Ramon menghela nafas, merasakan sesak di dalam pikirannya. Sesekali dia menatap ke arah langit yang terlihat begitu cerah. Dia menunduk melirik pedang miliknya yang masih dia genggam erat. Nafasnya mulai teratur dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya.
Dia baru saja selesai latihan rutin, hari libur seperti ini adalah jadwalnya untuk latihan. Tapi sejak dia dan Rimonda berbicara, dia tidak bisa fokus. Semua itu mengganggu dirinya, segala ucapan Rimonda tidak bisa dia percaya.
Bagaimana mungkin Rimonda menyarankan untuk mereka berdua mengambil tahta itu. Ini akan berakhir sama dengan yang sekarang, mereka berdua akan sama-sama menjadi incaran musuh. Ramon menghela nafas lagi, tangannya mulai menggerakkan pedangnya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com