"Merem aja dulu."
"Tapi perih, gatel, pengen garuk..."
"Waduh, ngeri juga. Tapi sebentar dulu aja, nurut."
Arka membawa Nino duduk di atas ranjang. Dengan masing-masing satu kaki terlipat dan naik, membuat keduanya lebih mudah berhadapan.
Wajah mereka bahkan hanya berjajar beberapa senti, Arka bahkan bisa merasakan hembusan napas Nino yang menerpanya. Sementara telapak tangan besar yang menyangga dagunya, tangan kanan pria jangkun itu mengusap dengan begitu hati-hati bagian kelopak mata milik Arka menggunakan sapu tangan yang sedikit di basahi.
Sudah, jangan tanya kondisi Arka saat ini. Ia hampir saja kejang, segalanya berubah kaku dengan pikiran mesum mengenai bocoran potret tubuh atletis milik pria itu. Arka bahkan begitu ingin melihat sisi sensual Nino secara langsung tanpa sensor.
Tapi jelas saja hal itu tak mungkin, Arka belum memperingati pria itu sebelumnya jika dirinya pecinta Nino. Sejenak, ia harus mengubur dalam-dalam pemikiran konyolnya itu.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com