webnovel

Apakah Dia Mendengar Semuanya? (2)

Dalam kekhawatiran, ia bertanya-tanya apakah Weixu mendengar semuanya atau tidak. Itu adalah hal pertama yang muncul di benaknya setelah ia mendengar perkataan Chu Weixu.

Namun, di samping itu, ia juga meyakini bahwa Chu Weixu tidak mendengar percakapannya dengan Qing Hua sepenuhnya. Dari reaksinya, Ai Zhiyi percaya bahwa Chu Weixu terbangun saat ia dan Qing Hua memperdebatkan suatu hal yang membuatnya cemburu. Kecemburuan itu bukan karena ia melihat mereka berdua berciuman, melainkan bagaimana mereka berbicara sehingga ia berusaha mengeluh padanya.

Chu Weixu adalah orang yang tidak bisa berterus terang dalam berbagai aspek, hanya saja ia sulit mengatakan "aku cemburu" secara langsung, jadi ia hanya bisa mengoceh seperti seorang anak kecil yang baru saja direbut permennya.

Memikirkan hal itu, Ai Zhiyi merasa sedikit lega. Pemikiran itu akhirnya bisa membuatnya sedikit tenang. Ia berpikir bahwa setidaknya Chu Weixu tidak mendengar percakapan mereka mengenai bagaimana dirinya dipermainkan ketika Chu Weixu berada di penjara selama tiga tahun dan tidak melihat mereka berdua berciuman. Itu akan cukup sulit bagi Ai Zhiyi untuk menjelaskan semuanya.

Ai Zhiyi bukan tidak mempercayainya, hanya saja ia khawatir mengenai hubungan mereka di masa depan.

Ia juga tidak bermaksud untuk tidak memberitahunya, namun selama dua tahun ini, ia hanya belum bisa menemukan waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya.

Setelah beberapa saat mereka terdiam, Chu Weixu pun akhirnya terdengar mendesah berat sambil melepaskan tangannya dari tubuh Ai Zhiyi secara perlahan. "Aku akan beristirahat." Ia lalu berbalik, berjalan menuju kamar tidur mereka.

Namun, sebelum Chu Weixu membuka pintu, Ai Zhiyi berseru, menawarkan kue yang baru saja ia sajikan untuk Chu Weixu, "Kau tidak ingin makan kue ini dulu? Aku akan membuat teh untukmu."

Ai Zhiyi menatap punggung Chu Weixu dengan mata penuh kecemasan. Ia berharap Chu Weixu akan berbalik dan menunjukkan senyuman yang membuatnya bisa merasa bahwa Chu Weixu tidak marah padanya. Setidaknya, setelah Ai Zhiyi melihat wajah tersenyumnya walau itu adalah kepura-puraan, ia akan merasa lebih tenang.

Tetapi, tanggapan yang sama sekali tidak ia inginkan adalah sebuah jawaban yang membuat hatinya terasa ditusuk dengan sebuah belati. Chu Weixu bahkan tidak menoleh padanya dan dengan segera membuka pintu kamar, lalu menutupnya dengan suara keras tanpa sepatah kata. Itu membuat hatinya hancur di saat yang sama.

Ai Zhiyi merasakan sakit di bagian hatinya yang terluka karena hal itu. Matanya yang lemah perlahan turun menatap lantai, dan dengan hati-hati kepalanya bergerak ke arah kue di atas meja. Ia tersenyum lemah sebagaimana perasaannya yang rapuh saat ini, tetapi ia tidak bisa menangis karena hatinya sudah melakukannya lebih dulu.

Sangat buruk. Padahal hari ini ia bermaksud untuk memberitahu Weixu bahwa ia akan kembali ke Guangzhou untuk mengunjungi ibunya yang sedang sakit. Tetapi, keadaan mereka tidak memungkinkan dirinya untuk mengatakan hal itu. Jika ia tetap bersikukuh untuk mengatakannya, maka keadaan mereka akan bertambah buruk, jadi ia berpikir untuk memberitahunya saat Chu Weixu berada pada suasana hati yang baik.

Sambil menahan kepahitan di hatinya, Ai Zhiyi membereskan dapur mereka yang sedikit berantakan dan meletakkan kue itu di lemari makanan. Namun, tanpa sengaja, ia melihat beberapa obat yang diberikan oleh Chu Xinian sore tadi di dalam bingkisan coklat, lalu segera membawanya masuk ke dalam kamar tidur mereka, dan memasukkannya ke dalam laci.

Menutup laci, ia samar-samar mendengar suara air yang mengalir dari balik pintu kamar mandi. Ia menoleh dan melihat lampu dari bawah celah pintu, lalu tersenyum lemah. Kemudian, ia duduk di sisi tempat tidur sambil menatap layar ponselnya yang berwarna hitam sebelum akhirnya sebuah pesan singkat masuk dan membuatnya menyala.

Ai Zhiyi mengerutkan keningnya. Ia membuka pesan itu dan alisnya sudah hampir menyatu.

"Kak Ai, katanya, kau ingin kembali ke desa bersamaku. Kak Nian baru saja memberitahuku malam ini."

Ai Zhiyi membalas dengan membenarkannya, dan kemudian sebuah balasan masuk dalam waktu dua detik setelah ia menekan tombol 'kirim' dengan ibu jarinya.

"Hebat! Karena ujianku selesai dalam waktu minggu ini, jadi kita bisa pergi minggu depan."

Setelah pesan kedua itu ia baca, pesan berikutnya pun masuk tak lama kemudian.

"Aku akan segera mengabarimu nanti. Dan juga, maaf karena aku tidak bisa datang untuk membantu Kak Chu melayani tamu hari ini. Aku harus fokus pada ujianku tadi. Jika nilaiku buruk pada ujian di mata kuliah satu ini, maka aku akan berakhir di universitas itu. Tapi, tenang saja, besok aku akan datang untuk membantu."

Ai Zhiyi tersenyum tipis ketika membaca pesan singkat dari Wen Qi, yang menurutnya terlalu berlebihan, namun tetap saja membuatnya merasa lucu saat membacanya.

Ia mematikan ponselnya dan meletakkannya di samping meja tempat tidur. Begitu ia hendak berdiri untuk mengganti pakaiannya, Chu Weixu juga keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya.

Wajah Ai Zhiyi terasa panas seketika seolah darah mengalir di wajahnya dan berkumpul di sana, sehingga membuatnya merona seperti buah apel segar yang baru saja dipetik. Walaupun ia sudah sering melihat tubuh setengah telanjang Chu Weixu, itu tetap saja selalu membuatnya tersipu malu, seperti dua orang yang baru saja menikah.

Sejak dulu, Chu Weixu memiliki tubuh yang ideal. Dan karena Chu Weixu adalah mantan anggota tim basket di sekolah mereka saat di Sekolah Menengah Atas, tubuhnya yang memiliki tinggi setengah kepala dari Ai Zhiyi, membuat Chu Weixu memiliki daya pikat luar biasa, yang membuat para wanita tidak bisa mengalihkan mata darinya. Ai Zhiyi bahkan berpikir bahwa ketampanan Chu Weixu menyaingi ketampanan dari seorang dewa tertampan sejagat Raya.

Namun, karena hal itu juga, Ai Zhiyi pernah merasa begitu khawatir. Dulu ia sangat khawatir, karena banyaknya wanita yang berusaha mendekatinya, ia takut bahwa Chu Weixu akan berpaling darinya. Tetapi, selama bertahun-tahun, waktu telah menjawab ketakutannya dimana ia yakin bahwa Chu Weixu tidak akan pernah melakukannya.

Ai Zhiyi sedikit menundukkan kepala, berpura-pura membuka kancing bajunya sambil berjalan menuju lemari pakaian tanpa mengatakan apa-apa, melewati Chu Weixu begitu saja yang saat ini mengusap kepalanya yang basah dengan menggunakan handuk kering.

Namun, walau sikap Ai Zhiyi terlihat acuh tak acuh, ia sendiri merasa tersipu di hatinya saat ia melihat Chu Weixu keluar dengan penampilan seperti itu. Ai Zhiyi pun menundukkan kepalanya dengan sengaja, hanya karena ia ingin menyembunyikan wajahnya yang memerah.

Ai Zhiyi membuka lemari dan mengambil piyamanya yang terselip di antara beberapa lipatan pakaian. Ia tidak segera mengenakannya, melainkan ia meletakkannya di atas tempat tidur, lalu membawa pakaian kotornya masuk ke kamar mandi dan meletakkannya ke dalam keranjang. Setelah itu, ia menyalakan keran air dan berdiri di bawah pancuran air, menikmati air hangat yang jatuh, mengaliri setiap sela tubuhnya yang ramping.

Beberapa saat kemudian, ia mematikan keran dan baru mengingat bahwa ia lupa membawa handuk. Jadi, karena ia tidak ingin keluar dengan keadaan telanjang, ia pun berteriak untuk meminta Chu Weixu membawakan handuk padanya.

"Weixu, bisakah kau membawakan handuk untukku? Aku lupa membawanya."

Próximo capítulo