webnovel

Kepergian

Hasrat & Perpisahan

Pertemuan tak terduga terjadi saat rigma berhasil keluar dari rubik cube. Harun berada tepat di dekat rubik cube melihat rigma yang baru keluar dengan pakaian compang camping.

"Harun… kamu ngapain disini...?"

"Aku mencarimu…"

*cium…*

Harun langsung mencium bibir rigma ketika selesai mengatakan alasannya. Ciuman hangat yang menyambar bibir rigma mulai berubah menjadi permainan lidah.

"Ha-harun… kalau begini terus aku tidak akan kuat menahannya…"

"Benda ini sudah keras ya… sepertinya kita bisa melakukannya… aku juga sedang mood…"

"Harun…!"

*cium…*

Rigma yang tidak sanggup menahan gejolak nafsunya langsung memojokkan harun ke dinding dan meraba tubuhnya. Tangan harun yang nakal terus memegang benda keras yang berada di selangkangan rigma.

"Rigma… kalau ingin melakukannya… lakukan dengan cepat… sebab aku tidak bisa terlalu lama disini…"

"Baiklah… aku akan lakukan secepat yang aku bisa…"

Satu persatu pakaian mereka berdua berjatuhan ke lantai dan suara desahan erotis pun mulai terdengar. Hingga akhirnya rigma terpaksa membungkam mulut harun dengan bibirnya agar suara desahannya tidak terdengar. Rigma terus menggerakkan pinggulnya untuk mencari kenikmatan yang telah lama ia rindukan.

"Aaahhh… rigma…"

Harun mendekap kepala rigma ketika merasakan sengatan kenikmatan mengalir dari selangkangannya.

"Rigma bagian situ jangan di jil-... ahhh… ♥"

Tubuh harun mengejang ketika merasakan sapuan lidah rigma yang begitu lembut di tubuhnya. Tak lama setelah itu rigma mengeluarkan cairan cintanya di luar tubuh harun dan seluruh tempat eksperimennya terkena cairan cinta.

"Haaa… haa… terima kasih harun… aku sangat payah karena sudah setahun lebih terkurung di rubik cube…"

"Setahun…? Bukannya kamu baru hilang selama 3 hari…?"

"Ada selisih perbedaan waktu antara dunia kita dengan area dalam rubik cube… intinya 10 menit disini setara 1 hari di dalam rubik cube…"

Harun mulai bangkit ketika mendapatkan kekuatannya kembali, ia memungut pakaiannya dan mengelap cairan putih di tubuhnya. Ia awalnya agak terkejut mendengar cerita rigma soal rubik cube yang membuatnya terkurung. Saat rigma bercerita tentang rubik cube, asrea dan dini terjebak kemacetan akibat kecelakaan truk muatan.

"Sialan… kenapa harus macet di saat seperti ini…"

Mereka terjebak macet hingga rigma selesai bercerita tentang rubik cube pada harun. Harun hanya bisa tersenyum sambil menanggapi cerita rigma soal 5 penjaga, gurunya dan sang pemilik rubik cube.

"Jadi begitu… kamu ternyata mengalami hal yang berat… aku sebenarnya juga ingin bercerita… tapi aku tidak memiliki banyak waktu… jadi aku akan mempersingkatnya…"

Harun mengulurkan tangannya pada rigma yang baru saja selesai mengganti pakaiannya.

"Maukah kamu mendengarkan cerita singkatku sambil menuruni gedung ini…?"

Rigma hanya tersenyum dan meraih tangan harun kemudian menciumnya dengan mesra. Entah kenapa rigma merasa harun terlihat lebih dewasa dari sebelumnya, ia jadi penasaran apa yang membuat harun berubah.

"Tentu…"

"Kalau begitu ayo kita turun…!"

Harun membuka jendela apartemen, lalu ia menarik rigma untuk terjun bersamanya lewat jendela. Rigma panik karena ia melompat bersama harun dari apartemennya yang berada di lantai 54 gedung tersebut.

"Aaaa….!. Eh…?"

Teriakan rigma terhenti ketika merasakan tubuhnya seperti mengapung di udara. Saat membuka mata rigma melihat dirinya dan harun melayang di udara seperti sebuah bulu yang tertiup angin.

"Tenang aku sekarang juga seorang etranger… jadi kita bisa memulai ceritanya dengan santai sambil menuruni gedung ini…"

"Woah… hebat… aku saja belum bisa melakukan yang seperti ini… dan tentunya aku akan mendengarkan ceritamu..."

"Pertama… kedua orang tuaku menjadi korban retakan dimensi…"

Senyuman di wajah rigma pun lenyap ketika mendengar kabar buruk yang dialami oleh harun. Rigma sadar dirinya terlalu larut dalam kebahagiaan ketika melihat harun menjadi seorang etranger. Ia sampai lupa memperhatikan ekspresi kesedihan yang kadang masih terlihat jelas di wajah harun.

"Ma-maaf… aku…"

"Tidak perlu minta maaf… aku juga dari awal tidak pernah mengatakannya padamu… jadi kamu tidak salah… lanjut ke cerita… setelah mendapatkan kekuatan ini… aku mengalahkan monster dimensi yang membunuh orang tuaku…"

Harun kembali bercerita sambil menuruni gedung secara perlahan menggunakan sihir angin. Cerita harun membuat rigma merasa kesal pada dirinya sendiri karena tidak bisa berbuat apa-apa.

'Harun mengalami banyak masalah ketika aku terkurung di kotak sialan itu… ini terasa sesak… saat aku membutuhkannya dia selalu ada disampingku… tapi saat ia membutuhkanku… aku malah…'

Rigma memeluk erat tubuh harun yang sedang fokus bercerita, ia sangat menyesal karena tidak bisa membantunya.

"Maafkan aku… aku… aku… padahal kamu selalu peduli padaku… membantuku… tapi aku malah… tidak ada ketika kamu membutuhkanku…"

"Tidak apa-apa rigma… aku senang bisa melihatmu lagi untuk terakhir kalinya…"

Rigma kembali dikejutkan oleh perkataan harun yang seolah mengucapkan kalimat perpisahan. Saat rigma menatap harun dengan wajah yang terlihat sangat terkejut, mereka berdua sudah sampai di lapangan parkir apartemen.

"Harun… kamu…"

"Iya… aku mungkin tidak bisa lagi berada disampingmu… tapi aku yakin kamu bisa mendapatkan gadis lain yang lebih baik dariku…"

Harun melepaskan diri begitu saja dari pelukan rigma bagai sebuah angin tak berbentuk. Kemudian berjalan menjauh sambil terus berbicara pada rigma soal niatan aslinya.

"Aku mohon jangan salahkan dirimu… aku pergi bukan karena kesalahanmu… tapi karena pilihanku sendiri... "

"Harun…! Aku berjanji akan melindungimu kali ini… jadi aku mohon jangan tinggalkan aku…!"

Rigma mencoba meraih tangan harun dan menghalangi kepergiannya, namun ia tidak bisa meraihnya. Tangan harun tembus ketika rigma berusaha menahannya dan terasa seperti angin dingin.

"Percuma rigma… keputusanku sudah bulat… kamu tidak akan bisa menyentuhku…"

"Setelah jidris… sekarang kamu juga pergi… kampus atma akan menjadi tempat yang sepi… aku akan melakukan apa saja asal kamu mau tetap tinggal…!"

Harun hanya tersenyum karena ia baru tahu seberapa pentingnya keberadaannya di mata rigma.

"Rigma… aku… mencintaimu..."

Harun berhenti dan menoleh ke arah rigma sambil memasang senyuman, tubuhnya perlahan mulai hilang diterpa angin malam.

"HARUN….!!! AKU JUGA… AKU JUGA MENCINTAIMU…!!! Aku mohon… jangan pergi..."

Rigma berteriak sekeras yang ia bisa untuk melampiaskan perasaannya yang sama dengan harun. Namun semuanya sudah terlambat, harun sudah pergi dari pandangannya dan tidak akan kembali.

Penjahat Bayang

"Apa insiden di rumah warga yang dicurigai memiliki hubungan dengan kelompok revolusioner berhasil…?"

"Lapor… pembukaan retakan dimensi berhasil dilakukan… kedua orang yang dicurigai juga tewas… namun saat kami hendak mengambil jasadnya… ada seseorang yang mendahului kami… jadi kami hanya bisa menunjukkan foto jasad yang diambil menggunakan drone…"

"Hahaha… kerja bagus… kepemimpinan para pejabat negara yang saat ini berkuasa tidak boleh bergeser… mau itu kelompok revolusioner… guild… atau organisasi palapa… jika menghalangi… harus disingkirkan…"

Sosok misterius yang memimpin meja rapat besar di ruangan remang sangat senang mendapat info soal kematian ziro dan nesa.

"Jadi sekarang tinggal memikirkan bagaimana cara mengadu domba seluruh guild dunia bawah agar saling berperang…"

"Lapor…!"

Tiba-tiba seorang perwira berseragam militer masuk ke dalam ruangan dan berusaha memberikan laporan.

"Ada apa…?"

"Rencana adu domba dunia bawah… terancam gagal…"

"Apa…!? Apa yang terjadi…!? Cepat jelaskan…!"

"Baik…! Beberapa hari belakangan ini ada dua sosok misterius yang membantai tim penyebar kebohongan… mereka menghentikan banyak aksi pasukan kita yang mencoba mengadu domba para guild…"

"Siapa mereka…!? Berani sekali…!"

"Soal identitasnya benar-benar tidak diketahui… mereka dapat melenyapkan segala macam barang bukti… bahkan pasukan yang mencoba menyelidiki lebih jauh selalu hilang tanpa jejak… satu-satunya informasi yang kami dapat adalah… 1 orang dipastikan laki-laki dan satunya perempuan… jumlah mereka hanya 2 orang..."

Penjelasan dari personel militer yang melaporkan kenyataan dilapangan membuat pria di balik bayang semakin marah.

"Bisa gagal hanya karena dua orang asing…! Kalian benar-benar tidak becus…!! Kirimkan pasukan unit khusus…!!"

"Tahan bung… kalau kau sampai melakukan hal gegabah… serigala buas yang mengintai kita bisa curiga…"

Salah satu petinggi lain mencoba mengingatkan pria gemuk yang memimpin rapat untuk tetap tenang. Sebab posisi mereka juga dalam kondisi yang tidak baik sekarang ini, apalagi sampai terang-terangan melakukan gerakan.

"Cih… sejak rencana menghabisi anak serigala gagal… kita juga tidak bisa lepas dari tatapan matanya ya… benar-benar menyebalkan…"

"Itu benar… maka dari itu… kita harus melakukannya dengan perlahan… masih ada cara lain kok... dan untuk sekarang ini lebih baik kita fokus menekan kelompok revolusioner… sebab pergerakan mereka semakin aktif belakangan ini…"

Pria gemuk kembali diam dan berpikir untuk sejenak agar ia mendapatkan solusi terbaik.

"Aku setuju dengan pria kekar di sebelah sana… tuan pimpinan saya harap bijak mengambil keputusan…"

Wanita cantik berambut panjang dengan payudara besar yang begitu terbuka ikut mengutarakan pendapatnya. Pria gendut yang menjadi pemimpin rapat tidak bisa memalingkan matanya saat melirik ke arah belahan dada wanita di sampingnya.

"Ehem… benar juga aku setuju dengan idemu… segera laporkan pada seluruh unit untuk mengutamakan misi mencari informasi soal kelompok revolusioner… biarkan rencana penekanan dunia bawah menjadi prioritas kedua…"

"Baik pak…!"

Personel militer yang sebelumnya menyampaikan laporan langsung pergi dari ruangan setelah mendapat tugas baru. Sementara itu azin dan siar yang terus mengawasi dunia bawah serta mencegah konflik terus berlanjut hanya bisa menatap kedamaian.

"Disini terlalu damai… apa orang-orang misterius itu berhenti melakukan aksinya…?"

"Kita membasmi para cecunguk itu setiap hari sejak mengetahui penyebab kerusuhan… jelas mereka kapok… sudah berapa puluh cecunguk yang kita bunuh sampai sekarang…?"

"Aku mungkin lupa jumlah yang kau bunuh… tapi kalau jumlah yang aku bunuh mungkin 41 orang…"

"Hahaha…. Aku menang dalam jumlah berarti… aku sudah membunuh 53 orang… ayo lanjut berpatroli… nanti bos bisa marah kalau kita gagal..."

"Oke…"

Di sisi lain kota jakarta, tepatnya di markas besar organisasi palapa. Seorang pria sedang menunggu informasi dari anak buahnya sambil memancarkan aura jiwa yang sangat pekat.

"Lapor…!"

"Jadi sudah ada laporannya…?"

"Ya ketua…! Saya mendapat informasi dari informan terpercaya… kalau pemerintah sedang menyelidiki pergerakan kelompok revolusioner yang semakin aktif… penyelidikan ini masuk prioritas utama militer pertahanan Indonesia…"

"Bagus… kita tunggu kabar baik dari mereka… sebab mereka masih berhutang soal nia yang terculik…"

Senyuman beringas dari seorang ketua organisasi yang memendam amarahnya akibat kehilangan anggota terbaik terpancar. Anggotanya yang baru saja melapor hanya bisa merinding ketakutan karena merasakan energi besar milik ketuanya.

Bersambung…

Próximo capítulo