Sandra menundukkan sejenak pandangannya. Tak lagi menatap ke arah Leo yang ada di depannya saat ini. "Maafkan aku, Leo. Aku hanya tak ingin menyesali apapun sebab terlambat mengambil keputusan. Aku hanya yakin bahwa mimpiku pasti menuntunku ke arah yang benar."
"Mimpi?" tanya Leo menyahut.
Sandra mengangguk. "Hm. Mimpiku. Maafkan karena lagi-lagi menyembunyikan sesuatu darimu."
Leo diam sejenak. Pria itu menunggu Sandra untuk kembali menatapnya dengan benar. Leo benci pembicaraan yang tak punya kontak mata yang baik. Ia tak bisa memahami apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya jika sudah begitu. Ia tak ingin salah dalam berbicara hingga membuat gadis di depannya itu terluka. Leo mungkin tega dan brutal di depan musuhnya. Ia bahkan tega memenggal kepala musuhnya hidup-hidup jika dirasa sudah salah dalam bertingkah padanya. Namun, di depan gadis yang ia cintai, Leo benar-benar kalah dan payah. Ia akan semakin membenci dirinya sendiri jika membuat Sandra menangis.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com