webnovel

Jangan Viralkan Video itu!

"Halo, cantik mau kemana kamu!" Sapanya dengan senyum menjijikkan. Tidak berapa lama muncul lagi di belakangnya, orang yang menjadi biang kerok atas kejadian di rumahku, Anton. Dia tampak tersenyum miring ke arahku.

Aku yang terhalang karena tidak bisa keluar pun memilih bersedekap sembari membuang muka.

"Mami, kasih dia kesempatan untuk bekerja lagi. Jangan pecat dia." ujar Pak sugeng kepada istrinya. Sepertinya sebelum masuk ke ruangan, dia sudah lebih dahulu menguping pembicaanku dengan istrinya. Aku melirik ke arah pria tua itu sembari mengernyit dahi.

"Heh, Sugeng! Inilah alasan kenapa kamu gagal berbisnis, karena kamu tidak becus memilih orang untuk bekerja, dia contohnya." Maki Bu Wiwin. Sepertinya dia muak dengan sikap suaminya yang memang ceroboh dalam menjalankan usaha.

"Sabar dong Mami. Kali ini tolong percaya sama Papa. Papa yang bakal menjamin kalau dia tidak macam-macam lagi." Sahut Sugeng yang masih halus menyikapi sikap kasar dari istrinya itu. Aku memandangnya dari atas sampai bawah sinis. Ada apa sampai dia begitu keukeuh mempertahankanku? Pasti ada niat terselubung.

"Lagi pula zaman sekarang sulit Mih untuk menemukan pekerja seperti dia. Selama ini dia tidak pernah melakukan sesuatu yang merugikan, bukan?"

"Kamu kenapa sih sugeng? Kenapa kamu begitu membela dia? Apa jangan-jangan kamu ada main dengan dia, iya?" tandas Bu Wiwin membuat suaminya gelagapan. Sorot matanya tajam menusuk siapapun yang melihatnya. Agaknya Pak Sugeng sudah hafal dengan tabiat istrinya itu. terlihat dia tersenyum sebelum berkata.

"Bukan seperti itu Mih. Mami ingat enggak pekerja sebelumnya? Penampilannya kurang oke Mi. Jorok lagi. Para member gym kita juga banyak yang komplain dengan sikapnya yang kurang menyenangkan saat melayani. Terlebih, dia juga sengkongkol dengan perampok untuk menjarah alat-alat tempat fitness kita. Mami ingat enggak?" Pak Sugeng mengorek kejadian masa lalu. Bu Wiwin yang semula emosi pun mulai meredam.

"Terus."

Terlihat aki-aki itu mulai bersemangat, "Mami ngerasa enggak kalau tempat fitness kita mengalami peningkatan pesan setahun belakangan ini semenjak kehadiran Dina? semakin banyak orang mau mendaftar untuk menjadi anggota gym. Secara tidak langsung, Dina adalah daya tarik. Selain membuat para member betah pun juga anggota baru mulai berdatangan.

Bu Wiwin tampak berfikir sejenak. Rona wajah Pak Sugeng kegirangan melihat mimik muka istrinya. Sepertinya dia tahu bagaimana cara mengalahkan ego istrinya. Yaitu dengan membuat perincian tentang untung ruginya. Pebisnis seperti beliau pasti menginginkan keuntungan yang maksimal.

"Bagaimana Mih?" tanya Pak Sugeng.

"Terserah kamu sajalah." Sahut Bu Wiwin yang menggantung. Seakan melimpahkan keputusannya kepada si bangsat itu. "Tempat Gym kuserahkan padamu Sugeng. Awas saja kalau sampai omset menurun. Sekarang keluar kalian dari ruangan saya. Saya masih banyak kerjaan." Cetusnya sembari duduk dan kembali berkutat di depan laptopnya.

"Siap Mi, laksanakan!" ujarnya seperti komando bataliyon. Aku tercekat mendengar perkataan Bu Wiwin. Dia yang tadi memutuskan untuk memecatku, malah bersikap abstain. Semua ini gara-gara kadal buntung ini. Ih... sebel deh.

Pak Sugeng dan Anton yang sedari tadi memenuhi ambang pintu keluar. Aku pun mengikuti mereka dan bersiap untuk beranjak dari tempat itu.

"Mau kemana kamu Hah!" dengan sigap anton memegang tanganku kananku. Aku berbalik arah sembari tangan kiriku yang berusaha melepas cengkraman tangannya yang kekar. Tapi apalah daya, tanganku yang mungil tidak mampu melawan tangannya kokoh.

"Kamu! kenapa kamu mengirimkan genderuwo ke rumahku, Hah!" hardikku saat ingat bahwa pria di depanku ini yang telah mengirim lelembut itu untuk menerorku.

"Tapi kamu suka kan?" aku terhenyak. bagaimana Anton bisa tahu isi hatiku. Seketika wajahku memerah. Dia malah semakin menyeringai ganas.

"Lepaskan aku, aku mau pergi dari sini!"

"Diam kamu jalang! Sampai kapanpun kamu tidak bisa lepas dari kami, hahahaha." Tawa khas bapak-bapak memenuhi depan ruang owner itu.

"Kenapa? Kenapa kamu menahanku hah! Aku ingin bebas dari bajingan seperti kalian!" aku memandang nyalang ke arah pria tua bertubuh tambun itu. suara teriakanku menarik perhatian para pegawai yang lewat. Tapi mereka bersikap acuh. Agaknya mereka tidak mau ikut campur apapun yang berkaitan dengan suami sang bos itu.

Plakk!

Tamparan keras melayang di pipiku. Menyisakan bekas merah yang terasa panas.

"Jangan pernah mimpi kalau kami bisa terlepas dari kami! Kami punya sesuatu yang bisa menjeratmu selamanya, hahahaha.." lagi-lagi dia tertawa menjengkelkan. Aku menoleh ke arah mereka sembari memegangi pipiku. Sudah kuduga pasti ada sesuatu yang mereka rencanakan berkaitan denganku.

"Apa? Apa yang kalian rencanakan! Jangan macam-macam ya sama aku!" gertakku. Mereka menyeringai sembari memandang satu sama lain.

"Kamu masih ingat ketika kamu berada di tempat gym sampai larut malam bersamaku!" tuturnya. Aku melirik ke kanan atas. Berusaha mengingat kejadian malam itu.

"Iya, itu pasti ulah kamu kan? Kamu yang telah mematikan lampu tempat fitness, untuk menakut-nakutiku!" Kejarku dengan wajah polos. Iya, terlalu polos untuk menyadari bahwa kejadian itu tidak sesimple itu.

"Hahaha, Dina. Dina. itu memang aku. Tapi lebih tepatnya, aku yang berubah menjadi genderuwo." Aku menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya. Jadi manusia di depanku ini...

"Dan Pak Sugeng sebenernya tidak benar-benar pergi. Dia hanya keluar dari tempet fitness sebentar. Setelah aku memberitahunya kalau kamu sudah pingsan, dia pun kembali. Dan kami pun berpesta denganmu sayang! Hahahaha."

Aku tercekat. Apa maksudnya berpesta?

Anton melepas cengkraman tangannya. Lalu, mengambil sesuatu dari celananya. sebuah ponsel. Tampak dia menscroll layarnya sejenak dan menunjukan sebuah video kepadaku.

Mulutku mengangga. Anton segera menarik ponselnya dari hadapanku, tidak menunjukkan secara video tersebut. Terlihat jelas video seorang wanita pingsan yang di setubuhi oleh dua orang yang tidak terlihat wajahnya. Namun aku yakin dari perawakannya jelas mereka adalah Anton dan Pak Sugeng.

Lututku melemas. Pandanganku kosong. bagaimana tidak! Apalagi melihat pemeran wanita dalam video tersebut.

Bersambung

Próximo capítulo