat lagi betapa mengagumkannya Negara yang baru saja dia kunjungi. Mulai dari keindahan alamnya, adat budayanya, dan juga orang-orangnya. Meskipun hanya satu bulan, semuanya itu membuat Adi tidak akan pernah bisa melupakan pengalamannya tinggal di Indonesia.
Di dalam pesawat, Adi duduk bersebelahan dengan seorang pria tua warga Negara Indonesia bernama pak Wira yang ingin pergi ke Inggris. Mereka berdua pun mengobrol, Adi menceritakan kekagumannya terhadap Indonesia dan pak Wira juga bercerita bahwa Indonesia bukan hanya Indah tapi juga punya perjalanan sejarah yang luar biasa. Dia juga bercerita bahwa ayahnya dulu adalah seorang pejuang kemerdekaan yang gugur di medan perang. Pak Wira bercerita bahwa dia selalu teringat akan kata-kata ayahnya.
''Ayah saya pernah berkata, bahwa bangsa ini bukan bangsa yang lemah, lebih baik hancur lebur daripada harus bertekuk lutut dihadapan para penjajah. Meskipun harus mati, dia rela, asalkan jangan serahkan nasib bangsa ini kepada mereka para penjajah.'' Kata pak Wira yang menirukan kata-kata ayahnya.
Mendengar pak Wira yang bercerita dengan penuh semangat, Adi hanya bisa terdiam, dan tak lama kemudian pesawat sudah tiba di London.
''Terimakasih sudah mau ngobrol panjang lebar dengan saya.'' Kata pak Wira.
''Sama-sama pak saya juga senang bisa ngobrol dengan bapak.'' Kata Adi.
''Saya harap anak muda seperti kamu bisa menjadi orang hebat yang bisa membuat sejarah luar biasa untuk negaranya.'' Kata pak Wira sambil memegang pundak Adi. Dan mereka berdua pun berpisah disana.