Ace pikir keakraban orang Romawi Kuno dengan makhluk buas hanya mitos. Ternyata tidak, huh?
―Senang melihat-lihat rumah ini?‖
DEG
Aroma hutan pinus mendadak hadir di sisinya. Ace kenal kemunculan seperti ini, jadi dia refleks menoleh ke kanan.
―Siapa?‖
―Nama Asia-ku Jeon.‖ Iblis itu tersenyum dengan mata emas yang berpendar. ―Kau bisa panggil aku Phi Jeon kalau mau. Toh usia kita jelas berbeda jauh.‖
Ace pun mundur selangkah tanpa sadar. ―Umn, boleh. Tapi kenapa ada di sini?‖
―Aku kakak kandung mereka berdua.‖ Jeon menyentakkan dagu ke lukisan. ―Jadi, tak masalah kan bila ingin mengunjungi Mike?‖
―Oh ....‖ Ace pun menelusur ke penampilan Jeon. Iblis itu juga menggunakan pakaian yang serupa dengan Mike saat berada di rumah duka. ―Kalau begitu, maaf.‖
―Kenapa.‖
―Umn, perilakuku barusan justru lancang padamu?‖
―Ha ha.‖
Ace tak berkedip memandang tawa renyah di depannya. ―Kenapa?‖ tanyanya gugup.
―Bagaimana ya. Lucu saja ada mahluk bermartabat justru segan pada iblis kotor sepertiku?‖ kata Jeon dengan bahu yang sedikit bergetar. Dia terbatuk pelan agar tak tertawa lepas. ―Tapi bagus, sih.
Aku senang tahu incaran adikku ternyata lelaki baik.‖
Perasaan Ace langsung tidak enak. ―Kau tahu soal kami?‖
―Tentu saja. Meski brengsek, aku masih perhatian kepada adik-adikku,‖ kata Jeon. ―Jadi sekelas Mike pun masih kuawasi karena aku menyayanginya.‖
Ace tak sanggup berkata-kata.
―Ngomong-ngomong, kau sepertinya tertarik dengan penampilan asli kami? Kenapa?‖
Dia bisa membaca pikiran?
Jeon tiba-tiba menyeringai. ―Benar, aku bisa
melakukannya.‖
DEG
―Eh?‖
―Itu salah satu keistimewaanku,‖ aku Jeon sambil mengendikkan bahu. ―Kalau Mike, dia ahli tempur jarak dekat. Toh profesinya panglima perang selama ini.‖
Apa?! Panglima?
―Tapi entah kalau sekarang.‖ Jeon pura-pura tak melihat bulu kuduk Ace yang meremang. ―Zaman yang berubah membuat kami semakin santai. Toh mayoritas negara kini berdaulat, punya pemimpin mumpuni, dan makhluk-mahkluk seperti kami kadang tidak diimani keberadaannya.‖ ―Oh ....‖ Ace pun memandang lukisan tersebut sekali lagi. ―Aku hanya mendengar sedikit, tapi turut berduka cita untuk adik kalian.‖
―Hmph, terima kasih,‖ kata Jeon. ―Dan mewakili adikku, turut berduka kembali atas kematian kekasihmu.‖
―Umn.‖
Ace sadar tatapan Jeon kini semakin menajam padanya, tetapi memilih pura-pura tidak tahu. Toh, apa pun yang iblis itu pikirkan bukan urusannya.
―Kalau begitu, aku pergi,‖ kata Jeon pelan. Senyumnya makin tampan, dan Ace pikir iblis itu lebih lembut daripada Mike. ―Tapi sebelum itu, aku ingin kau tahu satu hal ....‖
Aneh tapi nyata, udara di sekitar jadi berat saat Jeon menatapnya dengan kilatan mata selidik.
―Apa?‖
―Iblis memang suka menghancurkan siapa pun,‖ kata iblis itu. ―Dicintai atau tidak dicintai, dia akan melakukan hal yang sama.‖
Ace pun menelan ludah kesulitan.
―Hanya saja, bila hati iblis diberikan secara utuh ... dia lah yang rusak pertama kali sebelum orang lain mampu melukaimu.‖
Awalnya, Ace tidak mau memahami. Namun, detak jantungnya begitu kencang kala seringai Jeon memanjang. Iblis itu mungkin tampak tenang, tetapi tahu isi pikirannya saat merasakan tanda kontrak dari Mike memanas.
―Arrrrghhhhhhhh!!‖
Kesakitan, Ace pun jatuh terduduk. Namun daripada bertanggung jawab, Jeon malah melesat keluar jendela sebagai merpati putih.
―Berdiri.‖
Mike sengaja baru muncul setelah Jeon pergi. Namun, setelah perasaannya dikuliti sang kakak, Mike memilih tidak menyentuh Ace. Dibiarkannya lelaki itu bersimpuh. Suaranya serak saat panas menderanya makin parah, dan Mike baru mengulurkan tangan ketika efeknya berhenti.
―Aku baik-baik saja kok.‖ Ace tampak ingin menolak, tetapi meraihnya karena merasa begitu letih. Entah apa yang terjadi barusan. Yang pasti memang karena ulah Jeon. ―Sebenarnya tak masalah jika kau ingin keluar,‖ kata Mike. ―Toh kontrak Drake kini berlapis dengan milikku. Kemana pun kau mencoba pergi, aku akan menyusul jika ada apa-apa.‖
Ace nyaris tak percaya perkataan semacam itu didengarnya di dunia nyata. ―Jadi, yang kakakmu bilang itu benar?‖
Mike pura-pura tidak tahu. ―Soal apa.‖