webnovel

Organisasi Pandawa

Pelatihan Anggota Baru

"ARRRGGHHH….. UWARRRRGGHH….!!"

Rigma terus berteriak kesakitan, seluruh urat dalam tubuhnya juga terlihat dengan jelas. Sementara asrea dan dini hanya bisa melihat dari jauh bagaimana rigma menahan rasa sakit.

"Ini sudah lebih dari 2 jam…"

"Kita tidak bisa ikut campur urusan ini… ingat kata tuan rigma sebelumnya… kalau ada gangguan dari luar dia bisa mati kapan saja…"

"Iya…"

'Sebenarnya apa yang terjadi padamu rigma…'

1 hari sebelum rigma mengalami siksaan rasa sakit di atas tempat tidurnya, ia sedang berjalan bersama asrea. Mereka masuk ke sebuah supermarket besar yang ada di dekat kompleks apartemennya.

"Hari ini dini bilang akan memasak pecak kangkung dan sayur asem… ditambah ikan asin… sungguh mantap rasanya…"

"Ya itu sebabnya kita berbelanja seperti ini… ini sungguh membosankan…"

"Ya mau bagaimana lagi… dini sibuk membersihkan apartemen…"

Rigma memilih bahan makanan yang akan ia beli dengan seksama menggunakan mata kirinya. Sebab dengan mata kirinya ia bisa mengetahui tingkat kualitas bahan makanan.

'Mata naga sungguh berguna…'

Saat rigma sedang asyik memilih bawang merah yang harus ia beli, pandangannya tiba-tiba menjadi buram.

*deg…*

"Ke… napa…?"

*brugh…*

Mendengar suara sesuatu yang jatuh membuat asrea menoleh ke arah rigma dan melihatnya sudah tidak sadarkan diri.

"Rigma…? Rigma….!!"

Rigma yang tidak sadarkan diri melihat di 3 sosok jiwa pengelana di dalam tubuhnya. Salah satu cahaya milik jiwa pengelana yang bersemayam di tubuhnya pun mendekat.

'Rigma ini aku wimala…'

'Wimala… ada apa dengan nada suaramu…?'

'Dengarkan baik-baik… sekarang ini dirimu mengalami kekurangan energi kehidupan… apa kamu menggunakan kekuatan naga secara terus menerus…?'

'Ah… soal itu memang iya… selama setahun penuh…'

'Sudah aku duga… untung saja masih tersisa sedikit… sekali lagi kamu menggunakan kekuatan naga… kau akan mati…'

'Eh mati…!? Berarti aku beruntung belum menggunakannya akhir-akhir ini…;

'Benar… kau harus segera membuat obat pemulih energi kehidupan… syna akan membimbingmu… sekarang bangunlah...'

'Eh…? Uwaaahhhh….!!'

Rigma terlempar ke atas alam bawah sadarnya, ia pun terbangun. Kepalanya masih terasa pusing ketika baru sadar dan bangun dari tempat tidurnya. Rigma melihat dini dan asrea tertidur di tepi kasurnya.

"Jadi aku pingsan ya… sial… syna…"

'Ada apa bocah…?'

"Apa saja bahan obat yang diperlukan untuk membuat obat pemulih energi kehidupan…?"

'Bahannya tidak terlalu sulit dicari… rumput jiwa… air jiwa murni beberapa tetes dan kristal jiwa monster dimensi… tingkat rendah juga tidak masalah…'

"Oke terima kasih…"

Rigma pun menekan gelang digital miliknya dan meminta ketua risman untuk mengumpulkan bahan yang ia butuhkan.

"Itu mudah… cukup transfer biayanya ke rekeningku saja… dalam beberapa jam akan siap…"

"Benarkah…? Aku sangat tertolong ketua…"

"Tidak masalah… kau juga sudah banyak membantu laboratorium kita berkembang…"

Asrea dan dini yang terbangung karena percakapan rigma dengan risman dalam video call langsung memasang wajah sedih.

"RIGMA…!!"

"TUAN…!!"

"AKU PIKIR KAU AKAN MATI…!!"

"Dasar… tidak mungkin aku mati semudah itu… kalau memang harus mati… aku sudah mati di kalimantan…"

Dini dan asrea memeluk tubuh rigma sambil menangis karena khawatir padanya. Rigma pun terpaksa menjelaskan secara singkat tentang kondisinya.

"Jadi intinya setelah aku minum obat nanti… jangan ada yang mengganggu… meskipun aku berteriak kesakitan… karena sedikit saja gangguan dari luar bisa membuatku mati…"

"Oke..!"

"Dimengerti…!"

Dalam beberapa jam ketua risman pun mengirimkan bahan yang rigma butuhkan melalui lubang cacing. Rigma pun tidak membuang waktu dan langsung meracik obat sesuai arahan syna. Obat berwarna hijau tua berbentuk kapsul pun jadi setelah beberapa jam melakukan ekstraksi bahan. Rigma membawa obat itu ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya di atas kasur.

"Baiklah aku akan minumnya… aku mohon kalian berjaga agar tidak ada yang mengganggu…"

Begitulah kejadiannya hingga akhirnya dini dan asrea hanya bisa melihat rigma dari jauh. Asrea sangat frustasi karena tidak bisa membantu rigma meringankan rasa sakitnya. Setelah 3 jam teriakan rigma akhirnya mulai mereda hingga akhirnya berhenti.

"Haaa… haaaa…."

"Rigma…!"

"Tuan…!"

Asrea dan dini mendekati rigma saat teriakannya berhenti, tempat tidur rigma basah karena keringatnya begitu banyak.

"Maaf telah… membuat…. Kalian khawatir…"

Rigma menatap dini dan asrea yang meneteskan air mata di pinggir tempat tidur. Rigma benar-benar kehabisan tenaga akibat menahan rasa sakit dari efek samping obat buatannya.

'Selamat bocah… kau berhasil melewatinya… sekarang energi kehidupanmu kembali seperti semula…'

'Aku pikir tadi diriku sudah mati… rasa sakit dari obat pemulih energi kehidupan… benar-benar rasa sakit yang tidak biasa… kalau orang lain pasti mati…'

'Ya mau bagaimana lagi… dosis yang kau telan 10 kali lebih kuat… sebab energi kehidupanmu hanya tinggal sedikit… dan lagi... kalau wimala tidak mengingatnya… aku juga akan lupa soal efek samping penggunaan kekuatan naga… kali ini kau sungguh beruntung...'

Normalnya seorang etranger dapat menggunakan seluruh kekuatannya tanpa efek samping. itupun setelah penyesuaian selama 1 hari penuh, efek sampingnya juga tidak akan membahayakan nyawa. Namun kasus rigma sedikit berbeda dari kebanyakan etranger karena ia memiliki 3 jiwa pengelana dengan kekuatan besar.

"Jangan terlalu memaksakan diri anda lagi tuan…"

Untuk pertama kalinya ia melihat ekspresi wajah dini yang terlihat begitu khawatir. Suara dewasa dengan tubuh dan wajah remaja yang dimiliki dini membuatnya terlihat imut.

"Iya… terima kasih kalian sudah mau terus bersamaku…"

"Saya akan terus di sisi anda… apapun yang terjadi… bahkan kalau seluruh dunia menjadi musuh anda… saya akan tetap di sisi anda tuan rigma…"

"Aku juga…!"

Rigma sangat senang mendengar kalimat yang diucapkan dini dengan perasaan tulus. Rigma juga senang melihat asrea rekan yang paling ia percaya tidak mau kalah dengan dini.

"Terima kasih… ngomong-ngomong apa ada kabar dari organisasi pandawa…? Sebab aku hanya izin selama 3 hari setelah mendaftar secara resmi…"

"Ada tuan… mereka menyuruh anda dan asrea menghadiri pelatihan anggota baru untuk menentukan peringkat anda di organisasi…"

"Sungguh merepotkan ya… dini aku akan membawamu sebagai senjata… bisa kan...? Sebab aku tidak ingin terlalu mengandalkan kekuatan naga ataupun succubus..."

"Tentu tuan... saya adalah senjata anda… jadi sudah sewajarnya saya selalu berada di sisi anda… tapi bolehkah saya mengajukan sebuah pertanyaan…?"

Tiba-tiba nada suara dini berubah menjadi tenang kembali ketika memberikan laporan pada rigma. Namun saat bertanya wajahnya terlihat sangat serius dan itu menunjukkan betapa besar rasa penasarannya.

"Iya tentu… apa itu…?"

"Sebenarnya seberapa banyak jiwa pengelana yang anda miliki…?"

"Iya, aku juga penasaran soal itu…!"

Asrea juga ikut menunjukkan rasa penasarannya pada rigma yang kekuatannya masih terlihat misterius.

"Ah itu… kalau kalian bisa janji untuk menjaganya sebagai rahasia… aku akan mengatakannya…"

Dini dan asrea mengangguk dengan cepat karena semakin penasaran dengan kekuatan rigma. Rigma menarik nafas panjang dan menghembuskan nafasnya secara perlahan sebelum menceritakan kebenarannya.

"Aku memiliki 3 jiwa pengelana…"

"TIGA…!?"

"Hehe… wajar kalian terkejut… ditambah ketiganya bukan jiwa pengelana biasa… mereka bertiga disebut raja… peringkat mereka SSS bila kekuatannya telah pulih sepenuhnya… sekarang mereka mengalami semacam cedera pada kekuatan jiwa…. Semua itu karena mereka mencoba melindungiku…"

Wajah terkejut asrea dan dini tidak kunjung pudar bahkan setelah rigma selesai menjelaskan kondisinya. Keduanya membatu karena tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh rigma soal jumlah jiwa pengelana di dalam tubuhnya.

"Halo… asrea… dini… oi…"

Keduanya tetap membatu hingga beberapa menit karena sangat terkejut. Setelah mereka kembali tenang barulah rigma menjelaskan lebih detail soal ketiga jiwa pengelana di tubuhnya.

"Jadi begitu… anda ternyata mengalami banyak kesulitan juga..."

"Ya begitulah… dan lagi… satu-satunya kekuatan yang tidak membebani tubuhku hanya kekuatan milik wimala…"

"Wimala itu… raja juga, bukan…? Tapi kenapa dia seorang wanita…?"

"Benar… soal wujud mereka, aku sendiri tidak pernah menanyakan hal itu… jadi aku tidak tahu kenapa ketiganya berwujud wanita…"

Wajah polos rigma yang dengan bangga mengatakan kalau ia tidak pernah bertanya membuat dini menghela nafas. Jiwa pengelana memiliki beberapa kelas khusus yang hanya diketahui oleh beberapa orang. Kelas raja, penyihir agung, kesatria agung, pahlawan, mitologi dan dewa sebagai golongan baru jiwa pengelana. Belum ada pengelompokan kekuatan pada kelas-kelas yang muncul di kalangan peneliti. Namun jiwa pengelana yang masuk ke dalam kelas khusus sudah pasti memiliki peringkat SS ke atas.

"Setelah ini kita harus segera bersiap sebab besok pagi kita akan datang ke cabang organisasi pandawa di purwakarta…"

"Siap…"

"Dimengerti tuan rigma…"

Asrea dan dini pun kembali ke kamar mereka untuk istirahat, rigma juga langsung tertidur karena kelelahan. Pagi harinya asrea sudah bersiap dengan pakaian tempurnya dan beberapa senjata lainnya. Sementara rigma sendiri hanya membawa pedang senja dengan jaket hitam yang ia dapat dari pelelangan bawah tanah.

"Jaket anda sudah selesai dimodifikasi tuan…?"

"Ya… sebelum kalian bangun aku sedikit melakukan pengembangan pada jaket ini… oh iya... dini bisakah kamu menjadi gauntlet… agar tidak terlalu mencolok…?"

"Dimengerti tuan…"

Dini merubah bentuk tubuhnya dan menempel pada tangan rigma sebagai sebuah gauntlet hitam.

"Bagus sekarang kita tinggal berangkat…!"

"Ya…!"

Mereka pun pergi menuju organisasi pandawa untuk melakukan pelatihan anggota baru untuk menentukan level keanggotaannya. Setelah 1 jam mereka pun sampai di area latihan khusus bawah tanah milik organisasi pandawa cabang purwakarta.

"Woah… ada banyak juga yang datang…"

"Organisasi pandawa adalah organisasi nomor dua yang paling diminati oleh para etranger… katanya kalau dalam pelatihan tidak memenuhi syarat… akan segera dikeluarkan dari organisasi…"

"Jadi itu sebabnya disini banyak orang… oh bahkan ada beberapa yang terlihat kuat…"

Saat rigma sedang asyik memperhatikan area sekitar yang dipenuhi etranger kuat, panitia penyelenggara latihan pun masuk ke dalam arena.

"SEMUANYA DENGARKAN…!!"

Seluruh peserta yang telah berkumpul di arena latihan langsung terdiam dan menoleh ke arah pria berotot di tengah arena.

"AKU SEHARUSNYA YANG JADI PELATIH KALIAN HARI INI… TAPI…! SEORANG SPESIAL MENGAJUKAN DIRI SECARA KHUSUS UNTUK MEMBIMBING LATIHAN KALI INI…!"

Seorang pria yang tubuhnya jauh lebih kecil dari pria berotot muncul dengan santai. Baju kaos oblong berwarna hitam yang menempel pada tubuhnya bertuliskan KNIGHT. Lalu bagian bawahnya hanya menggunakan celana jeans biru ketat.

"Jadi mereka semua yang harus diseleksi…?"

"Be-benar ketua…"

"Baiklah kalau begitu… biar aku yang menanganinya…"

Nada bicara pria berotot langsung berubah drastis ketika pria kecil disampingnya bertanya. Setelah menyerahkan mic pengeras suara pria berotot pun menyingkir ke luar arena.

"Ehem… semuanya dengar…! Sebelum ujian dimulai perkenankan aku untuk memperkenalkan diri... namaku Yuda Antrasa Kirma… biasanya ujian akan dilakukan dengan cara battle royal… atau pertarungan melawan penguji… tapi khusus untuk pengujian kali ini akan sedikit berbeda…"

Seluruh peserta pun kaget mendengar identitas dari sang penguji yang tidak lain adalah ketua organisasi pandawa.

"Sekarang nama yang aku panggil harap maju ke depan…"

Sang pria berotot kembali masuk ke dalam arena untuk memberikan selembar kertas pada yuda.

"Amalia Kusma Atraja… Legi Primasja… Rias Januar… "

Satu persatu orang yang dipanggil oleh yuda maju ke tengah arena dan membuat barisan.

"Kumaran Aji Nagara… Vina Linson… Akbar Firmana… Rigma Sanja Dawala… dan Asrea Ulamia…"

Sebuah barisan yang terdiri dari 8 orang pun terbentuk, rigma tahu betul semua orang yang dipanggil bukan orang sembarang.

"Mereka adalah orang-orang pilihan yang direkomendasikan secara khusus oleh anggota organisasi pandawa… lalu untuk aturan ujiannya simpel… kalian hanya perlu mengalahkan salah satu dari mereka untuk lulus… dan untuk kalian berdelapan… kalian harus mengalahkan semua peserta lain agar tempat kalian tidak direbut… sebab kuota untuk anggota baru sangat terbatas…"

Pelatihan sekaligus ujian untuk menyaring anggota baru organisasi pandawa menjadi pertarungan 8 orang melawan puluhan orang.

Bersambung...

Próximo capítulo