webnovel

Tertekan

Sienna di kamar memeluk erat Samuel. 

"Sayang, mau sampai kapan seperti ini? Kamu sudah terlihat pucat, Sayang," tanya Samuel sedih melihat kekasihnya seperti gadis frustasi.

"Aku ingin kita segera menikah, punya anak dan selamanya selalu bersama," kata Sienna.

"Iya, Sayang. Kita pasti seperti itu," balas Samuel lalu mengecup kening kekasihnya.

"Samuel, miliki aku," pinta Sienna membuat mata Samuel terbelalak.

"Sayang  aku tidak mau memaksamu," balas Samuel canggung.

"Kenapa? Bukannya dari kemarin kamu kesal padaku karena aku tidak pernah membiarkan kamu menyentuhku, apa jangan-jangan tubuhku tidak menggoda di matamu?" kata Sienna lirih.

"Sayang sayang. Lihat aku, tatap aku, aku tulus mencintai kamu, aku tidak mau kamu merasakan kecewa padaku," balas Samuel lembut.

"Aku takut, Samuel," lirih Sienna.

"Takut sama siapa? Kamu dari tadi hanya bilang takut-takut tapi aku enggak tahu maksudnya apa," tanya Samuel kesal.

"Arga—"

Kata Sienna terpotong saat Samuel melepaskan pelukannya pada Sienna membuat Sienna terkejut.

"Arga, Arga dan Arga. Kamu menyukainya hah?! Kamu selalu saja ketakutan yang tidak beralasan atau jangan-jangan sebenarnya kamu jatuh cinta sama pria itu, tapi kamu tidak mau mengakuinya karena rasa takut yang menguasaimu, hmm?!" teriak Samuel dengan emosinya yang sudah memuncak saat ini.

"Aku tidak bohong kali ini, Sayang. Aku tadi bertemu Arga," balas Sienna.

"Cukup, Sienna. Jangan menyebut nama pria lain di hadapanku," kata Samuel sambil membawa Sienna keluar dari apartemen dengan langkah yang cepat menuju kantor petugas keamanan di apartemen mereka.

Samuel meminta izin dan bilang bahwa kekasihnya mendapatkan terror pada petugas keamanan. Mereka sekarang mulai fokus melihat cctv.

"Sayang, mana kata kamu ada orang yang datang ke apartemen kita? Tapi tidak ada siapa pun di sana," kata Samuel yang tidak melihat sama sekali ada orang yang masuk ke apartemen mereka.

kamu mau bilang aku berkhayal gitu? Kamu jahat tahu enggak," balas Sienna kesal lalu meninggalkan ruangan cctv itu.

Sienna berlari tak tentu arah. Samuel terus mengejar Sienna sambil berteriak-teriak tapi tidak dipedulikan Sienna sama sekali.

"Sienna!" teriak Samuel mengejar Sienna.

seorang wanita berdiri tidak jauh dari Sienna yang saat ini berada di taman apartemen. Wanita itu tersenyum miring dan terkikik.

"Bagaimana rasanya tidak dipercayai Samuel, Sienna Reagan? Cinta Samuel juga tidak sepenuhnya milikmu bahkan Arga yang akan datang terus-menerus membuat mentalmu semakin terganggu," gumam wanita itu dengan senyuman di bibirnya.

Samuel melihat Sienna yang duduk di dekat taman menghelakan napasnya kasar. Samuel mendekati Sienna lalu ka duduk di bangku taman.

"Sayang, maafin aku ya," kata Samuel, tapi Sienna hanya diam tidak menanggapi.

"Sayang, kita masuk ke dalam apartemen yuk," ajak Samuel.

"Kita pindah dari sini ya, aku tidak nyaman di sini," balas Sienna.

"Nanti baru kita pikirkan ya, Sayang," kata Samuel lembut.

"Aku mohon, aku takut nanti kita bermasalah. Belum juga menikah," balas Sienna lirih.

"Tenang, Sayang. Kalau jodoh tidak akan ke mana kok," kata Samuel merangkul pinggang Sienna posesif.

"Iya, hehehe," balas Sienna yang sudah merasa baik-baik saja saat ini.

***

Arga di kamar Hotel tertawa terbahak-bahak dengan ponsel di telinganya, ia mendengar cerita dari wanita yang selalu menginfokan tentang Sienna.

"Ya ya, calon istriku itu memang begitu polos. Dia tidak tahu saja semua cctv apartemennya sudah gue bobol," kata Arga.

"Iya, Tuan Arga," balas wanita itu.

Arga mematikan ponselnya, lalu ia berbaring di ranjang hotel sambil memeluk bantal.

"Sebentar lagi kita akan bersama di satu ranjang, Baby, kalaupun kamu melawan pun tidak akan bisa, aku akan menghamilimu," gumam Arga terkekeh.

Ting tong

Bell kamar Arga berbunyi. 

"Arghh! Ganggu khayalanku saja!" kata Arga kesal bangun dari ranjang berjalan menuju pintu.

Cklekk

"Arga!" teriak seorang wanita membuat Arga terkejut.

Arga membalas pelukan wanita itu yang ternyata mamanya yang menyusul. Arga juga melihat di belakang mamanya ada papanya.

"Kenapa kalian semua ke sini? Kan aku bilang enggak usah nyusul, aku enggak kabur kok," kata Arga kesal.

"Iya, Sayang. Mama cuma enggak mau kamu kenapa-kenapa. Lihat, baru saja Mama bilang takut kamu kenapa-kenapa malah tangan kamu begini," balas Reine dengan lirih melihat perban di tangan putranya.

"Terus Mama sama Papa tinggal di hotel ini juga?" tanya Arga.

"Papa tidak tinggal di sini. Menurut kamu, Papa semiskin itu, tidak memiliki rumah di sini," jawab Roman sambil memutar bola matanya.

"Iya iya, aku tahu papa kaya," balas Arga.

"Mama jadi geli melihat kalian berbicara begitu. Ini Mama enggak boleh masuk nih?" tanya Reine.

"iya, Ma,Pa silahkan masuk," kata Arga.

Reine masuk duluan, sedangkan Roman sebelum masuk memberikan perintah kepada beberapa pengawal untuk berjaga di depan kamar Arga. Mama dan papanya Arga sudah duduk di sofa di dalam kamar Arga.

"Bagus juga view kamar kamu, Arga," kata Reine melihat pemandangan di luar sangat indah.

"Nanti mansion kita yang di sini lebih indah, Ma," balas Roman.

"Ya ya, kita kan tidak selamanya di sini, Pa. Kan Arga masih kuliah," kata Reine.

"Arga bisa kuliah online, Ma. Kalau ada event dan praktek, baru dia datang," balas Roman.

"Papa terlalu memanjakan Arga hingga Arga semena-mena seperti Papa. Mama tahu Papa investor di kampus itu tapi semestinya papa bijak," kata Reine kesal.

"Aduh, Ma, kan aku anaknya papa juga, masa aku sifatnya enggak kayak papa," balas Arga.

"Tuh, benar kata anak kita, kalau dia tidak mirip sifatnya denganku jangan-jangan dia bukan anak aku," kata Roman.

"Papa, enak saja. Papa yang dulu maksa Mama ya, sampai hamil duluan," balas Reine kesal.

Arga dan Roman tertawa terbahak-bahak mendengar Reine sangat kesal dengan mereka berdua.

"Papa dan Mama sudah makal belum?" tanya Arga.

"Mama sih sudah makan tadi, enggak tahu dah kalau papa kamu, dia sepertinya masih lapar," jawab Reine.

"Pa, mau makan apa? Biar aku pesan ke room service," tanya Arga.

"Lebih baik kita sekarang ke mansion Papa aja langsung, daripada makan di sini mending makan di mansion kita," ajak Roman.

"Boleh juga. Aku juga pengen lihat mansion Papa," balas Arga.

"Kalian ini benar-benar deh, baru sampai udah disuruh ke mansion," kata Reine.

"Jadi Mama mau tinggal di hotel? Tidak apa-apa, Papa sanggup kok bayarnya," balas Roman.

"Aku juga tahu Papa sanggup, tapi aku enggak mau kalau enggak ada Papa di sini," rengek Reine.

"Papa, Mama, enggak usah mesra-mesraan depan aku deh," kata Arga sambil memutar bola matanya.

"Yeee, iri aja kamu. Makanya buruan cari pendamping yang bisa segera kamu nikahi," balas Roman menyindir putranya. 

Próximo capítulo