"Kamu kenapa sih? Jangan gitu. Nggak ada manusia yang pembawa sial. Justru aku senang, aku yang mengalami ini, bukan kamu. Kalau kamu yang diare, bisa-bisa pipi chubby kamu menirus. Nggak gemesin lagi dong," ucap Belva yang mencoba untuk tersenyum.
Belva sudah agak mendingan, karena sudah minum oralit dan perutnya sudah kembali terisi. Dia menatap Tania yang wajahnya begitu murung. Wajar saja dia merasa bersalah. Namun, Belva tidak suka melihatnya. Karena bagi Belva pribadi, bisa melindungi orang tersayang adalah kebanggaan tersendiri.
Tania menatap Belva, tangannya menggenggam erat tangan kekasihnya itu. Dua kali dia mengalami ini. Menunggui Belva yang sakit gara-gara dirinya.
"Hei, jangan sok sedih begitu. Aku sudah agak mendingan. Sepertinya aku mau pulang aja. Biar aku istirahat di rumah. Biar aku hubungi Pak Arif biar jemput ke sini."
"Nggak usah, biar aku aja yang antar kak Belva pulang."
"Jangan. Kamu di sini aja."
"Kak … "
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com